ISI
ISI
PENDAHULUAN
Islam pada masa kejayaannya dari abad VII sampai abad XIII pernah berada pada
posisi puncak sebagai sentral peradaban dunia. Umat Islam sangat yakin bahwa kejayaan
peradaban Islam dapat tercapai tidak terlepas dari berkat semangat tauhid yang
rasional, ilmiah dan filosofis yang berkembang pesat dikalangan umat Islam. Pemikir
kepada wahyu. Kemajuan yang dialami oleh dunia Islam ternyata mempunyai daya tarik
bagi orang-orang Eropa yang masih mengalami kemunduran dan kegelapan, maka tidak
heran kalau orang-orang Eropa berguru ke negara-negara Islam untuk mempelajari Ilmu
Melalui kontak ini, pemikiran rasional, ilmiah, filosofis, dan bahkan sains Islam
mulai ditransfer kedataran Eropa. Abad modern yang dimulai sejak abad XVII,
agama. Dengan demikian abad modern dibarat adalah zaman ketika manusia menemukan
Manusia dipandang sebagai mahluk yang bebas, yang independen dari tuhan dan alam.
Manusia modern dibarat sengaja membebaskan diri dari tatanan Ilmiah (theomorphisme),
mata berpusat pada manusia. Manusia menjadi tuan atas nasibnya sendiri, yang
1
mengakibatannya terputus dari spiritualnya. Tetapi Ironisnya, seperti yang dikatan Roger
Garaudy, justru manusia modern Barat pada akhirnya tida bisa menjawab persoalan-
berangsur-angsur dan menjadi diri yang sebenarnya, supaya memperoleh kelahiran baru
da selalu menyadari bagaimana keadaan seseorang yang berasal dari eabadian (azal)
namun tak pernah melaksanakan hal itu sebelum terjadi perubahan pada dirinya.[2]
Dalam pembahasan kali ini saya berusaha untuk menyampaikan tentang bagaimana Ilmu
tasawuf dalam kaitannya dengan dunia modern atau dengan kata lain yang ditinjau bukan
hanya apa itu tasawuf ?, tetapi lebih mencoba menggali dari tatanan atau sub-sub manusia
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
namun yang paling tepat berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari kontes
kebahasaan, sikap kesederhanaan para sufi maupun aspek kesejarahan. Melihat dari
masing sufi, maka, Ibrahim Basyuni mengklasifiasian definisi tasawuf kedalam tiga
Pertama, al-bidayah yaitu sebagai unsur dasar dan pemula, mengandung arti
bahwa secara fitri manusia sadar dan mengakui bahwa semua yang ada ini tidak dapat
menguasai dirinya sendiri karena dibalik yang ada terdapat realitas yang mutlak. Elemen
ini dapat disebut sebagai tahap kesadaran tasawuf. Tasawuf adalah mencari hakekat, dan
memutuskan apa yang ada pada tangan mahluk.[3] Elemen kedua al-mujahadah yaitu
sebagai unsur perjuangan keras, karena jarak antara manusia dan realitas mutlak yang
mengatasi semua yang ada bukan jarak fisik dan penuh rintangan serta hambatan, maka
diperlukan kesungguhan dan perjuangan keras untuk dapat menempuh jalan dan jarak
tersebut dengan cara menciptakan kondisi tertentu untuk dapat mendeatkan diri kepada
Realitas Mutlak. Elemen ini dapat disebut tahap perjuangan tasawuf. Tasawuf adalah
Elemen ketiga yaitu al-mazaqat artinya manakala manusia telah lulus mengatasi
hambatan dan rintangan untuk mendekati ealitas mutlak, maka ia akan dapat
3
berkomunikasi dan berada sedekat mungkin di hadirat-Nya serta aan merasakan kelezatan
spiritual yang didambakan. Tahap ini dapat disebut tahap pengalama atau penemuan
mistik. Tasawuf adalah berada bersama (menemukan) Allah tanpa perantara.[5] Definisi
terakhir ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Harun Nasution bahwa tasawuf adalah
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung antara manusia dengan tuhan. [6]
Kesadaran dan oomunikasi langsung dengan tuhan berakar pada ajaran Islam, yakni al-
Ihsan.
Muhammad Mustafa Abu al-‘Ala ketika mengomentari perkembangan jalan tasawuf al-
Munqis min al-Dalal. Menurutnya terdapat empat jenis macam tasawuf. Pertama, tasawuf
‘Isawi, yakni identifikasi diri epada ehidupan ‘Isa as., yaitu tasawuf yang lebih
menekankan psda latihan rohani melalui jalan mengurangi makan sedikit demi sedikit.
