Anda di halaman 1dari 15

.

29 April 2009
Penyakit Anthrax

Posted by mypotik at 8:30 AM 29 April 2009


Labels: JENIS-JENIS PENYAKIT

bakteri Bacillus anthracis yang menyebabkan anthrax

Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis
dan sangat mematikan dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks paling sering menyerang
herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan, namun juga dapat menjangkiti manusia
karena terekspos hewan-hewan yang telah dijangkiti, jaringan hewan yang tertular, atau spora
antraks dalam kadar tinggi. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular
melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks. Antraks bermakna
"batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan
berubah hitam.

Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora
seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit
ini lebih umum di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan
umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia (Amerika Selatan dan Tengah,
Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks
yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.

Ada 4 jenis antraks yaitu:

1. antraks kulit

2. antraks pada saluran pencernaan


3. antraks pada paru-paru

4. antraks meningitis

Penularan

Antraks biasa ditularkan kepada manusia karena disebabkan pengeksposan pekerjaan kepada
hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang
tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari
produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular
kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat
tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat.
Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak, kebanyakan
tidak menunjukkan simptom.

Cara penjangkitan

Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus kecil, paru-paru (dihirup), atau kulit
(melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.

Beberapa gejala-gejala antraks (tipe pencernaan) adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu
makan, suhu badan meningkat, muntah bercampur darah, buang air besar berwarna hitam, sakit
perut yang sangat hebat (melilit) atau (untuk tipe kulit) seperti borok setelah mengkonsumsi atau
mengolah daging asal hewan sakit antraks.

Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir,
berbau.

sumber : depkes.go
Anthrax adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut. Penyebabnya bakteri
Bacillus anthracis. Menurut drh Suprodjo Hardjo Utomo MS APU dari Balitvet, bakteri ini bersifat aerob,
memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan
tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Kasus di Bogor tejadi
karena spora terbawa banjir. Hewan tertular akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang
dimakan. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai
supaya bakteri tidak menyebar.

Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan
dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena anthrax atau
melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang.
Karenanya ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus, pernapasan/anthrax
paru dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak.
Masa inkubasi anthrax kulit sekitar dua sampai lima hari. Mula-mula kulit gatal, kemudian melepuh yang
jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya. Di sekitar keropeng bengkak dan nyeri.
Pada anthrax yang masuk tubuh dalam 24 jam sudah tampak tanda demam. Mual, muntah darah pada
anthrax usus, batuk, sesak napas pada anthrax paru, sakit kepala dan kejang pada anthrax otak. Jika tak
segera diobati bisa meninggal dalam waktu satu atau dua hari. Namun obatnya sudah ada, yakni
penisilin dan derivatnya. Karena setiap petugas kesehatan sudah dilatih untuk menangani, sebaiknya
penderita segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit.
Untuk mencegah tertular anthrax dianjurkan untuk membeli daging dari tempat pemotongan resmi,
memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci tangan sebelum makan.
Menurut staf ahli Bidang Kesehatan Lingkungan dan Epidemiologi Depkes dr I Nyoman Kandun MPH,
pemerintah menyediakan obat untuk anthrax di seluruh kabupaten endemis anthrax, memberikan
pelatihan surveillance dan diagnosis klinis serta laboratorium di empat provinsi endemis,
mendistribusikan poster, leaflet, dan buku petunjuk penanganan anthrax. Serta melakukan kerja sama
lintas sektoral dalam pemberantasan anthrax dan langkah penanggulangan lain.
Tingkat Kematian Manusia Akibat Anthrax Mencapai 18 Persen. Penyakit Anthrax memang layak ditakuti
karena sangat mematikan. Sapi, domba atau kambing yang terserang, akan menemui ajal dalam
hitungan jam. Kemampuan membunuh yang sangat cepat ini justru ada baiknya, karena penularan
penyakit anthrak sangat lambat dan tak meluas (endemik, sporadik). Lain dengan flu yang bisa mewabah
hampir di semua muka bumi dengan begitu cepatnya.
Penyakit Anthrax termasuk kelompok penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (Zoonosis).
Penyakit ini paling sering menyerang ternak herbivora terutama Sapi, domba, Kambing dan selalu
berakhir pada kematian. Sasaran berikutnya kuda dan babi. Hewan kelompok omnivora ini bisa lebih
bertahan sehingga sebagian penderita selamat dari maut. Serangan pada ayam, belum pernah ada
laporan. Berdasar penelitan yang selama ini telah dilakukan, pada manusia, dilaporkan tingkat kematian
mencapai 18 persen (dari 100 kasus, 18 penderita meninggal). Penyebab Anthrax, bernama Bacillus
anthracis, dapat bersembunyi dalam tanah selama 70 tahun. Bila situasi lingkungan cocok bagi
pertumbuhan kuman, misalnya karena tergenang air, B anthracis akan bangkit dari kubur dan
menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Karenanya, tanah yang tercemar merupakan sumber infeksi
dan bersifat bahaya laten. Kumannya dapat terserap akar tumbuh-tumbuhan hingga mencapai daun
maupun buah sehingga akan menginfeksi ternak maupun manusia yang mengkonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya adalah bangkai ternak pengindap anthrax. Miliaran B anthracis memadati darah
(septisemia), organ-organ dalam. Pokoknya seluruh tubuh bangkai, termasuk benda yang keluar dari
bangkai, mengandung kuman penyebab anthrax. Dalam 1 mililiter darah setidaknya mengandung 1
miliar B anthracis. Bila B anthracis aktif bersinggungan dengan Oksigen, segera mengubah diri dalam
bentuk spora yang memiliki daya tahan hidup lebih tinggi. Dalam bentuk spora ini, kuman penyebab
anthrax dapat bertahan hidup sampai 70 tahun di dalam tanah. Spora-spora tersebut dapat
diterbangkan angin, atau dihanyutkan aliran air kemudian mencemari apa saja (air, pakan, rumput,
peralatan, kendaraan, hewan dan sebagainya). Spora B anthracis yang menempel pada pakan atau air
minum dan benda lainnya, bila termakan atau terhirup pernafasan atau menempel pada kulit yang luka
akan berubah menjadi bentuk aktif dan masuk ke dalam jaringan serta berkembang biak. Sejak kuman
masuk ke dalam tubuh ternak sampai menimbulkan gejala sakit yang disebut masa inkubasi memerlukan
waktu antara 1 - 2 minggu.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS PADA MANUSIA

PENDAHULUAN

Penyakit Antraks merupakan penyakit menular yang umumnya menyerang hewan ( herbivora ) dan
dapat

menyebabkan kesakitan sampai kematian pada manusia. Dalam keadaan sehari-hari penyakit ini sangat
jarang dijumpai pada manusia. Hal ini disebabkan karena pada umumnya kesakitan pada manusia selalu
berhubungan dengan kejadian kesakitan pada hewan ternak dalam skala wabah, atau kontak manusia
dengan ternak dan produknya didaerah endemis. Angka resiko terinfeksi pada manusia berkisar 1/
100.000 dan sebagian besar merupakan antraks kulit (cutaneous anthrax). (Kenneth,1999)
Oleh karena jarangnya penyakit ini pada manusia menyebabkan lemahnya sector medis dalam
mendeteksi secara dini (early detection) gejala penyakit dan melakukan pengobatan yang tepat (prompt
treatment) sehingga menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan
bertambah beratnya penyakit sampai dengan tingkat kematian. Dalam upaya untuk mengeleminir
penyakit ini perlu kiranya dilakukan sosialisasi sekaligus pengenalan manifestasi klinis sekaligus
bagaimana pengobatan dan pencegahannya bagi tenaga medis khususnya yang berada di wilayah
endemis dan perbatasan.

