PAKET SWITCHING
Oleh :
A. Prinsip-prinsip Packet-Switching
Dalam koneksi data dari terminal ke host, sebagian waktu line dalam keadaan
idle. Dengan demikian, dengan koneksi-koneksi data, maka hubungan circuit switch
tidak efisien.
Perbedaan yang mendasar antara Packet Switching dengan Circuit Switching
adalah bahwa jalur komunikasi tidak ditujukan untuk meneruskan message dari
sumber ke tujuan. Dalam Packet Switching, message-message yang berbeda (ataupun
paket-paket yang berbeda) dapat melewati rute yang berbeda, dan ketika ada “dead
time” antara sumber dan tujuan, maka jalurnya dapat digunakan oleh rute lain.
Dalam jaringan circuit switched, koneksi menyediakan transmisi pada
kecepatan data yang konstan. Dengan demikian masing-masing dari 2 device yang
dikoneksi harus mentransmit dan menerima pada kecepatan data (data rate) yang sama
dengan yang lainnya. Hal ini membatasi pemakaian dari jaringan dalam interkoneksi
dari komputer-komputer host dan terminal-terminal. Namun, Circuit Switching dapat
digunakan untuk mentransmisikan data secara real time, misalnya audio dan video.
Packet Switching lebih efisien untuk data yang bisa menerima delay dalam
transmisi, misalnya pesan e-mail dan Web pages.
Operasi dari packet switching : data ditransmisi dalam paket-paket pendek.
Panjang paket 1000 octet (byte). Jika suatu sumber mengirim message yang panjang,
maka message tersebut akan dipotong-potong menjadi paket seri (gambar 8.1). Tiap
paket mengandung porsi dari data user plus kontrol informasi. Dalam kontrol
informasi ini termasuk informasi agar jaringan dapat meletakkan paket melalui
jaringan tersebut dan mengirimnya ke tujuan yang sesuai. Pada tiap node, paket
diterima, disimpan dan dilewatkan pada node berikutnya.
Gambar 8.1
Keuntungan Packet Switching :
• Efisiensi dari line yang bertambah besar, karena link dari node ke node dapat
dibagi secara dinamis oleh banyak paket.
• Jaringan packet switched dapat menjalankan konversi data rate.
• Jaringan menolak menerima permintaan koneksi tambahan sampai beban pada
jaringan berkurang.
• Dapat menggunakan prioritas.
• Memungkinkan error detection dan correction, fault diagnosis, message
sequence checking, reverse billing, verifikasi dari message delivery, dll.
• Tujuan dari informasi terdapat pada tiap paket, sehingga beberapa message
dapat dikirim dengan cepat ke beberapa tujuan sekaligus.
A.2.Ukuran Paket
Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara ukuran paket dan waktu
transmisi
Gambar 8.2
Dalam contoh ini, dianggap bahwa ada suatu virtual circuit dari stasiun x melalui
node a dan b ke stasiun y.
Gambar 8.2a, message yang dikirim 30 octet (byte) dan tiap paket mengandung 3
octet kontrol informasi, yang diletakkan pada awal dari tiap paket dan dinyatakan sebagai
suatu header. Jika seluruh message dikirim sebagai suatu paket tunggal dari 33 octet (3
octet header plus 30 octet data), maka paket ditransmisi pertama kali dari stasiun x ke
node a. Setelah seluruh paket diterima lalu ditransmisi dari a ke b. Kemudian setelah
seluruh paket diterima di node b, maka ditransfer ke stasiun y sehingga total waktu
transmisi = 99 kali octet (33 octet x 3 paket transmisi).
Gambar 8.2b, message dipecah menjadi 2 paket, yang masing-masingnya
mengandung 15 octet message dan tentu saja 3 octet tiap-tiap header atau kontrol
informasi. Dalam hal ini, node a dapat memulai transmisi paket pertama setelah paket
tersebut tiba dari x, tanpa menunggu paket kedua. Sehingga total waktu transmisi turun
menjadi 72 kali octet. Begitu pula untuk gambar-gambar selanjutnya.
