Anda di halaman 1dari 21

STUDI KASUS KANKER SERVIK

Seorang pasien dengan nama Nyonya Sumkatinah datang ke Rumah Sakit


dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, pusing, dan pada bulan desember
mengeluarkan darah dari kemaluannya dan saat periksa kerumah sakit perdarahan sudah
berhenti. Setelah melalui beberapa pertanyaan, dokter menyarankan untuk melakukan
chek laboratorium agar dapat mengetahui kondisi pasien berdasarkan keluhan yang
diderita pasien.
Setelah menjalani sederetan kegiaan laboratorium antara lain chek darah dan
chek urine, hasil yang diperoleh diberikan pada dokter yang bersangkutan. Kemudian
dokter mendiagnosa Ny Sumkatinah menderita Ca Cervik atau kanker leher rahim dan
beberapa komplikasi yakni Hipertensi dan Heart Failure ( penyakit jantung ). Kemudian
dokter melakukan konsultasi dengan pihak IPD ( Ilmu Penyakit Dalam ), dan hasil konsul
tersebut pasien Ny Sumkatinah disarankan menjalani Kemoterapi Ca Cervik.
Dalam pengobatan kemoterapi pasien harus menjalani enam seri pengobatan
dan setiap masing – masing seri pengobatan kemo berjarak tiga minggu. Sebagai awal
dari pengobatan, pasien mendapat obat untuk kemo yaitu Cisplatin seri I 80 mg dan 5FU
560 mg, selama empat hari dan dilakukan cek lab 2 minggu setelah kemo untuk
mengetahui apakah awal kemoterapi berhasil dilakukan, kemudian setelah tiga minggu
dilakukan kemo seri ke dua dengan obat kemo Cisplatin II dengan dosis 80 mg dan 5FU
560 mg. Selain mendapat pengobatan kemoterapi dokter juga memberikan obat untuk
menanggulangi komplikasi ysng terjadi pada Ny Sumkatinah yakni Hipertensi dan Heart
Failure ( Jantung ) dengan memberikan obat Lisinopril, Furosemid, ASA, dan
Simvastatin.
Pengobatan kemoterapi dilakukan hingga seri ke enam, bila sudah seri ke
enam selesai maka dilakukan cek laboratorium untuk mengetahui apakah Ca Cervik yang
didertita pasien sudah sembuh atau belum jika belum maka dilanjutkan lagi pengobatan
kemoterapi dari awal.
DATA PASIEN
Nama Pasien Ny Sumkatinah
Umur 67 tahun
Berat Badan 50 Kg
Tinggi Badan 146 cm
Keluhan Perut bagian bawah nyeri
Pusing
Bulan Desember mengeluarkan darah dari
kemaluannya ± 1 bulan
Diagnosa Ca Cervik dengan komplikasi Hipertensi dan Heart
Failure

Data Klinik
Data Klinik Nilai Normal Hasil
Tekanan Darah ( mmhg ) 120/80 150/90
Nadi ( beats/min ) 80/100 88
Respiratory Rate 20/24 20
( beats/min )

Data Laboratorium
Data laboratorium Batas Normal Hasil laboratorium
Creatin urine 14,2 mg / dl
Creatin darah 0,87 mg / dl
Tinggi Badan 146 cm
Berat Badan 50 Kg
Volume urin tampung 3500 ml
Diuresa 2,43 ml / mnt
Ratio PB 1,25
CCT ( Cleorance 49,57
creatinine test )
Kesimpulan
Ureum / Bun 20 – 40 / 10 – 20 20,7 mg / dl
Kretainin < 1,2 0,81 mg / dl
Hemoglobin 10,1 gr / dl
Leukosit 10700 / mm3
LED 118 mm / jam
Trombosit 358000 / mm3
Hematokrit 31,7 %

Evaluasi Hapusan Darah


Eritrosit : Hpokrom Anisasitosis
Leukosit : Normal
Trombosit : Normal
Pengobatan Kemoterapi Ca Cervik
Primary treatment : Cisplatin – 5FU
Regimen : Cisplatin 80 mg
5FU 560 mg
Profil Pengobatan kemoterapi
Hari Jam Obat
I 05.00 Ds 5 % 500 cc
Pasang Dower Catheter
+ Urin bag
Metoclopramid inj 1 amp
Dexamethasone inj 1amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns
500 cc 55 tts / mnt
Infs Dextrosa 5 % 500 cc
10.00 Cisplatin 80 mg + Ns
500 cc dilindungi dengan
kain gelap selama 2 – 3
jam
Infs Ds 5 % 1000 cc
selama 5 jam ( 66 tts /
mnt )
II / IV 05.00 Infus Ds 5 % 500 cc
Metoclopramid inj 1 amp
08.00 5FU 560 mg dalam Ns
500 cc 55 tts / menit
Infus Ds 5 % 1000 cc
selama 5 jam ( 66 tts /
menit )

Pola Peresepan obat kemoterapi dan komplikasinya


Resep untuk kemoterapi
R/ Cisplatin 80 mg
5FU 560 mg
Resep untuk komplikasi hipertensi dan jantung
R/ lisinopril 5 mg No III
S 1 dd 1
Furosemid No III
S 40 mg – 0 – 0
ASA No III
S 1 dd 100 mg
Simvastatin No III
S 0 – 10 mg
Asuhan Kefarmasian
Obat Rute Dosis frekuensi Indikasi
Cisplatin IV 80 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
5FU IV 560 mg Sekali Anti kanker
kemoterapi
Ns IV 500 cc pelarut obat kemoterapi
Dekstrose IV 500 – Pelarut obat kemoterapi
1000 cc
Lisinopril P.O 5 mg 1x1 Hipertensi
Furosemid P.O 40 mg Pagi 40 mg Udema pada jantung
ASA P.O 100 mg 1x1 Analgesik untuk infark jantung
Simvastatin P.O 40 mg Malam 1 mg kolesterol

Permasalahan dalam kasus


Ny sumkatinah terdiagnosa terkena Ca cervik dengan komplikasi Hipertensi
dan Heart Failure ( jantung )namun dalam pengobatan terdapat simvastatin yang
berfungsi sebagai pengontrol kolesterol, namun pasien tidak bermasalah dengan
kolesterolnya, peresepan obat ini sedikit tidak masuk akal, kecuali jika terdapat
pertimbangan tertentu yang berhubungan dengan komplikasi pasien tersebut.

Tinjauan Pustaka
Definisi
Kanker servix adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada servix, sehingga
jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang
abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35-55 tahun. Sekitar 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa
yang melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Factor-faktor yang terkait
dengan proses timbulnya kanker serviks adalah altivitas seksual dini, hubungan seksual
tidak stabil, pasangan seksual dua atau lebih / berganti-ganti, usia pertama kali
melahirkan dini, infeksi virus, genetalia buruk, dan penggunaan estrogen lebih dari tiga
tahun.
Beberapa faktor predisposisi kanker serviks menurut baird (1991) terdiri dari 3 faktor
yaitu:
a. faktor individu : terdiri dari infeksi HPV dan herpes simpleks 2, merokok,
pasangan seksual lebih dari satu.
b. Factor resiko : penggunaan oral kontrasepsi, minum-minuman, kebersihan post
koitikus kurang, koitikus saat menstruasi, terlalu sering membersihkan vagina,
status ekonomi rendah.
c. Factor pasangan laki-laki : merokok, pasangan seksual lebih dari satu, koitus
dengan pekerja prostitusi, lingkungan yang terpajang dengan zat karsinogen.

Tanda dan Gejala


Fluor albus (keputihan) merupkan gejala yang sering ditemukan. Getah yang
keluar dari vagina ini makin lama makin berbau busuk akibat infeksi dan nerkosis
jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang
dialami segera setelah bersenggama ( disebut sebagai perdarahan kontak ) merupakan
gejala karsinoma serviks (75-80%).
Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.
Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorhea,
hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual,
post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid. Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian
bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, sekret dari vagina bewarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta
mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progesif.
Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam ( vaginal toussea ) merupakan gejala
yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar bewarna merah terang dapat
bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang
menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan
penyakit lanjut.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut :
1. Papanicalow smear (pap smear)
Pap smear dapat mendeteksi samapi 90% kasus kanker serviks secara akurat,
pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi
serviks. Pemeriksaan ini harus dilakukan oleh setiap wanita yang telah aktif secara
seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun dan sebaiknya menjalani Pap smear secara
teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 1 kali/2-3 tahun. Hasil pemeriksaan Pap smear ini
dapat menunjukkan stadium dari kanker serviks :
• Normal
• Displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )
• Displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
• Karsinoma in situ ( kanker yang berbatas pada lapisan serviks paling luar )
• Kanker invasif ( kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya )

2. Biopsi.
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau
luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil Pap smear. Teknik yang biasa dilakukan
adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada
serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
3. kolposkopi ( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar )
Kalposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efesien dibandingkan dengan Pap smear, karena kolposkopi
memerlukan ketrampilan dan kemampuan kolposkopi dalam memeriksa darah yang
abnormal.
4. Tes schiller
Tes ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan serviks.
Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedaangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker
akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
5. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas pryvalekinase.
Pada pasien konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada
daerah epitelium serviks.
6. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakuakn pada kanker serviks tahap lanjut, yang
dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan
rektum yang meliputi sitoskop, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan
sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa
regional.

