PKM1 Lapor-Pendampingan
PKM1 Lapor-Pendampingan
MANAJEMEN PRODUKSI
PENGOLAHAN MINYAK NILAM
DI BEBERAPA SENTRA NILAM JAWA BARAT
Oleh
1
Tiada lain harapan penulis selaku peneliti, semoga tulisan ini
dapat menjadi bahan masukan baik bagi Dinas Koperasi & UKM
maupun “stakeholder” yang terlibat langsung dalam bidang
agroindustri nilam di Jawa Barat.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
I LATAR BELAKANG 4
II OBSERVASI LAPANGAN 5
IV REKOMENDASI UMUM 18
3
I. LATAR BELAKANG
4
beberapa sentra komoditas nilam untuk mendapatkan gambaran yang
komprehensif mengenai potensi dan pengembangan lebih lanjut
mengenai komoditas ini, baik dari sisi budidaya, teknik produksi
minyak nilam, pemasaran hingga pengembangan produk samping
sebagai salah satu upaya mengatasi dampak dari limbah nilam yang
dihasilkan.
5
Bandung) dan kecamatan Argapura (Kabupaten Majalengka),
dengan maksud untuk mendapatkan gambaran teknis dan kinerja
unit penyulingan minyak nilam yang akan digunakan oleh
masyarakat petani di lokasi pengamatan.
3. Pengambilan sample (contoh) daun nilam dan minyak nilam yang
didestilasi dengan peralatan yang ada untuk kemudian dianalisis di
laboratorium kimia, dalam hal ini Fakultas MIPA Universitas
Padjadjaran.
4. Evaluasi teknis budidaya dan mutu minyak nilam yang dihasilkan
serta analisis prospektif pemanfaatan produk samping dari limbah
daun nilam hasil destilasi.
6
Gambar 3. Budidaya Nilam Gambar 4. Tanaman Nilam Setelah
Sebagai Tumpang Sari Dipanen
7
1. Sistem pemanasan destilasi tidak seragam (tidak merata) sehingga
hal ini berdampak pada mutu minyak yang dihasilkan tidak
seragam (Gambar 7.) disamping itu dengan sistem destilasi seperti
yang dirancang sekarang ini akan mengkonsumsi energi yang
berlebih dengan sistem perpindahan panas yang tidak merata
karena panas didistribusikan secara serial (Gambar 8.). Untuk
perbaikan di masa yang akan datang perlu dimodifikasi sistem
penyebaran panas secara konsentrik radial, sehingga pemanasan
akan lebih merata.
8
plastik. Bahan yang baik setidaknya adalah bahan kaca berwarna
gelap agar tidak mengubah komposisi kimia minyak nilam yang
dihasilkan.
3. Cara pembuangan uap harus diupayakan agar beberapa bagian uap
yang masih mengandung minyak tidak terbuang percuma ke luar
sistem destilasi, dengan demikian harus dimodifikasi sistem
pengeluaran uap yang berbentuk sistem “looping” (arus balik).
4. Bahan pipa-pipa penyalur dan konstruksi lainnya harus seragam
dan terbuat dari bahan “stainless steel” agar tidak berpengaruh
terhadap kualitas minyak.
5. Penyimpanan daun kering dan cara pengeringan daun dari sejak
dipotong dari kebun harus diupayakan seoptimal mungkin untuk
menghindari terjadi fermentasi dan susut rendemen minyak dalam
daun, mengingat sistem destilasi yang digunakan pada disain yang
ada saat ini adalah sistem penyulingan cara kering (menggunakan
daun kering).
6. Sistem pendinginan untuk kondensasi uap – minyak perlu
disempurnakan sehingga aliran air yang masuk ke pendingin dapat
berfungsi secara maksimal dan merata dengan demikian hasil dan
mutu minyak yang diperoleh dapat lebih baik.
9
1. Pada saat pengambilan sample diketahui bahwa terdapat 5 jenis
tanaman dengan varietas yang berbeda (tanpa nama species yang
pasti) yang ditanam pada satu lokasi penanaman.
2. Taman tersebut memiliki nama daerah yang sama, yaitu : Nilam
Aceh, tapi asal yang berbeda, yaitu ; Cisaroni, Bengkulu 1,
Sidikalang, Bengkulu 2 dan Lokal.
3. Akibat dari faktor-faktor diatas, daun yang sekarang dihasilkan
tidak tertutup kemungkinan telah mengalami perubahan dalam arti
terjadi persilangan yang menghasilkan varietas baru yang tidak
diketahui dengan pasti kualitasnya.