PENANGANAN PENYAKIT

Penanganan yang baik senantiasa harus berpedoman pada pengamatan komprehensif. Sehubungan
dengan penanganan penyakit antraks ini perlu kiranya dilakukan :

Anamnesa terarah
Suatu early diagnosis (diagnosa dini) penyakit antraks umumnya sulit ditegakkan karena pada awalnya
menunjukkan gejala dan tanda yang bersifat umum. Seperti demam subfebris, sakit kepala, kelainan
kulit, akut abdomen dan sesak nafas. Yang mudah ditegakkan adalah bila gejala penyakit tersebut sudah
menampakkan tanda pathognomonik seperti ?eschar? pada antraks kulit.Oleh karena sebagian besar
manifestasi klinis penyakit antraks adalah antraks kulit (90%) , ( Marc, La Force, 1994) ; maka umumnya
penderita datang dengan keluhan demam, sakit kepala disertai tumbuhnya papel yang gatal atau vesikel
yang berisi cairan. Pada keadaan seperti inilah perlu dilakukan anamnesa terarah seperti :

Riwayat sering kontak dengan ternak atau produknya (kulit, tulang).


Riwayat kontak dengan ternak sakit
Riwayat mengkonsumsi daging ternak sakit
Status pekerjaan (petani ladang, peternak, RPH, penyamak kulit).
Tidak kalah pentingnya bagi kalangan medis adalah mengetahui dimana dia berada, di wilayah endemis
atau perbatasan.

Pengenalan penyakit
Mendeteksi secara dini penyakit antraks dapat mudah dilakukan bila kalangan medis sudah pernah
melihat secara langsung kelainan pathognomonis yang ada seperti eschar pada kulit, yaitu kerak hitam
yang berada ditengah ulkus yang mongering. Untuk mengenal penyakit antraks tersebut maka harus
diketahui manifestasi klinisnya.

Antraks kulit
Keluhan penderita : demam subfebris, sakit kepala.
Pada pemeriksaan, umumnya di daerah terbuka seperti muka, leher, lengan dan tangan ditemukan
kelainan berupa papel, vesikel yang berisi cairan dan jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi
oleh kerak berwarna hitam, kering yang disebut eschar ( pathognomonik ) disekitar ulkus, sering
didapatkan eritema dan edema. Pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk ( non
pitting ) bila ditekan, disebut juga malignant pustule.

Antraks saluran pencernaan


Keluhan penderita : rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak napsu makan, suhu badan
meningkat, hematemesis.
Pemeriksaan fisik : perut membesar dan keras, dapat berkembang menjadi ascites dan edema scrotum.

Antraks paru-paru
Keluhan penderita : demam subfebris, batuk non produktif, lesu, lemah. Dalam 2 ? 4 hari gangguan
pernafasan menjadi hebatdisertai suhu yang meningkat, sianosis. Dispneu, keringat berlebihan, detak
jantung menjadi lebih cepat.
Pemeriksaan fisik : edema subkutan di daerah dada dan leher.

Antraks meningitis : akibat dari komplikasi bentuk antraks yang lain. Gejala klinis seperti randang otak
maupun selaput otak yaitu demam, sakit kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran, kaku kuduk.

PENGOBATAN

Penisilin merupakan obat antibiotika yang paling ampuh untuk penderita antraks yang alami dan jarang
resisten. Pengobatan penderita/ tersangka antraks, tergantung dari tipe atau gejala klinisnya yaitu;

Antraks kulit ;
Prokain penisilin 2 x 1,2 juta IU diberikan secara IM selama 5 s.d 7 hari. Atau dapat juga dengan
menggunakan benzil penicillin 2500 IU secara IM setiap 6 jam. Perlu diperhatikan mengingat drug of
choise untuk antraks adalah penicillin sehingga sebelum diberikan suntikan harus dilakukan skin test
terlebih dahulu.
Bila penderita/ tersangka hipersensitif terhadap penisilin dapat diganti dengan memberikan tetrasiklin,
klorampenikol atau eritromisin.

Antraks intestinal dan pulmonal


Penisilin G 18 ? 24 juta IU / hari, IVFD ditambah dengan streptomisin 1 ? 2 gram untuk tipe pulmonal,
dan untuk tipe gastro intestinal tetrasiklin 1 gram/ hari.
Terapi supportif dan simptomatis perlu diberikan, biasanya plasma ekspander dan regiment vasopresor
bila diperlukan. (Nalin, dkk 1977), antraks intestinal menggunakan klorampenikol 6 garam/ hari selama 5
hari, kemudian diteruskan 4 gram/ hari selama 18 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 garam/ hari
untuk menghindari supresi sumsum tulang

Antraks pulmonal oleh karena bioterrorism


o Pengobatan profilaksis ( terpapar ) ;

Type Pengobatan
Dewasa
Anak-anak

Pengobatan awal
Ciprofloxacin, dosis 500 mg, setiap 12 jam
Atau
Doxycycline, 100 mg oral,
2 kali/hari

Ciprofloxacin, 10-15 mg per Kg BB, oral setiap 12 jam


Atau Doxycycline, 100 mg per oral, 2 kali/ hari ( > 8 th dan > 45 th)

Pengobatan Optimal
Amoxicilin 500 mg per oral setiap 8 jam
Atau
Doxycycline, 100 mg oral, setiap 12 jam
Amoxicilin 500 mg per oral setiap 8 jam
( BB > 20 kg)
Untuk BB < 20 kg diberikan 40mg/kg BB per oral dibagi 3 dosis ( setiap 8 jam )

Pengobatan terhadap klinis antraks

Type Pengobatan
Dewasa
Anak-anak

Pengobatan awal
Ciprofloxacine, dosis 400 mg, intra

vena setiap 1 jam


Ciprofloxacin, 20-30 mg, per kg BB per hari ( IV ), dibagi 2 dosis

Pengobatan Optimal
Penicilin G, 4 juta U, intra vena setiap 4 jam
Atau
Doxycycline, 100 mg Intra Vena , setiap 12 ja
Ciprofloxacin, 20-30 mg, per kg BB per hari setiap 12 jam
Atau
Penicilin G, 50.000 Unit, intra vena setiap 6 jam ( <12 th )
Umur >12 th diberikan Penicilin G, 4 juta U, intra vena setiap 4 hari

Catatan : lamanya pengobatan sampai dengan 60 hari


Sumber : - Departement of Medicine, Bullfinch 127, Massachusetts Generak HospitL, 55Fruit St, Boston,
MA 02114-2696 Children And Antrax : A fact Sheet For Clinicion, Nov 7 Th, 2001, U.s Deparrtment OF
Health and Human Services, CDC ATLANTA.

PENANGANAN DI RUMAH SAKIT

Penderita antraks yang dirujuk ke RS umumnya penderita yang penyakitnya makin memburuk seperti
septikemi, syok, dehidrasi.

Untuk itu penanganannya adalah:

Rawat di ruang isolasi


Tindakan medik dan pemberian obat-obatan simptomatis/ supportif
Pemberian antibiotik
Desinfeksi terhadap ekreta dan sekreta yang dikeluarkan penderita
Pengambilan dan pengiriman spesimen ke Laboratorium

PENCEGAHAN

Hindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena
antraks.

Cuci tangan dengan sabun sebelum makan

Cuci sayuran/ buah-buahan sebelum dimakan

Memasak daging sampai matang sempurna

Vaksinasi antraks ( penggunaannya selektif dan efek samping tinggi ).


Anthrax adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut. Penyebabnya
bakteri Bacillus anthracis. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan
tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Hewan tertular
akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan. Hewan yang mati akibat
anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun
bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena
anthrax atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau
kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus,
pernapasan/anthrax paru dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk
ke otak.
Dasar kelainan : Nekrosis lokal akibat toksin atau bakteriemia

I. Diagnosis

Masa inkubasi : 2 -5 hari.

A. Keluhan pokok

Keluhan umum :

1. Demam
2. Sefalgi
3. Malese
4. Mual muntah

Tergantung dari lokasinya :

1. Kulit (Antrhrax Cutaneus)


- Pruritus
- Papul yang tidak sakit
2. Paru (Antrhax paru “woolsorter’s disease”)
- Sesak
- Batuk-batuk
- Tersumbat di hidung, kerongkongan dan larings.
3. Gastrointestinal
- Mual muntah
- Nyeri abdomen
- Diare bercampur darah

B. Tanda Utama

1. Lesi vesikel dengan nekrosis hitam pada bagian tengah, dikelilingi cincin eritema dan
edema.
2. Kongesti jaringan mukosa
3. Tanda lain sesuai lokasi infeksi

C. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan Sputum
2. Kultur dari jaringan nekrosis lalu diwarnai Gram atau flouresen

D. Pemeriksaan khusus : -

II. Komplikasi

1. Sepsis
2. Meningitis
3. Endokarditis

III. Panatalaksanaan

a. Terapi Umum

1. Istirahat
2. Diet
3. Medikamentosa
- Obat Pertama :
1. Penisilin G 2 juta unit/6 jam hingga tanda-tanda edema hilang
2. lalu dengan pemberian peroral selama 7 – 10 hari.
3. Eritromisin/tetrasiklin 4 x 500 mg bila alergi pinisilin.

- Obat alternatif : -

b. Terapi komplikasi : -

IV. Prognosis
Mortalitas :

1. Antrax Cutaneus : 10 – 20%


2. Antrax paru : 100%
3. Antrax gastrointestinal : 50%

Bila terapi cepat dan tepat mortalitas dapat diturunkan.

V
WABAH  SERANGAN  ANTHRAX  MENGANCAM
(Anthrax Disease Outbreaks)
Last Update :
Belum lama ini sedikitnya sudah 10 daerah propinsi yang oleh Departemen Pertanian dinyatakan
berisiko untuk usaha peternakan yaitu antara lain Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, dan Papua. Pernyataan tersebut didasarkan atas hasil survei yang dilakukan pada
bulan April 2000.  Penyebaran penyakit anthrax diperkirakan berasal dari importasi sapi-sapi
perah asal negara Eropa dan sapi potong asal Asia Selatan. Penyakit anthrax diketahui sudah
menjangkiti secara sporadis  beberapa daerah di pulau Sumatera seperti Jambi, Palembang,
Padang, Bengkulu, Bukit Tinggi, dan Sibolga.

Sejarah Penyakit
Penyakit anthrax sudah sejak lama diketahui terdapat di sini  (1884) sebagaimana dilaporkan
oleh Javasche Counrant menyusul serangan anthrax pada kerbau di Teluk Betung, propinsi
Lampung. Sejak saat itu, hampir setiap tahun terjadi kasus serangan penyakit anthrax secara
sporadis di beberapa daerah seperti pulau Sumatera (Palembang, Lampung, Bengkulu,
Tapanuli), pulau Jawa (Jawa Barat, Tengah dan Timur), pulau Bali (Buleleng di tahun 1885),
Nusa Tenggara Barat dan Timur, Kalimantan dan Irian Jaya (sekarang Papua).

Pada tahun 1990 dilaporkan terjadi serangan penyakit anthrax terhadap peternakan sapi perah di
Kabupaten Semarang dan Boyolali yang menyebabkan kematian ratusan ekor sapi. Sampai tahun
1994 laporan serangan anthrax hanya berasal dari Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat.
Penyakit anthrax menjadi sangat berbahaya karena menyerang semua hewan berdarah panas
bahkan juga menginfeksi manusia, dan bisa menyebabkan kematian. Penularan kepada manusia
bisa dengan cara mengkonsumsi hewan yang terinfeksi anthrax yang proses pemasakannya tidak
sempurna. Penularan lewat pernapasan bisa terjadi terhadap pekerja penseleksi bulu domba yang
menderita anthrax. 

Sejarah Kasus Anthrax di Purwakarta, Jawa Barat


(Anthrax Outbreaks in Purwakarta, West Java)

Desa (Village) Tahun Serangan (Year of Outbreaks)


Cibungur 1962
Cirangkong 1985
Cirende 1963, 1985
Cikadu 1965
Cibukamanah 1966, 1975, 1983
Cipayungsari 1999 - 2000

Peternakan Burung Onta


Serangan penyakit anthrax terhadap flok burung onta mulai menarik perhatian ketika Januari
2000 ditemukan kasus serangan anthrax terhadap 3.000 ekor burung onta di daerah Purwakarta,
Jawa Barat. Kasus pertama kali diketahui di penghujung tahun 1999 atas hasil uji laboratoris
terhadap spesimen organ burung onta (ostrich) yang dilakukan oleh Faculty of Veterinary
Medicine and Research Institute of Veterinary di Bogor. Kasus di peternakan burung onta yang
dimiliki oleh PT Cisada Kema Suri, diduga disebabkan oleh terabaikannya program vaksinasi
untuk penyakit anthrax. Upaya penanggulangan penyebaran penyakit anthrax dengan
memusnahkan sebanyak 2662 ekor burung onta berhasil diselesaikan dalam 5 hari kerja. Ternak
dibunuh dengan strichnine yang diinjeksikan ke dalam pembuluh darah vena yang akan mati
dalam 10 detik. Semua bangkai ternak ditempatkan dalam lubang sedalam 5 meter, dibakar dan
dipendam dengan kapur dan akhirnya tanah menutupi permukaan.

Ethiology
Penyakit anthrax dikenal juga sebagai splenic fever (radang limpa), yang disebabkan oleh mikro
organisme gram positip Bacillus anthracis. Di bawah mikroskop tampak seperti barisan batang
panjang. Sementara di dalam tubuh inang, Bacillus melindungi dirinya dalam kapsul, dan akan
membentuk spora segera setelah berhubungan dengan udara bebas. Spora diketahui dapat
bertahan hidup bertahun-tahun dalam tanah yang cocok. Oleh karena itu, bangkai hewan yang
positip terkena anthrax atau mati dengan gejala anthrax tidak diperbolehkan untuk dibedah untuk
menutup peluang kuman anthrax bersinggungan dengan udara. Semua peralatan kerja yang
pernah bersentuhan dengan hewan sakit harus direbus dengan air mendidih selama paling sedikit
20 menit. 

Daerah-daerah yang mempunyai catatan sejarah serangan anthrax akan tetap endemik yang
berpotensi kuat untuk serangan berikutnya. Semua hewan berdarah panas dapat terserang
penyakit anthrax yang tingkat kepekaannya akan berbeda di antara spesies. Domba adalah yang
paling peka, diikuti sapi, dan kuda sedangkan kerbau, ruminansia kecil dan babi tergolong lebih
tahan terhadap serangan anthrax. Masa inkubasi bervariasi antara 3 - 5 hari. 

Gejala awal dari ternak yang terserang anthrax diawali dengan suhu tubuh tinggi (41 - 42 oC),
kehilangan nafsu makan yang mengarah kepada terhentinya produksi susu, edema di sekitar
leher, hidung, kepala dan scrotum. Hewan terlihat sempoyongan, gemetar, ambruk dan kematian
sangat cepat. Ternak yang lemah biasanya mati dalam waktu 1 - 3 hari.Pada ternak babi dan
kuda yang lebih tahan, gejala penyakit berjalan secara kronis dan menyebabkan pembengkakan
pada daerah tenggorokan. Sedangkan serangan pada manusia menimbulkan tukak di kulit,
septikaemia dan bisa menimbulkan kematian. 
Kematian hewan secara mendadak tanpa gejala klinis khususnya di daerah endemik perlu
dicurigai untuk kemungkinan terinfeksi anthrax. Pemeriksaan preparat ulas darah dari hewan
mati perlu dilakukan secepatnya untuk kepastian penyakit, sehingga perlu dihindari
dilakukannya nekropsi terhadap hewan mati.

Penanggulangan Penyakit
Setiap kasus kejadian atau dugaan anthrax harus dilaporkan kepada Dokter Hewan berwenang
dan Dinas Peternakan setempat, karena dampaknya bisa sangat luas apabila dilakukan
penanganan yang salah. Pengobatan dapat menggunakan penisilin, tetrasiklin, dan obat-obatan
sulfa. Apabila pengaruh obat sudah hilang, vaksinasi baru bisa dilakukan sebab pengobatan
dapat mematikan spora vaksin. Untuk memutus penularan, bangkai ternak dan semua material
yang diduga tercemar (karena pernah bersinggungan dengan hewan sakit) harus dimusnahkan
(dibakar) dan dikubur dalam-dalam di bawah pengawasan Dokter Hewan atau petugas
peternakan berwenang. Bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu gamping secukupnya. Area
penguburan diberi tanda supaya semua hewan di area sekitar menjauhi lokasi penguburan. 

Anthrax adalah salah satu penyakit hewan yang cukup ditakuti. Bagaimana perjalanan sejarah
penyakit ini dari sejak pertama kali ditemukan ?.

 Tahun 1877. Seorang ilmuwan yang bernama Robert Koch ( penerima HadiahNobel
Perdamaian pada tahun 1905), berhasil membiakkan  kultur murni dari B. anthracis
untuk pertama kalinya, sekaligus menunjukkan bahwa bakteri ini dapat membentuk spora
serta membuktikan B. anthracis sebagai penyebab penyakit anthrax dengan cara
menyuntikkannya  pada hewan percobaan.

 Tahun 1881. Louis Pasteur dengan bakteri yang sama berhasil menemukan vaksin untuk
imunisasi  lewat penyuntikan B. anthracis yang dilemahkan dalam percobaannya di
depan umum yang terkenal di Pouilly Le Front, Perancis. B. antrachis sebenarnya telah
memberikan sumbangan besar bagi kemanusian dengan menjadi model awal studi
bacteriology dan immunology.

 Tahun 1894. Beberapa bakteri patogen lain berhasil diisolasi di lab Koch, misalnya
Clostridium tetani yang menyebabkan tetanus oleh peneliti Jepang, Shibasaburo Kitasato
dan Emil Adolf von Behring dengan penelitiannya mengenai bakteri Corynebacterium
diphtheriae, penyebab difteri yang mengantarkannya mendapatkan Hadiah Nobel
Kedoteran pertama (1901). Kedua bakteri tadi mengeluarkan proteintoksin (racun) yang
menyebabkan kematian. Protein itu dapat diisolasidari kultur biakan sehingga
memudahkan studi lebih lanjut. Akan tetapi hal serupa tidak ditemukan pada B.
antrachis sehingga menghambat studi patogenesis bakteri ini selama puluhan tahun.
Misalnya, saat itu diduga penyebab kematian anthrax karena penyumbatan pembuluh
kapiler, kekurangan oksigen dan fenomena lain yang disebabkan oleh bakteri itu sendiri.

 Tahun 1950. Harry Smith, peneliti kimia organik bekerja sama dengan James Keppie,
seorang dokter hewan, berhasil menemukan protein toksin dari darah kelinci percobaan
yang terserang anthrax di Inggris. Mereka membuktikan keberadaan protein racun
tersebut dengan menunjukkan bahwa bakteri sebanyak lebih dari 3 juta/ml darah,
walaupun telah dibunuh dengan antibiotika, tetap menyebabkan kematian. Hal ini
membuktikkan bahwa B. antrachis mengeluarkan racun penyebab kematian.

 Tahun 1954. Hasil penelitian Harry Smith dan James Keppie berhasil mengisolasi
protein racun dari plasma darah dengan menggunakan lebih dari 100 kelinci.

 Tahun 2003. Sekelompok ilmuwan dari Boston berhasil membuat vaksin anthrax duo-
aksi yang secara simultan mampu melindungi tubuh dari dua serangan yakni, serangan
bakteri penyebab anthrax (Bacillus anhtracis) dan serangan racun yang dihasilkan
olehnya. Menururt Dr.Julia A.Wangdari Brigham and Women’s Hospital keunikan
vaksin ini adalah ia dapat menyerang kedua komponen penyebab penyakit anthrax
tersebut. Menurut catatan para peneliti, vaksin tersebut merupakan kombinasi dari
antibakterial (semisal prophylactic) dan antitoksik( semisal therapeutic) dan kombinasi
tersebut diletakkan dalam satu vaksin. Menurut penelitian mereka pula dapat dibuktikan
bahwa Antrax adalah penyakit yang mempunyai sejarah sangat panjang  Penyakit ini
telah ditemukan pula pada jaman Mesir kuno.

Anda mungkin juga menyukai