Semakin banyak dan semakin kecil paket akan meningkatkan delay, hal ini disebabkan
oleh:
• Karena tiap paket mengandung sejumlah header dan lebih banyak paket berarti lebih
banyak header.
• Bila lebih banyak paket dipegang untuk suatu message tunggal.
Sehingga dalam mendisain jaringan packet-switched harus dipertimbangkan faktor-faktor
ini untuk memperoleh ukuran paket yang optimum.
B. Contoh Sistem
1. ARPANET / DDN
ARPA = Advanced Research Projects Agency
ARPANET = ARPA Computer Network
DDN = Defense Data Network
Kedua jaringan ini digunakan untuk keamanan dan kontrol komunikasi jaringan.
2. TYMNET
TYMNET II, merupakan terminal-oriented, menyediakan pelayanan
packet switched serba guna untuk transfer terminal-host dan host-host.
3. SNA
SNA = System Network Architecture
Dibangun oleh IBM untuk melindungi customernya dan memberikan
customernya keuntungan-keuntungan dari penawaran-penawaran baru IBM.
Operasi internal
Datagram Virtual circuit
Datagram ARPANET -----
Operasi (packet)
Virtual ARPANET TYMNET (packet
Eksternal
circuit (message,paket) multiplexing)
SNA (rute virtual
dan eksplisit)
ARPANET
Secara eksternal, ARPANET memakai keduanya, baik datagram maupun virtual circuit.
Secara internal, ARPANET sebagai jaringan datagram dengan struktur 2 level yang tidak
seperti biasanya.
TYMNET
Memakai virtual circuit baik secara eksternal dan internal, yang berdasarkan pada teknik
yang disebut packet multiplexing.
SNA
Dimana :
• Jaringan komunikasi dibentuk oleh subarea node.
• Peripheral node, seperti terminal-terminal dan konsentrasi terminal, berhubungan ke
subarea node.
• Link antara subarea node terdiri dari satu atau lebih transmission group, yang
merupakan link fisik tunggal atau multiple link yang dipakai untuk transmisi pararel.
• Antara tiap pasang subarea node, didefinisikan sejumlah rute-rute eksplisit.
• Rute virtual merupakan cadangan node sumber-tujuan yang sederhana yang
diperuntukkan untuk rute eksplisit.
D. Routing
Karakteristik
Sejumlah atribut dari fungsi routing menurut [TANE88] :
• Correctness (kebenaran)
• Slimplicity (kesederhanaan)
• Robustness (kekuatan), harus dilakukan dengan kemampuan dari jaringan untuk
mengirim paket-paket melalui beberapa rute yang berhadapan dengan kegagalan dan
kelebihan beban.
• Stability (kestabilan), perancang yang menginginkan robustness, harus menempuh
dengan berhasil tuntutan perlawanan untuk stabilitas.
• Fairness (keindahan)
• Optimality (optimalitas)
Gambar 8.8
Kriteria performa meliputi :
1. Jumlah dari loncatan
2. Biaya
3. Delay
4. Peletakan (throughput).
• Waktu keputusan, meliputi:
1. Paket (datagram)
2. Session (virtual circuit)
Dimana secara internal jaringan menggunakan datagram tetapi menyediakan eksternal
virtual circuit.
• Tempat keputusan, yang meliputi :
1. Tiap node (penyebaran), tiap node mempunyai tanggung jawab memilih link
output untuk me-routing paket-paket setibanya (distributed routing).
2. Node pusat (pemusatan), keputusan routing dibuat oleh node pusat seperti pusat
kontrol jaringan (centralized routing).
3. Pengumpulan node, pendekatan distribusi mungkin lebih komplex, sehingga
sebagai alternatif adalah pengumpulan node untuk memilih rute (source node
routing).
• Sumber informasi jaringan, yang tergantung pada kriteria performa, tempat
keputusan dan strategi routing. Informasinya tentang topologi dari jaringan, beban
lalu lintas dan biaya.
Sumber informasi jaringan meliputi :
• Tidak ada
• Lokal
• Node-node yang berdekatan
• Node-node sepanjang rute
• Semua node.