4. Dari hal-hal tersebut diatas dapat dilihat satu bukti yang nyata
yaitu rendahnya kadar Patchouli alcohol (20,28 %) yang mana hal
ini menunjukkan bahwa proses biokimia pembentukan senyawa
tersebut tidak berlangsung dengan baik. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa telah terjadi ketidakcocokan sistem
budidaya antara faktor genetik (spesies tanaman) dan faktor
pendukung lingkungan ( unsur hara, iklim, dll).
Minyak Nilam yang dihasilkan, baik yang diperoleh dari uji daun
maupun dari uji sample minyak yang diperoleh dari destilator yang
ada di pager Ageung, hampir seluruhnya tidak memenuhi dengan
10
lengkap standar spesifikasi perdagangan (SNI: 06-2385-1991). Hal ini
diperkirakan sebagai akibat dari :
11
d. Solusi Dan Saran Perbaikan
Berdasarkan hasil kajian data data diatas dapat disimpulkan :
1. Perlu dilakukan analisis total terhadap parameter sistem agribisnis
yang ada, yang terdiri dari :
a. Analisis daya dukung lingkungan (seperti kesesuaian unsur
hara, pH, iklim, topografi, dll)
b. Analisis tanaman (kepastian varietasnya)
c. Analisis sistem penyulingan ( kadar logam terlarut, tempat
penampungan minyak, termodinamika penyulingan, sistem
perpindahan panas, dll)
2. Dari ketiga faktor diatas, salah satu cara yang paling cepat untuk
dilakukan adalah penggunaan bibit nilam (secara in – situ) dengan
varietas yang jelas dan kualitas yang baik pada kebun percontohan
untuk digunakan sebagai pembanding kualitas. Untuk mendapatkan
bahan tanaman yang baik dapat dilakukan melalui pengambilan
varietas tanaman langsung dari sumber asal, diuji coba tanamkan
di lokasi percontohan dan pengamatan pertumbuhan secara
intensif. Dengan demikian diharapkan akan terjadi varietas
tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik dengan
lingkungannya yang baru dengan kualitas dan kuantitas minyak
yang baik. Untuk mendapatkan mutu minyak hasil destilasi perlu
dilakukan penyetelan ulang mesin dan bila memungkinkan
dilakukan modifikasi sistem penyulingan sehingga diperoleh cara
pemanasan daun (sistem penguapan), yang seragam dengan
derajat pemanasan yang terkendali. Sistem pemanasan juga dapat
dilakukan dengan cara penguapan pada daun basah dan pada daun
kering. Namun untuk itu diperlukan studi lebih lanjut.
12
budidaya yang ada saat ini sekitar 70 hektar tersebar di beberapa
dusun dengan pola penanaman tumpang sari dengan tanaman
tahunan di kaki gunung yang ada di sekitarnya.
Dari hasil observasi lapangan dapat diketahui bahwa varietas tanaman
yang dibudidayakan oleh petani sudah seragam (varietas Sidikalang)
dimana proses awal budidaya dilakukan dengan menguji coba
kesesuaian varietas tanaman tersebut bekerjasama dengan Balitro.
13
Tungku Batu bara Tangki Destilasi
14
Hasil uji coba pada unit destilasi yang ada menunjukkan tingkat
persentase pachouli alkohol (PA) yang dihasilkan telah memenuhi
syarat minimal standar produksi nilam dimana PA yang diperoleh
sekitar 34% (standar yang syaratkan harus lebih besar dari 30%).
Rendemen minyak hasil destilasi dengan unit destilasi yang ada saat
ini baru mencapai 2,6% dari berat kering daun yang diproses.
Kinerja yang ada saat ini masih dapat ditingkatkan antara lain
dengan memperbaiki sistem pemanasan dan cara pemotongan daun
dan ranting yang akan didestilasi.
15
Pa Djadja dengan Staf Pengepakan Bibit
16
b. Unit Destilasi
Untuk sentra nilam di kabupaten Garut saat ini belum
menggunakan unit destilasi yang modern. Kebanyakan kelompok tani
masih menggunakan peralatan yang sederhana dengan menggunakan
drum dan sumber pemanas dari kayu bakar. Sehingga minyak yang
dihasilkan masih di bawah standar yang ditentukan. Saat ini beberapa
kelompok tani tengah mengupayakan membangun unit destilasi
modern dengan bahan stainless dan sumber pemanas kompor /
burner yang lebih baik.
17
Gambar 13. Areal Kebun Percobaan Tanaman Nilam
Di Arjasari Kecamatan Banjaran
18
sekitar 18oC s/d 27oC, dengan kelembaban 60 s/d 70%.
Tanaman nilam membutuhkan curah hujan yang cukup
tinggi antara 2300 s/d 3000 mm/tahun.
