Anda di halaman 1dari 5

Dari sinyal asap hingga sinyal 

4G

6 JUN

Perkembangan pasar teknologi telekomunikasi selular luar biasa pesat berkat dukungan
perkembangan microchip yang semakin mini namun kemampuan meningkat sampai dua kali lipat
dari versi sebelumnya. Belum juga selesai menikmati 3G sudah ada teknologi  4G yang sudah siap
dinikmati.
Pernah seorang teman bertanya “HP mas sudah 3G ya?”

“Iya” jawab saya.

Sesudah mengamati handphone saya kemudian dia berkata “Wah gak ada kamera mana bisa video
call berarti blom 3G ini mas..” dengan nada sedikit mengejek dan senyum tipis.
Akhirnya kami terlibat dalam perdebatan, antara seorang anak elektro telekomunikasi dengan
seorang anak ekonomi dimana tidak ada titik temu karena teman saya tetap berpendapat
bahwa handphone itu kalau 3G berarti harus bisa video call.
Dengan harapan teman saya itu ikut membaca blog ini, maka saya ingin menulis ringkasan
perkembangan generasi telekomunikasi selular. Dan bahwahandphone 3G itu tak harus bisa video
call untuk bisa dibilang handphone 3G.
1G

FDMA

Telekomunikasi selular generasi pertama masih menggunakan sistem analog. Setiap pengguna akan
mendapatkan satu alokasi frekuensi pada waktu ingin melakukan panggilan. Misalkan Pengguna 1
menggunakan frekuensi “kuning”, pengguna 2 mendapatkan alokasi frekuensi “biru”, dstnya. Sistem
alokasi ini disebut FDMA.
Kelemahan sistem ini (sistem analog) antara lain boros daya dan koreksi errorkurang bagus.
Layanan yang ditawarkan cuma voice.
2G

TDMA

Generasi kedua sudah menggunakan sistem digital. Di Indonesia yang sebagian besar  mengikuti
sistem Eropa (ada juga sistem Amerika dan Jepang) memakai GSM, dengan sistem alokasi yang
digunakan yaitu TDMA.  Dimana setiap pengguna dibedakan menurut waktu (TS=Time Slot).
Frekuensi bisa sama, namun waktu pemakaiannya digilir, misalkan frekuensi “kuning” dipakai 8
pengguna bergiliran dalam rentang waktu yang “sama”.  Jika dalam rentang waktu yang “sama” ini
ada pengguna lain yang  ingin melakukan panggilan juga, maka dia akan mendapatkan frekuensi
“biru” di TS pertama dstnya.
Layanan yang ditawarkan yaitu voice dan message.
2.5 G
Tahap ini dinamakan GPRS yang merupakan pengembangan GSM ke arah layanan data (tidak
untuk voice). Sistem alokasi yang digunakan masih TDMA, namun kali ini seorang pengguna bisa
menggunakan lebih dari satu TS pada saat bersamaan. Perbedaan lain, pada sistem GPRS pengguna
tidak terhubung kontinyu (Circuit Switched) tapi berdasarkan prinsip Packet Switched (layanan
data selalu menggunakan cara ini).
2.75 G
Tahap ini dinamakan EDGE yang merupakan pengembangan GPRS lebih lanjut. Dengan cara kerja
yang masih sama, kecepatan data ditingkatkan menggunakan modulasi 8PSK (sebelumnya GSM dan
GPRS menggunakan modulasi GMSK). Jika GMSK membawa informasi 1 bit per symbol, maka
8PSK membawa informasi 3 bit per symbol.
Ingatlah bahwa selalu ada kompensasi. Untuk kondisi jalur perambatan sinyal radio yang sama
susahnya, koreksi error berjalan lebih baik (baca : kualitas lebih baik) pada pesat bit yang lebih
rendah (GPRS) dibanding pada pesat bit lebih tinggi (EDGE). Contoh bisa dilihat ketika sedang
hujan, jika sebelumnyahandphone menggunakan EDGE, secara otomatis akan berganti
menggunakan GPRS.
3G