• Strategi routing, yang meliputi :
• Tetap
• Penyebaran (flooding)
• Random
• Adaptif
• Waktu update dari routing adaptif, yang meliputi :
• Kontinu
• Periodik
• Mengubah beban yang lebih besar
• Mengubah topologi.
Algoritma Dengan Biaya Terkecil
Diberikan suatu jaringan node-node yang dihubungkan oleh link-link dua arah,
dimana tiap link mempunyai serangkaian biaya dalam tiap arahnya, tentukan biaya dari
suatu path antara 2 node sebagai penjumlahan biaya-biaya dari link-link yang saling
berseberangan. Untuk tiap pasang node temukan path dengan biaya terkecil.
Kebanyakan algoritma routing dengan biaya terkecil dalam pemakaian dalam jaringan
packet switched adalah variasi dari 2 algoritma umum, yaitu :
• Algoritma Djikstra
Ada 3 langkah :
1. Insialisasi
M = {S} misal, kumpulan node-node yang digolongkan hanya
sumber node.
Dn = dsn untuk n <> S misal, biaya path mula-mula terhadap node-node tetangga
adalah biaya-biaya link yang sederhana.
2. Temukan node tetangga yang tidak dalam M yang mempunyai path
dengan biaya terkecil dari node S dan satukan node tersebut ke dalam M :
Temukan w ∉M sedemikian sehingga Dw = min Dj
j∉M
Tambahkan w ke M
3. Perbaharui path-path dengan biaya terkecil :
Dn = min [Dn, Dw + dwn] untuk semua n∉M
Jika hasilnya minimum, path dari S ke n sekarang adalah path dari S ke w yang
bertalian dengan link dari w ke n.
Dimana : N= kumpulan node-node dalam jaringan
S = sumber node
M = kumpulan node-node yang digolongkan oleh algoritma
aij = Biaya link dari node i ke node j ; dii = 0, dan dij = ~ jika 2 node tidak
dihubungkan secara langsung; dij ≥ 0 jika 2 node dihubungkan
secara langsung.
Dn = Biaya dari path dengan biaya terkecil dari node S ke node n yang
diketahui pada algoritma.
• Algoritma Bellman – Ford
Ada 2 langkah :
1. Insialisasi
Dn(0) = ~ , untuk semua n ≠ S
Ds(h) = 0, untuk semua h
2. Untuk tiap h ≥ 0 :
Dn(n+1) = min [Dj(n) + djn]
Path dari S ke i membatasi dengan link dari j ke i .
Dimana : S = sumber node
h = jumlah link maksimum dalam suatu path pada tingkatan dari algoritma
Dn(h) = Biaya dari path dengan biaya terkecil dari node S ke node n
dibawah tekanan dari tidak lebih h links.
Strategi routing :
1. Routing yang tetap (fixed routing)
Suatu rute dipilih untuk tiap pasang node-node sumber-tujuan dalam jaringan.
Rute-rute tersebut tetap, atau paling sedikit hanya berubah ketika ada perubahan dalam
topologi jaringan.
Directory routing pusat dibuat, untuk menyimpan pada jaringan kontrol pusat.
Dengan fixed routing, tidak ada perubahan antara routing untuk datagram dan virtual
circuit. Semua paket dari sumber yang diberikan ke tujuan , mengikuti rute yang sama.
Keuntungan :
• Sederhana.
• Bekerja reliabel dengan beban tetap.
Kerugian :
• Kurang fleksibel.
• Tidak bereaksi untuk kegagalan jaringan
2. Flooding (penyebaran)
Sebuah paket dikirim oleh sebuah sumber node ke setiap satu node tetangganya.
Pada tiap node, paket yang masuk ditransmisi ulang pada semua link-link keluar kecuali
untuk link dimana paket tersebut berasal.
Teknik flooding mempunyai 2 sifat :
• Semua kemungkinan rute antara sumber dan tujuan dicoba.
• Karena semua rute dicoba, paling sedikit satu duplikat dari paket yang tiba ke tujuan
akan menggunakan rute hop minimum.
Karena sifat ke 2 ini maka flooding dipakai untuk mengeset rute untuk virtual circuit.
Kerugian :
• Total beban lalu lintas yang dibangkitkan, yang secara langsung proporsional
terhadap hubungan jaringan.
• Peningkatan beban akan meningkatkan delay.
3. Random Routing
Suatu node hanya memilih satu path keluar untuk mentransmisi ulang sebuah
paket yang masuk. Link keluar dipilih secara random, yang secara umum tidak termasuk
link dimana paket tiba.
Random routing tidak memerlukan pemakaian dari informasi jaringan. Karena
delay yang tidak dapat diprediksikan dalam pengiriman paket-paket dan peningkatan
beban lalu lintas, maka random routing tidak umum dipakai.
4. Adaptive Routing
Digunakan untuk 2 alasan :
• Strategi routing adaptif dapat membuktikan performa seperti yang dilihat oleh
pengguna jaringan.
• Strategi adaptif dapat menolong kontrol lalu lintas.
Contoh Sistem:
1.ARPANET
Memakai algoritma distributed adaptive dan algoritma versi Bellman-Ford.
2. TYMNET Routing
Ada 2 versi : TYMNET I dan TYMNET II.
Teknik TYMNET I mempunyai manfaat yaitu dibawah pembebanan yang ringan,
link dengan kapasitas tinggi lebih diharapkan. Dengan beban yang meningkat, algoritma
condong untuk menyebarkan lalu lintas secara bagus. Juga, proses yang membebani tiap
node adalah minimal.
TYMNET I dapat mengendalikan lalu lintas dengan line kecepatan rendah
(sampai 9600 bps). TYMNET II juga mengendalikan lalu lintas komputer ke komputer
dengan link kecepatan lebih tinggi, termasuk link-link satelit.
Biaya link TYMNET II berdasarkan pada :
• Data rate
• Faktor beban
• Satelit Vs link pada daratan
• Tipe lalu lintas.
TYMNET memakai rute-rute virtual circuit dan algoritma versi Djikstra.
3. SNA Routing
Untuk mengerti SNA routing, maka diperlukan 4 konsep, yaitu :
• Group transmisi : suatu kumpulan dari satu atau lebih link-link langsung dengan
karakteristik transmisi yang mana antara node-node yang berdekatan mungkin ada
lebih dari satu group transmisi antara pasangan-pasangan dari node-node.
• Rute eksplisit : suatu path tetap antara 2 node-node dalam suatu jaringan SNA.
• Rute virtual : sautu koneksi logika antara 2 node, yang didefinisikan oleh identitas 2
node.
• Session : suatu hubungan logika antara dua jaringan endpoint yang mendukung
pengguna atau aplikasi jaringan.
Keunggulan antara rute-rute virtual dan rute-rute eksplisit menyediakan fleksibilitas dan
kesederhanaan. Kemampuan untuk membagi rute virtual ke rute eksplisit yang sesuai dan
untuk membagi multiple rute-rute virtual ke rute eksplisit tunggal, menyediakan
flesibilitas yang diperlukan untuk bereaksi pada perubahan kondisi jaringan dan untuk
mengkhususkan keperluan pengguna.
Hubungan SNA mempunyai beberapa kemiripan dengan hubungan TYMNET II.
Pada TYMNET, pengawas mengkonstruksi suatu rute baru. Dalam SNA, tugas ini
dilakukan oleh sumber node.
2. Congestion Control
• Untuk mengatur sejumlah paket di dalam jaringan yang berada di bawah level dimana
performanya turun secara drastis.
• Menggunakan teori Queueing (penungguan berderet). Apabila keadaan penuh sesak
(congestion) pada suatu point dalam jaringan dapat menyebar cepat melalui suatu
daerah atau semuanya dari jaringan.
• Gambar 8.20 menunjukkan efek dari keadaan penuh sesak. Gambar 8.20a, jumlah
paket-paket yang dikirim ke stasiun tujuan Vs jumlah paket-paket yang ditransmisi
oleh stasiun sumber. Gambar 8.20b menunjukkan bahwa teknik apapun yang dipakai,
delay rata-rata yang dialami oleh paket-paket berkembang tanpa batas sehingga beban
yang mendekati kapasitas dari sistim.
Gambar 8.20
• Sejumlah mekanisme kontrol untuk kontrol dari congestion control ini adalah sebagai
berikut :
1. Kirim suatu paket kontrol dari node yang penuh ke beberapa atau semua
node sumber. Paket terdesak ini akan memberi efek berhenti atau penurunan
kecepatan transmisi dari sumber-sumber dan disini membatasi jumlah total paket-
paket dalam jaringan. Hubungan ini memerlukan lalu lintas tambahan pada
jaringan selama periode dari congestion.
2. Tergantung pada informasi routing. Algoritma routing, seperti ARPANET
menyediakan link informasi delay ke node-node lain, yang mempengaruhi
keputusan routing. Informasi ini dapat juga dipakai untuk mempengaruhi
kecepatan dimana paket-paket baru dihasilkan karena delay-delay ini dipengaruhi
oleh keputusan routing, maka delay-delay ini mungkin berubah sangat cepat
untuk digunakan secara efektif untuk congestion control.
3. Gunakan paket end to end. Paket sedemikian yang dapat menjadi waktu
acuan untuk mengukur delay antara 2 endpoint.
4. Biarkan node-node packet switching untuk menambah informasi
congestion ke paket-paket sementara mereka berangkat.
3. Deadlock Avoidance
• Dipakai untuk merancang jaringan dimana tidak dapat terjadi deadlock. Deadlock
merupakan suatu kondisi dimana suatu kumpulan node-node tidak dapat memajukan
paket-paket karena tidak ada buffer yang tersedia.
• Terdapat 3 tipe dari deadlock, yaitu :
• Direct store-and-forward deadlock, terjadi bila suatu node memakai suatu
pool buffer yang berasal dari buffer-buffer yang diperuntukkan untuk paket-
paket permintaan.
• Indirect store-and-forward deadlock, dimana untuk tiap node,
penungguan giliran untuk node-node yang berdekatan dalam satu arah adalah
penuh dengan paket-paket tujuan untuk node berikutnya.
• Reassembly deadlock, dimana khusus untuk ARPANET dan jaringan-
jaringan sejenisnya.
Scope berhubungan dengan :
• Teknik paket yang berhubungan dengan pengontrollan flow dari paket-
paket individu. Hal ini dimungkinkan dalam jaringan datagram dan kadang-
kadang dipakai dalam jaringan virtual circuit.
• Teknik stream, harus bekerja dengan pengontrollan stream dari flow
paket-paket melalui virtual circuit.
Level dari kontrol lalu lintas meliputi :
• Level hop, berhubungan dengan kontrol-kontrol yang dipergunakan antara
node-node yang berdekatan. Hal ini secara tipikal harus bekerja dengan
congestion control atau deadlock avoidance.
• Network access control, membatasi jumlah paket-paket baru yang masuk
jaringan. Hal ini secara tipikal digunakan dalam congestion control.
• Kontrol-kontrol entry to exit, berhubungan dengan flow dari paket-paket
antara 2 end point.
Contoh-contoh jaringan untuk teknik kontrol lalu lintas :
Scope Hop Network access Entry to exit
Packet ----- ------- -------
Stream TYMNET TYMNET (quota) ARPANET (window,
(quota) mengumpulkan alokasi buffer)
SNA ARPANET (RFNM) SNA (pacing)
(pacing)
Contoh Sistem
1. ARPANET
Menyediakan 2 level kontrol lalu lintas :
• Entry to exit, virtual circuit dipakai untuk mengirim serangkaian message antara host-
host. ARPANET mendesak keterbatasan dari 8 message dalam transit antara
pasangan manapun dari host-host. Mekanisme window ini dengan ukuran window 8,
dipakai untuk mencegah host manapun dari kebanjiran jaringan.
