Berdasarkan berbagai hasil penelitian di atas, para ahli dari World Bank
dan FAO menyarankan perlu untuk melakukan re-thingking terhadap
peranan dan strategi pembangunan pertanian karena umumnya
pemerintah di negara berkembang termasuk Indonesia melakukan
kebijakan yang diskriminatif terhadap sektor pertanian.
1
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penyuluhan di Kabupaten Malang, 4
Desember 2010
2
- Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Propinsi Jawa Timur
- Guru besar Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
2
Y = A* f(K,L) ………………(1)
Dimana : A = Tehnologi
K = Modal
L = jumlah tenaga kerja
Y = output/hasil produksi
Dimana : K = Modal
AL = human capital (tenaga kerja + tehnologi)
Y = output/hasil produksi
1990 an dengan dukungan Bank Dunia (Singh, Swanson dan Singh 2006).
ATMA model (Gambar 2) mengkombinasikan desentralisasi dengan fokus
pada diversifikasi pertanian dan meningkatkan pendapatan usahatani dan
tenaga kerja.
Sistim penyuluhan yang efektif telah berubah karena informasi yang
diperoleh petani tidak selalu berasal dari penyuluh (lihat di lampiran)
sehingga design system penyuluhan perlu diatur sedemikian rupa dapat
semakin efektif.
Pengetahuan penyuluhan sebagai informasi diwujudkan sebagai
input atau peralatan (misalnya peralatan usahatani atau bibit) atau
informasi pertanian murni.
ATMA (Argicultural Technology Management Agency) memastikan
terjadinya diseminasi teknologi melalui desentralisasi fiskal dan
administratif serta koordinasi antar departemen dengan bekerja sama
dengan administrasi daerah, departemen lini, NGO, dan perwakilan petani
lokal. Perwakilan stakeholder dipimpin oleh suatu lembaga pemerintah,
yang menerapkan aktivitas penyuluhan menurut suatu rencana
penyuluhan yang strategis untuk diseminasi teknologi (Gambar 2). Untuk
meningkatkan capaian jasa penyuluhan yang melebih target, ATMA
mendorong partnerships dengan penyedia jasa sektor swasta dan sektor
ketiga di tingkat daerah dan tingkat di bawahnya.
Diseminasi teknologi di tingkat daerah, blok dan desa dilembagakan
dalam ATMA. ATMA merupakan lembaga otonomi yang mengelola
diseminasi teknologi, memfasilitasi desentralisasi perencanaan dan
implementasi, dan mempromosikan koordinasi antar departemen dan
demand-driven service provision di tingkat daerah, blok dan desa melalui
kerja sama dengan lembaga administrasi daerah, departemen lini, NGO,
perwakilan petani lokal. Sebagai lembaga otonomi, ATMA mempunyai
keleluasan atas anggarannya sehingga fleksibel untuk bereaksi terhadap
perubahan lingkungan dan teknologi. Di tingkat daerah, ATMA didukung
oleh lembaga pemerintah dan komite manajemen. Dalam kerangka
fungsional, lembaga pemerintah mengidentifikasi program-program dan
prosedur-prosedur kegiatan riset dan penyuluhan untuk tingkat daerah,
mereview kemajuan dan fungsi ATMA, dan menyetujui Rencana Riset dan
Penyuluhan Strategis. Komite manajemen mengimplementasikan program
riset dan penyuluhan tingkat daerah serta melakukan participatory rural
appraisals untuk mengidentifikasi masalah dalam menerapkan Rencana
Riset dan Penyuluhan Strategis. Di tingkat blok, program
diimplementasikan melalui Farm Information and Advisory Center (FIAC).
Lembaga ini merupakan lembaga operasional dari ATMA dan
dioperasikan melalui Block Technology Team dari penyuluh teknis dan
Farmer Advisory Committee (FAC). FAC melembagakan suatu platform
yang mendorong interaksi di antara seluruh stakeholders kunci (termasuk
10
Salah satu masalah paling kompleks bagi pemerintah dan donatur adalah
mengembangkan suatu kapasitas untuk mengukur kinerja dari model
penyuluhan alternatif. Feder, Willett dan Zijp (2001) telah
mengidentifikasi delapan masalah umum yang menjelaskan mengapa ada
sangat banyak kerancuan tentang teknik-teknik pengukuran dan kinerja
yang sesuai dari berbagai model penyuluhan yang ingin dicapai negara
berkembang. Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan bagi
petani merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi dan
meningkatkan kesejahteraan petani.
Sistim penyuluhan sentralisasi sudah tidak mungkin dipertahankan
dengan berubahnya sistim pemerintahan menjadi desentralisasi. Sistim
penyuluhan yang terdesentralisasi mempunyai peranan penting dalam
17
Referensi:
1. Burton E. Swanson; Robert P. Bentz; Andrew J. Sofranko. 1997.
Improving Agricultural extension. A Reference Manual Food and
Agriculture Organization of the United Nations. Rome
2. Burton E. Swanson and Rikka Rajalahti. 2010. Strengthening
Agricultural Extension and Advisory Systems: Procedures for
Assessing, Transforming,and Evaluating Extension Systems.
Agriculture and Rural Development Discussion Paper 45 The World
Bank
3. Eicher, Carl K. 2007. Agricultural Extension In Africa And Asia.
Literature Review Prepared For The World Aginfo Project, Cornell
University, Ithaca, New York
4. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 tahun 2010 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun
2010.
5. Margono Slamet. Restrukturisasi & Reorientasi Penyuluhan
Pertanian Untuk Revitalisasi Penyuluhan Pertanian . Ketua Komisi
Penyuluhan Pertanian Nasional
6. Nie Chuang, Burton E. Swanson, and Feng Yan China: Financing
China’s Extension
7. Undang-Undang Republik Indonesia No 16 tahun 2006 Sistim
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 tahun 2009
tentang Pembiayaan, Pembinaan, Dan Pengawasan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
18