Kriteria Bahan Stek
Pemilihan Bibit untuk bahan untuk stek yang baik dengan
persyarata sebagai berikut :
a. Tanaman induk telah berumur 6 – 12 bulan dan
bebas dari hama penyakit
b. Pemotongan stek dilakukan pada pagi hari
menggunakan pisau yang steril dengan panjang
sekitar 20-30 cm serta mempunyai 3-4 mata tunas
c. Cara pemotongan meruncing tepat di bawah atau di
atas buku.
d. Segera dilakukan penyemaian sebab tanaman nilam
cepat layu
e. Untuk kebutuha satu hektar diperlukan antara
40.000 s/d 50.000 stek
Tempat Persemaian
Tanah untuk keperluan bedengan diolah dan dicampur
pasir dengan perbandingan tanah dan pasir 2 : 1, Ukuran
bedengan : lebar 80-120 cm, tinggi 25-30 cm, dan
panjang bergantung kondisi lapangan. Di atas bedengan
diberi pupuk kandang atau kompos secara merata.
Bedengan harus diberi pohon naungan atau di atas
bedengan diberi atap daunkelapa, alang-alang dan
sebagainya. Penanaman stek bibit di bedengan dilakukan
pada sore hari. Untuk merangsang pertumbuhan
perakaran dapat digunakan hormon tertentu.
Persiapan Lahan/Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dapat dimulai 1-2 bulan sebelum tanam,
dengan pencangkulan tanah sedalam kira-kira 30 cm.
Ukuran bedengan tinggi 20-30 cm, lebar 1-1,5 meter dan
19
panjang disesuaikan dengan lainnya berkisar 40-50 cm,
untuk memudahkan perawatan tanaman. Satu minggu
menjelang tanam buatlah lubang tanam dengan ukuran 15
x 15 x 15 cm. Jarak tanam antara lubang satu dengan
yang lainnya 50 x 50 cm.
Cara Tanam
setiap lubang tanam dapat diisi 1-2 stek, bibit yang
mempunyai akar sangat rimbun harus dikurangi agar
pertumbuhan nilam tidak bengkok.
Penyulaman Tanaman
Penyulaman dilakukan apabila didapati kondisi tanaman
kurang segar layu atau bahkan mati, penyulaman
dilakukan sekitar 3 minggu setelah tanam/
Penyiraman Tanaman
Pemberian air harus disesuaikan dengan umur tanaman
nilam. Pada fase-fase pertumbuhan akhir sudah harus
dikurangi pemberian airnya. Menjelang panen sampai
dengan pemetikan daun, tanah harus dikeringkan untuk
mencegah turunnya mutu daun dan mempertingi daya
simpan.
Penyiangan Tanaman
Gulma yang tumbuh disekitar tanaman nilam harus
dibersihkan. Waktu penyiangan dilakukan sebelum
pemupukan, yakni menjelang umur 1 bulan, 3 bulan dan 5
bulan.
Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik (alami)
dan popok non organik (buatan). Pupuk nilam
mencangkup : pupuk dasar, pupuk susulan dan bila perlu
pupuk daun.
a. Pupuk dasar, berupa pupuk kandang diberikan pada
waktu membuat persemaian, dan pada bedengan
20
dikebun pada waktu 2 minggu menjeleng tanam.
Pemberian pupuk kandang sekitar 10-20 ton/ha.
b. Pupuk susulan. Disesuaikan dengan pertumbuhan
dan perkembangan nilam sebagai berikut : Umur 1
bulan : 75 Kg Urea/ha, 50 Kg Za/ha dan 50 kg TSP
dan 25 kg KCl. Umur 3 bulan : 50 kg Urea, 50 kg
ZA/ha dan 25 Kg KCl/ha. Umur 5 bulan : 25 kg
urea/ha, 25 kg ZA/ha dan 12,5 kg KCl/ha.
c. Pupuk daun (Gandasil D, Atonik, Bayfolan dll). Umur
1 bulan 1 liter/ha, Umur 3 bulan 1liter/ha.
Pembumbunan
Tanah dicangkul tipis di sekeliling tanaman dengan jarak ±
20 cm. Setiap kali pembumbunan akan berbentuk
guludan, dan sekaligus terbentuk pula saluran drainase
yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
21
• Arang briket
• Kompos
• Bahan campuran obat nyamuk dan racun tikus
• Bahan campuran serat untuk bahan bangunan
Hasil kajian laboratorium telah memberikan gambaran potensi
pemanfaatan produk samping tersebut. Kajian lebih lanjut
adalah bagaimana mengimplementasikannya menjadi produk
komersial. Dengan demikian dari proses produksi nilam ini
diupayakan dapat diperoleh industri hulu hingga hilir yang
memiliki nilai ekonomi yang dapat diandalkan. Beberapa contoh
produk hulu dan produk hilir yang telah dikaji dari agroindustri
nilam ini adalah seperti yang disajikan pada Gambar 14.
22
Daun Nilam
↓
23
Lampiran Hasil Analisis Laboratorium
24