Kedua, tasawuf teoretis atau, menurut istilah Abu al-Wafa disebut tasawuf falsafi, yaitu
jenis tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional, dan
pertama kali pada masa Imam al-Syazili (656 H/ 1258 M). Ketiga tasawuf taqlidi, yaitu
corak tasawuf yang menyerupai salah satu diantara keduanya, tetapi tidak mampu
mencapai sasaran salah satunya. Keempat, tasawuf Muhammadi, yaitu tasawuf yang
berkiblat kepada tradisi Nabi Muhammad saw. dan dipandang sebagai metode tasawuf
yang paling valid. Untuk kondisi tasawuf ini yang paling cocok.[8]
4
Keempat corak tersebut masing-masing menempatkan zuhud sebagai maqaam,
akan tetapi tampilan dan intensitas zuhudnya berbeda-beda. Yang pertama cenderung
sampai memaksaan diri, tida memenuhi ha-ha jasmani sebagaimana dilaukan oleh
Ibrahim Ibn Adham. Sedang yang kedua kezuhudannya lebih menekankan kepada aspek
inteletual, bukan pengambilan jarak secara fisik dengan ehidupan dunia sebagaimana
dilauan oleh al-Farabi. Yang ketiga tidak memunyai corak yang jelas, tergantung pada
guru yang dianutnya. Sedang yang kkeemat mengambil corak moderat sebagaimana yang
Selanjutnya, bagi Nasr, tasawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh. Dalam
Islam, tasawuf merupaan jantung (the heart) dari pewahyuan Islam. Tasawuf telah
meniupkan semangat ke dalam seluruh struktur Islam, baik dalam manifestasi social dan
intelektual. Nasr, akhirnya sampai pada kesimpulan, bahwa berbagai isu didalam Islam
tida akan bisa dipecahkan tanpa memperhitungkan eran yang dimainkan tasawuf.[9] Nasr
menyesalkan studi-studi barat tentang periode modern dalam sejarah Islam yang
puasa, naik haji, dan jihad merupakan sarana untuk mensucikan kehidupan manusiadan
memungkinkan untuk hidup dan mati sebagai suatu makhluk sentral yang ditakkdiran
5
mampu memandang keindahan tuhan. Tetapi ibadah-ibadah ini dalam kacamata sufi,
dimensi batin dan tingkat-tingkat makna yang dapat dicapai manusia dengan
nya.[10].
Nasr berpendapat bahwa tidak semua orang bisa mencapaitingkat t ertinggi dalam
srpiritual tasawuf. Ia membedakan antara golongan khawass (the spritual elites), dan
golongan ‘awamm (the common man). [11] Padas golongan pertama,Nasr mempercayai
adanya incividu-individu istimewa (afrad), yang sangat dipilih oleh Allah SWT sebagai
penunjuk jalan bagi yang lain. Mereka, karena dipilih, tidak mustahil bisa mencapai
maqam atau station tertinggi dalam trasawuf. Sementara ada golongan kedua,(muslimin
diatas, adalah pemikiran Nasr tentang “neo-sufisme”. Pengertian dari istilah ini, adalah
suatu jenis kesufian yang merupakan kelanjutan dari ajaran Islam itu sendiri sebagaimana
termaktub dalam qur’an dan sunnah, dan tetap berada dalam pengawasan kedua sumber
utama ajaran Islam itu, kemudian ditambah dengan ketentuan untuk tetap menjaga
Sebagian besar sifat ekstatik metafisis dan kandungan mistiko-filosofis yang sebelumnya
dominan dalam tasawuf awal digantikan dengan kandungan yang tidak lain daripada
6
postulat-postulat agama (Islam) ortodoks (salaf). Fazlur Rahman menjelaskan tasawuf
baru tersebut mempunyai ciri utama berupa tekanan kepada motif moral dan penerapan
metode dzikir dan muraqabah atau konsentrasi keruhanian yang mendekati Tuhan, tetapi
sasaran dan konsentrasi itu disejajarkan dengan doktrin salafi dan bertujuan untuk
menjauhkan keimanan kepada aqidah yang benar dan kemurnian moral dari jiwa. [13]
yang dikembangkan oleh Hamka (m. 1981 M) dan Nurcholis Madjid (1. 1939 M). dalam
bukunya tasawuf modern, Hamka telah meletakkan dasar-dasar sufisme baru di tanah air
kita. Melalui buku tersebut, ia memberi uraian terhadap aspek penghayatan esoteris Islam
secara wajar, namun disertakan peringatan bahwa esoterisme itu harus tetap terkendali
oleh ajaran-ajaran standar syari’ah. Lebih lanjut Hamka menghendaki adanya suatu
pengasingan diri atau ‘uzlah, melainkan tetap aktif melibatkan diri dalam masyarakat.