WCDMA

Generasi ketiga dari GSM disebut UMTS, di Indonesia bahasa pasarnya cukup 3G saja. Sistem
alokasi yang digunakan disini adalah WCDMA, dimana semua pengguna bisa menggunakan seluruh
lebar frekuensi yang sama, dengan masing-masing pengguna dibedakan menurut code. Pengguna 1
menggunakan codehijau, pengguna 2 code biru, pengguna 3 code ungu dstnya. Bagaimana mungkin
menggunakan frekuensi yang sama tanpa interferensi? Bisa, karena setiap codesaling orthogonal,
jika dikalikan akan menghasilkan nol atau dengan kata lain antar code tidak saling berkorelasi.
Sistem ini menggunakan modulasi QPSK (2 bit per symbol).
3G menggunakan bandwidth yang lebih lebar (5 MHz) dibanding generasi sebelumnya, sehingga
sistem ini bisa menawarkan kecepatan yang lebih tinggi. Ya, pesat bit yang tinggi membutuhkan pita
frekuensi yang lebih lebar pula. Seperti sudah saya sebut tadi, pesat bit pun mempunyai kompensasi,
jika ingin kualitas (QoS) lebih bagus pakailah pesat bit rendah (kecepatan data rendah), sebaliknya
jika ingin kecepatan data tinggi (pesat bit tinggi) maka kompensasinya adalah kualitas menurun.
Kenapa pesat bit rendah mempunyai kualitas lebih baik? Karena pesat bit rendah memiliki energi bit
lebih banyak sehingga kemungkinan bit error lebih kecil. QoS buat voice dan buat databerbeda, jadi
pemilihan pesat bit tergantung layanan apa yang ingin dipakai. Perbandingan pesat bit ini
disebut Spreading Factor. Perlu diperhatikan bahwa perbandingan ini tidak linear, pada kondisi
tertentu pesat bit rendah dan tinggi mempunyai kualitas sama baiknya karena penggunaan sistem
koreksi error.
Pada sistem 3G, video call adalah salah satu jenis layanan yang ditawarkan selainvoice dan data.
Jadi handphone 3G tidak harus punya kamera untuk video call.
3.5G
Masih belum puas, kecepatan layanan data pada 3G masih bisa digenjot lagi pada sistem yang
dinamakan HSDPA ini. Seperti pada 2.5G, modifikasi dilakukan dengan mengganti modulasi (tentu
saja ada penambahan juga pada layer channel). HSDPA menggunakan modulasi QPSK bahkan 16
QAM (4 bit persymbol) atau malahan 64 QAM (6 bit per symbol) tergantung kondisi jalur
perambatan sinyal radio.
Kenapa pemilihan modulasi berdasarkan kondisi perambatan radio? Karena jika kondisi
perambatan radio jelek maka pada sistem yang memakai modulasi dengan bit per symbol lebih
banyak (contoh 64 QAM) akan mengalami kesulitan di penerima untuk men-decode bit yang benar
dari pengirim (baca : bit error). Karena itu jika kondisi perambatan radio jelek, lebih baik memakai
modulasi dengan bit per symbol lebih kecil (contoh QPSK).
3.75G
Jika pada HSDPA kecepatan downlink dinaikkan, pada tahap ini kecepatan uplink juga ditingkatkan
(HSUPA). Gabungan HSDPA dan HSUPA ini dinamakan HSPA.
4G

OFDM

Generasi keempat kelanjutan pengembangan dari GSM dan UMTS disebut LTE. Sistem alokasi yang
dipakai lebih kompleks. LTE melakukan alokasi dalam frekuensi dan waktu. Sistem OFDM ini
mengalokasikan pita frekuensi yang kecil (subcarrier) namun banyak (total lebar pita adalah 20
MHz) bagi seorang pengguna. Dalam penggunaannya pun pita frekuensi ini berganti-ganti dengan
pengguna lain atau dengan kata lain saling bertukaran dalam waktu.
Setiapsubcarrier saling orthogonal satu dengan yang lainnya untuk menghindari interferensi.
Kelihatan repot memang, namun ini menguntungkan. Jika melewati jalur perambatan radio, lebar
tertentu pita frekuensi mengalami karakteristik pelemahan yang sama (coherence bandwidth).
Lebarnya berbeda tergantung jalur perambatan sinyal radio (contoh: Indoor, Dense Urban, Rural,
dstnya). Pada LTE diambil yang terkecil yaitu 15 kHz. Jadi dengan membagi lebar pita sebesar 20
MHz kedalam subcarrier sebesar 15 kHz yang saling bertukaran antar tiap pengguna dalam waktu
maka diversity frekuensi sangat bagus. Adasubcarrier yang mengalami pelemahan, namun akan
lebih banyak yang tidak mengalami pelemahan baik dalam waktu (karena saling bertukaran) dan
dalam frekuensi (karena sudah dipecah-pecah). Dengan bantuan koreksi error, bagian kecil yang
sudah dilemahkan itu pun bisa dipulihkan lagi.
LTE menggunakan modulasi QPSK, 16QAM, atau 64 QAM tergantung kondisi jalur perambatan
radio. Lebar pita total hingga 20 MHz itu juga menawarkan kecepatan data yang lebih tinggi lagi
atau layanan broadband yang bisa simultan.
Perubahan ke arah model IP pada generasi keempat ini adalah semua layanan menggunakan packet
switched termasuk layanan voice.
Hidup di jaman digital ini memang semakin mudah, jaman dulu orang Indian mau mengirim pesan
saja harus pakai sinyal asap, sekarang tinggal pencet nomor sudah bisa. Dulu masih
pakai pager sekarang bisa akses YouTube di handphone.Sebentar lagi online game, TV
internet, akses internet cepat, bakalan menjadi hal biasa yang bisa dilakukan
perangkat handphone. Semoga perkembangan teknologi ini tidak membawa kompensasi fatal dalam
kehidupan bermasyarakat umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai