03 Modul 2 Mengelola Perubahan
03 Modul 2 Mengelola Perubahan
Mengelola Perubahan
TUJUAN
• Memberikan insight bahwa advokasi pada dasarnya adalah mendorong suatu
perubahan.
• Membuat pemaha man bahwa prinsip mengubah haruslah “I go first” , diri
kita sendiri yang harus berubah.
• Mendorong perubahan sikap diri dalam hal:
o Meyakini “mungkin tidaknya” untuk melakukan sesuatu hal, lebih
bersumber pada keyakinan subyektif dan bukan pada fakta obyektif.
o Menginternalisasi moto “Biar sulit tapi bisa!”.
o Jangan lihat kondisi (yang membatasi), selalu carilah peluangnya.
• Kesediaan membuka diri terhadap hal baru seperti anak-anak.
PERKIRAAN WAKTU
60 menit
PERLENGKAPAN
Kertas HVS 3 x jumlah peserta.
4 gelas bening berisi air.
Tali kenur sepanjang 1 meter sejumlah peserta.
Dianjurkan memiliki koleksi lagu-lagu anak.
BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR
“Ketika muda aku ingin mengubah dunia, ternyata dunia tidak berubah.
Lalu kucoba mengubah kotaku, ternyata juga tidak berubah
Kemudian aku mencoba mengubah keluargaku, ternyata juga tidak berubah.
Akhirnya aku menyadari, terlebih dahulu aku harus mengubah diriku sendiri.”
(Orang bijak dari awal abad 19)
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” biasanya hanyalah ada di kepala kita
sendiri.
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” biasanya hanyalah karena tidak tahu
caranya.
Jika kita berpikir “tidak mungkin”, maka kita tidak ingin (tidak termotivasi)
untuk melakukan tindakan apapun.
Dalam berusaha, pahami pa meo “Biar sulit, tapi bisa”
Jangan hanya melihat keadaan suatu hal, tapi pelajari kemungkinan dan
potensinya.
Sejalan dengan dina mika pelatihan di sesi-sesi berikutnya akan dijumpai situasi
di mana peserta mulai tidak percaya diri saat diminta mempersiapkan rencana
hearing untuk menggolkan suatu isu. U mumnya sejumlah peserta akan merasa
tidak mampu atau tidak yakin karena faktor tidak punya pengalaman, atau faktor
risiko dalam pekerjaannya.
Di sinilah nilai penting dari internalisasi perubahan sikap dalam mendorong
suatu perubahan ini. Rasa yakin bahwa selalu ada peluang, dalam kondisi apapun,
sekalipun na mpak sulit di awalnya.
Dalam beberapa permainan di sesi ini, peserta akan dibawa pada situasi yang
nampaknya sulit jika dilihat secara apa adanya. Dibutuhkan suatu pemikiran dan
kema mpuan “ melihat peluang” agar bisa memecahkan persoalan ini. Secara ringkas
akan dituangkan dengan suatu teriakan “sulit tapi bisa!”.
Kalimat tersebut akan dijadikan “pemicu emosi” (dalam NLP disebut dengan
anchor ) untuk membangkitkan emosi positif, yakni perasaan “sekalipun sulit tapi
saya yakin bisa”. Fasilitator setiap saat bisa memicu emosi ini dengan meneriakkan
“Sulit…???”, maka peserta akan menjawab “Bisaaa!!!”.
Pembentukan Kelompok
Dalam sesi ini peserta akan dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yang
relatif akan dipertahankan selama pelatihan. Hasil pengel ompokan ini akan tetap
digunakan dalam beberapa sesi lain untuk menjalankan aktivitas permainan. Proses
pembentukan kelompok harus melalui suatu stimulasi yang menghasilkan rasa
“sesuatu lebih mungkin dicapai jika dilakukan dengan cara kerjasama ”.
Pengelompokan ini juga akan dijadikan dasar bagi fasilitator untuk
mengelola kelas, dengan cara menunjuk ketua kelompok, membangun nilai
kelompok dan membuat slogan/yel-yel.
Penunjukkan ketua kelompok, pembuatan nilai kelompok dan pembuatan
slogan harus dibuat secara demokratis dengan cara kelompok tersebut sendiri yang
melakukannya.
2. Permainan • Memberikan stimulasi permainan yang menyenangkan, o Kertas HVS sejumlah • Permainan 20”
Tantangan 1, 2 menantang dan menggoyang belief system mengenai peserta
dan 3 “mungkin tidak mungkin”, dan “sesuatu yang sulit o 3 gelas berisi air
hanya tidak tahu caranya”. o Tali kenur
CATATAN
• Tutup sesi ini dengan sebuah k esepakatan bersama.