bentuk pengamalan tasawuf, lebih banyak mewarnai masyarakat lapisanbawah, tapi kini
Belakangan ini ada fenomena menarik mengenai geliat baru masyarakat perkotaan
terhadap kajian tasawuf. Tren spiritual baru tersebut tentu saja penting dikaji sebagai
upaya menepis formalisme keberagamaan masyarakat kita. Hanya saja, para penggiat
tasawuf diharapkan tidak terjebak pula pada tataran kesalihan simbolik. Amin Syukur
(2003) dalam buku Tasawuf Kontekstual; Solusi Problem Manusia Modern mengurai
bahwa dalam konteks kehidupan modern, khazanah pemikiran Islam sufistik atau tasawuf
7
selayaknya direkonstruksi dalam kerangka untuk menemukan kembali makna dan elan
vital ajaran tasawuf bagi kehidupan manusia modern saat ini. Dengan mengkaji dan
mempertanyakan kembali tentang apa dan bagaimana ajaran tasawuf diharapkan mampu
menjawab dan bisa memberikan kontribusi atas berbagai persoalan kehidupan masa kini
yang penuh tantangan dalam menghadapi arus modernisasi, globalisasi dan informasi.
Jalaluddin Rakhmat, seorang cendekiawan muslim yang sangat produktif dan ikut pula
tasawuf merupakan salah satu ajaran Islam yang berusaha secara pasti memanusiakan
manusia.
Kondisi ini masih ditambah oleh adanya keinginan hidup secara instan bagi
sementara orang yang berakibat pada kenekatan yang tidak masuk akal (utopia). Sebagai
sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh, Islam tidak saja memberi tempat kepada
jenis penghayatan keagamaan eksoterik (lahiriah), tetapi dimensi esoterik (batiniah) juga.
Tekanan yang berlebihan kepada salah satu dari kedua aspek penghayatan itu
(tawazun) dalam Islam, namun kenyataannya banyak kaum muslimin yang penghayatan
keislamannya lebih mengarah ke bentuk lahiriah saja, atau bisa disebut ahl al-dzawahir,
8
atau kehidupan keagamaannya hanya mengarah ke aspek batiniah, sehingga disebut
Sementara bagi Nurcholis Madjid, sikap zuhud itu tetap diperlukan. Sesekali
menyingirkan diri (’uzlah) mungkin ada baiknya, jika itu di lakukan untuk menyegarkan
kembali wawasan dan meluruskan pandangan yang kemudian dijadian titik tolak untuk
penobatan diri dari aktivitas segar lebih lanjut. Akan halnya tentang stasiun-stasiun atau
maqam dalam tasawuf, Nasr berppendapat bahwa untuk mencapai pendakian spiritual
tersebut mulai dari bawah taubat, zuhud, wara’, faqr, sabar, tawaal, ridha dan seterusnya.
[16]
Menurut Abu Al-’Abbas Ahmad Inb Muhammad A-lQassar, beliau adalah salah
seorang ahli tasawuf juga, dia terenal dengan kemuliaan spiritualnya, kebijaannya yang
menjelaskan dia pernah berkata:”Semua manusia, baik mereka ingin atau tidak, harus
mendekatkan diri mereka kepada Alloh karena jika tidak, maka mereka aan menderita”.
[17]
9
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
namun yang paling tepat berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari kontes
kebahasaan, sikap kesederhanaan para sufi maupun aspek kesejarahan. Nasr dengan
menghidupkan kembali sains-sains tradisional dan sains kosmologis ini akan memainkan
ditengah dunia modern. Tasawuf sabagai salah satu disiplin Ilmu keislaman tida bisa
keluar dari keranga itu. Rumusan tasawuf ajaran klasik, hususnya yang menyangkut
konsepp zuhud sebagai maqam (derajat) yang diartikan sebagai sikap menjauhi dunia dan
isolasi terhadap keramaian duniawi, arena semata-mata ingin bertemu dan makrifat
B. Saran
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik yang bersifat
10
DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Husain Nasr, Tasauf Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991)
[2]Sayyid Husain Nasr, Tasauf Dulu dan Sekarang, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1991), Hlm. 9.
11
[10] Ibid.,Hlm.111.
[11] Ibid.,Hlm.111.
12