• Network access, dalam kondisi reassembly deadlock maka solusi dari ARPANET
yaitu bahwa sebuah node sumber menyimpan tempat untuk tiap message dalam
kelanjutan dengan sebuah paket “request for buffer space” (permintaan akan tempat
buffer). Ketika node tujuan menerima permintaan ini, dan tersedia 8 buffer untuk 8
paket dimana dikandung oleh message tersebut, maka akan mengembalikan sebuah
alokasi paket. Setelah seluruh message diterima dan dikumpulkan, node penerima
mengirim kembali suatu acknowledge yang dikenal sebagai ready for next message
(RFNM). Jika node mempunyai tempat buffer untuk message tambahan, maka akan
dikembalikan sebuah alokasi paket dengan RFNM tersebut. Dengan demikian, selama
aliran transmisi, node sumber tidak perlu mengirim paket-paket permintaan.
Bila sumber tidak mempunyai message untuk dikirim tetapi mempunyai satu
kumpulan atau lebih alokasi yang diizinkan, maka node sumber kemudian wajig
mengirim sebuah paket yang dikirim kembali (giveback packet) ke tempat buffer
yang bebas di tujuan.
2. TYMNET
Keunggulan dari mekanisme kontrol lalu lintas TYMNET :
• Sederhana
• Memerlukan sedikit sekali overhead.
• Deadlock tidak dapat terjadi dan maka dari itu tidak ada mekanisme yang
diperlukan untuk mencegahnya.
• Dibawah kondisi beban berat, virtual circuit yang memerlukan data rate
yang rendah memperoleh semua kapasitas yang diperlukan; circuit yang
memerlukan data rate yang tinggi memperoleh paling sedikit beberapa dari
yang diperlukannya. Oleh karena itu tidak ada circuit yang aktif yang
meniadakan pelayanannya.
• Berbasis virtual circuit
• Menyediakan 2 level kontrol lalu lintas :
• Network access, berdasarkan pada penentuan dari virtual circuit. Ketika
pengawas mengeset virtual circuit, maka menyerahkan sebuah quota dari
tempat buffer untuk tiap channel yang dipakai sepanjang circuit. Quota ini
berdasarkan pada throughput class.
• Hop-level.
Kerugiannya : paket-paket dipecah dan dibentuk ulang pada tiap node, yang mana akan
meningkatkan keperluan-keperluan pemrosesan.
3. SNA
• Berbasis virtual circuit.
• Menyediakan 2 level kontrol lalu lintas :
1. Hop, menggunakan teknik pacing yang merupakan versi kompleks dari
teknik sliding window dan beroperasi pada level rute virtual.
2. Entry to exit
F. X.25
X.25 Merupakan standar yang mengkhususkan interface antara sebuah sistim host
dan jaringan packet-switched secara universal.
Standar ini kebanyakan dipakai secara universal untuk interfacing ke jaringan
packet switched dan dipergunakan untuk packet switching dalam ISDN.
Gambar 8.27
Format Paket
Untuk data pengguna, data tersebut dipecah menjadi blok-blok dengan ukuran
maksimum, dan header 24 bit atau 32 bit ditambahkan ke tiap blok untuk membentuk
suatu paket data. Daerah P(S) dan P(R) mendukung fungsi dari flow control dan error
control pada baris virtual circuit. Bit Q tidak dinyatakan dalam standar, tetapi
mengizinkan pengguna untuk membedakan 2 tipe data.
Informasi kontrol ditransmisi dalam suatu paket kontrol. Tiap paket kontrol
termasuk nomor virtual circuit; tipe paket yang mengidentifikasi fungsi kontrol; dan
informasi kontrol tambahan berhubungan terhadap fungsi tersebut.
Multiplexing
Sebuah DTE dibiarkan untuk mewujudkan sampai 4095 virtual circuit secara
simultan dengan DTE lainnya melalui link fisik tunggal DTE-DCE. Link DTE-DCE
menyediakan proses multiplexing full-duplex.
Rangkaian paket A yang lengkap terdiri dari nol atau lebih paket-paket A yang diikuti
oleh sebuah paket B. Jaringan juga dapat membagi paket B menjadi paket-paket yang
lebih kecil untuk menghasilkan suatu rangkaian paket yang lengkap.
Daftar Pustaka