• Mulai sekarang, kita menggunakan sapaan khusus untuk pelatihan ini:
o “Selamat Pagi?”, jawab dengan “Pagi!”
o “Apakah sulit?” jawab dengan “Bisa!”
• Putar lagu “Aku pasti Bisa”, yang dinyanyikan Afi Junior.
VARIASI
o Jika waktu cukup panjang, Anda dapat memberikan aktivitas tantangan lain di
sesi ini. Carilah permainan yang mengasah otak, yang cenderung memunculkan
rasa tidak mungkin dilakukan.
o Tujuan yang terpenting adalah setelah mengetahui rahasianya, akan muncul
efek “Oh ternyata cuma begitu saja”. Permainan ini juga sekaligus akan
membangun suasana ceria dan fun.
Lampiran 1: Contoh-Contoh
Kisah Menantu dan Mertua
Aktivitas
1. Peserta berada di kursi masing- masing.
2. Bagikan kertas HVS masing- masing 1 lembar pada peserta.
3. Berikan pertanyaan: Apakah mungkin membuat sebuah lubang pada kertas ini
sehingga kita bisa masuk melaluinya. Jika mungkin silahkan lakukan. Sambil
Anda demonstrasikan membentuk sebuah lubang (ga mbar 1).
4. Tunggu respon yang bermacam- maca m dari peserta, berikan komentar
seperlunya..
5. Berikan waktu 5 menit bagi peserta untuk memecahkan teka-teki ini.
6. Observasi, siapa saja yang kelihatan bisa, siapa yang tengah berusaha dan siapa
yang hanya diam. Catat dalam hati/di kertas kecil.
7. Tawarkan untuk menga mbil kertas lagi, bagi yang sudah mencoba dan salah
dan mau mencoba lagi.
8. Sementara menunggu, dalam posisi yang agak terhalang dari pandangan
peserta, robek sebuah k ertas HVS dengan pola tertentu (gambar 2).
9. Jika tidak ada satupun peserta yang ma mpu memecahkan teka-teki ini,
tunjukkan hasil robekan Anda. Namun jika ada peserta yang ma mpu
memecahkannya, minta dia maju k e depan untuk menunjukkannya pada peserta
lainnya.
10. Tanyakan, apa kesimpulannya?
Moral permainan:
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah ada di kepala kita sendiri.
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah karena tidak tahu caranya.
Jika kita berpikir “tidak mungkin”, maka kita tidak ingin (tidak termotivasi)
untuk melakukan tindakan apapun. Sa mbil menunjuk ke beberapa peserta yang
kertasnya masih utuh.
Sulit tapi bisa.
Jangan lihat keadaannya, pelajari kemungkinannya.
Robekan
kertas
Ga mbar 1
Dirobek
Gambar 2
Tantangan 2: Mendirikan gelas aqua di atas kertas
Aktivitas:
1. Peserta berada di kursi masing- masing.
2. Bagikan kertas HVS masing- masing satu lembar pada peserta.
3. Letakkan dua gelas aqua berdiri di atas meja dengan jarak 15 cm. Pegang satu
gelas aqua lain dan selembar kertas HVS.
4. Berikan pertanyaan: Apakah mungkin meletakkan gelas aqua yang saya pegang
ini di atas kertas, dan kertas tersebut diletakkan di atas dua gelas aqua yang di
meja. Tidak boleh menggunakan alat bantu apapun, tidak boleh menggeser
letak gelas aqua yang di bawah, dan letak gelas aqua yang di atas adalah di atas
celah ke dua gelas aqua yang di bawah. Sambil Anda demonstrasikan posisinya
(gambar 1).
9. Jika tidak ada satupun peserta yang ma mpu memecahkan teka-teki ini,
tunjukkan lipatan kertas Anda. Dengan hati-hati letakkan kertas itu di atas
antara dua gelas aqua, dan letakkan gelas aqua berikutnya di atasnya.
10. Namun jika ada peserta yang ma mpu memecahkannya, minta dia maju k e depan
untuk menunjukkannya pada peserta lainnya.
11. Tanyakan, apa kesimpulannya?
Moral permainan
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah ada di kepala kita sendiri.
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah karena tidak tahu caranya.
Jika kita berpikir “tidak mungkin”, maka kita tidak ingin (tidak termotivasi)
melakukan tindakan apapun. Sambil menunjuk ke beberapa peserta yang
kertasnya masih utuh.
Sulit tapi bisa.
Jangan lihat keadaannya, tapi pelajari kemungkinannya.
Masukkan
lengan kanan B
ke lubang ini
Masukkan
lengan kiri A
ke lubang ini
Masukkan
lengan kiri B
ke lubang ini
Masukkan lengan
kanan A ke lubang Bertautan
ini
• Jadi kedua orang ini tangannya terikat di tali dan kedua tali itu saling bertautan
mengikat mereka berdua menjadi kesatuan.
• Minta mereka mel epaskan lilitan (pertautan) kedua tali itu sehingga mereka
terbebas dari keterikatan.
• Mereka boleh melakukan gerakan apa saja, tanpa mereka mel epaskan si mpul
yang mengikat di lengan mereka atau mel epaskan lengan dari lubang itu.
• Minta seluruh peserta untuk mengikuti hal yang sama.
• Berikan waktu 5 – 10 menit untuk mereka mencoba. Biasanya peserta gagal,
karena fokus pada hal yang keliru (tali dan posisi tubuh).
• Sambil menunggu mereka mencoba, observasi seluruh kelompok sa mbil
meneriakkan “bisa nggak?”, “mungkin nggak” dan set erusnya. Amati reaksi
mereka.
• Setelah waktu habis, tunjukkan cara melepaskan tali lilitan sehingga keduanya
lepas (lihat gambar).
• Amati reaksi peserta.
Pertanyaan:
• Apa perbedaan antara periset yang pertama dan kedua?
• Apa hubungannya dengan setengah kosong setengah isi?
• Mana yang lebih baik “Bisa tapi sulit!”, atau “Sulit tapi bisa!”
Pembagian Kelompok
• Bagikan kertas HVS pada setiap peserta, minta mereka melipat menjadi dua
bagian melebar.
• Minta masing-masing peserta menuliskan kriteria/ciri-ciri orang yang
diinginkan berada satu kelompok bersamanya, dan kriteria/ciri-ciri orang yang
tidak diinginkan berada dalam kelompok mereka.
• Minta mereka menyi mpan kertas itu, dan jangan sampai dibaca oleh orang lain.
• Seluruh peserta diminta berdiri melingkar, atau bisa juga tetap pada tempat
duduknya. Minta satu persatu meneriakkan satu suku kata:
o Orang pertama teriak Ad
o Orang kedua teriak Vo
o Orang ketiga teriak Ka
o Orang keempat teriak Si
o Orang keli ma teriak Ad
o Orang keena m t eriak Vo
o Dan seterusnya sampai seluruh anggota kebagian.
• Kemudian minta mereka mengelompokkan diri sesuai apa yang mereka
teriakkan, sehingga akan ada 4 kelompok:
o Kelompok Ad
o Kelompok Vo
o Kelompok Ka
o Kelompok Si
• Berikan bendera kepada masing- masing kelompok, dan kemudian warna
bendera tersebut menjadi Nama Kelompok mereka:
o Bendera Merah kepada kelompok Ad
o Bendera Kuning kepada kelompok Vo
o Bendera Hijau kepada kelompok Ka
o Bendera Biru kepada kelompok Si
• Perhatikan konfigurasi sebaran peserta, upayakan terjadi sebaran yang adil
antara jenis kelamin laki dan perempuan, asal instansi (LSM, Ormas/Orsos dan
PEMDA). Sehingga pada saat diskusi akan terjadi perwakilan suara secara
sei mbang.
• Setiap peserta diminta meninjau tulisan nama orang yang telah mereka tulis di
kertas tersebut. Jika ada nama orang yang mereka tidak suka dan ternyata
sekelompok dengannya, apa yang akan diperbuat. Jika ternyata ada nama orang
yang mereka suka namun ternyata ada di kelompok lain, apa yang akan mereka
perbuat?
• Minta setiap peserta berkenalan lagi dalam kelompoknya masing- masing,
kemudian secara demokratis tunjuk ketua kelompok.
• Ketua kelompok di mi nta memi mpin proses diskusi:
o Menentukan 3 nilai dasar yang akan dianut kelompoknya.
Misalnya 3 nilai dasar kelompok Putih: Jujur, Adil, Apa Adanya,
o Menentukan slogan/yel-yel dan lagu kebangsaan ciptaan sendiri.
• Minta tiap kelompok bergantian berdiri membacakan 3 nilai dasar dan
meneriakkan slogan/yel-yel serta lagu kebangsaan mereka.
• Berikan applaus yang meriah tiap kali satu kelompok selesai.