Tahapan Klinis
Penetuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit,
membantu prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode
terapi. Tahapan stadium klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang di tentukan
oleh The International Federation of Gynecologi and Obstetric (FIGO) tahun 1976.
Pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiologi, suktase endoserviks dan
biopsi. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
a. Karsinoma pre invasif
b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel
c. Karsinoma invasif
Tingkat 0 : Karsinoma insitu atau karsinoma intraepitel
Tingkat I : Proses terbatas pada serviks ( perluasan ke korpus uteri tidak dinilai )
Ia : karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik
kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basah dan memanjang tidak lebih
dari 7 mm.
Ib : Lesi invasif > 5 mm, bagian atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.
Tingkat II : proses keganasan telah keluar dari servik dan menjalar ke 2/3 bagian atas
vagina dan keparametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa : Penyebarab hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor.
IIb : Penyebaran hanya di parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai
dinding.
Tingkat III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding
panggul.
IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai ke
dinding panggul
IIIb : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi atau tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I
atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal / Hidronefrosis.
Tingkat IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan vesika urinaria ( dibuktikan secara histologi ) atau telah
bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang jauh.
IVa : Telah bermetastasis dengan organ sekitarnya.
IVb : Telah bermetastasis jauh.

Komplikasi
Penyakit kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang sudah tidak dapat
dikontorol lagi oleh tubuh secara normal , akibatnya kanker makin membesar tanpa henti
dan menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh dimana pertama kali kanker itu tumbuh
dan dapat menyebar ke bagian organ tubuh penting lainnya seperti ke paru-paru, liver,
tulang, otak dengan segala komplikasinya.
Komplikasi akibat penyakit kanker secara umum disebabkan oleh 4 faktor, yaitu
:komplikasi akibat pertumbuhan kanker yang merusak sekitarnya, komplikasi sebagai
akibat tidak langsung dari kanker, komplikasi yang tidak ada kaitannya dengan kanker
dan komplikasi akibat pemberian sitostatika atau kemoterapi, radioterapi maupun
tindakan pembedahan.
Komplikasi akibat pertumbuhan kanker yang merusak sekitarnya (infasif), dapat
mengakibatkan terjadinya penyumbatan saluran seperti pada kanker usus, kanker saluran
kencing, sehingga penderita tidak dapat buang air besar dan buang air kecil yang
menyebabkan perut membesar dan muntah-muntah . Bisa juga kanker menyebabkan erosi
dan perforasi sehingga terjadi perdarahan maupun terjadi fistula atau salutan yang tidak
normal. Selain itu dapat menyebabkan penyumbatan saluran disekitarnya, misalnya pada
kanker leher rahim stadium lanjut atau pada kanker kelenjar getah bening dapat
menyebabkan sumbatan saluran getah bening di kaki dan mengakibatkan kaki menjadi
bengkak. Hal lainnya ,akibat pertumbuhan kanker yang terus tumbuh, dapat
menyebabkan rasa nyeri yang diakibatkan iritasi pada syaraf, tulang maupun kapsul
organ seperti pada kanker hati.
Komplikasi sebagai akibat tidak langsung dari kanker amat banyak dan
bervariasi, dari yang ringan sampai yang berat dan berakibat fatal bila tidak segera
diatasi. Diantaranya adalah terjadi gangguan umum seperti demam, berat badan menurun,
tidak mau makan , anemia. Juga bisa terjadi gangguan gizi , gangguan imunologis atau
kekebalan tubuh, maupun hiperkalsemia.
Gangguan gizi yang tidak cepat diperbaiki dapat menyebabkan gangguan kekebalan
tubuh dan bisa menyebabkan terjadinya infeksi yang sering sukar diobati.Hiperkalsemia
terjadi terutama pada kanker yang mengenai tulang baik kanker yang awalnya tumbuh
dari tulang maupun kanker yang bermetastasis luas ke dalam tulang.
Komplikasi yang tidak ada kaitannya dengan penyakit kanker, misalnya pada
pemberian transfusi darah. Seringkali penderita kanker datang sudah dalam keadaan
lanjut dan sudah terjadi anemia atau kurang darah , apalagi kalau terjadi perdarahan pada
kanker tersebut yang sangat sukar dihentikan. Untuk menambah darah supaya mendekati
atau kembali ke kadar normal , seringkali diperlukan transfusi darah.Namun kadangkala
pemberian transfusi darah dapat menyebabkan efek samping yang dapat terjadi segera
maupun kemudian, diantaranya adalah reaksi hemolisis karena tidak sesuai golongan
darahnya, selain itu bisa terkena virus hepatitis, malaria.
Komplikasi akibat tindakan pemberian kemoterapi, radioterapi maupun bedah.
Radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar darah putih
akibat penekanan fungsi sumsum tulang yang bisa menyebabkan infeksi dan kematian.
Tindakan bedah juga dapat mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi
terutama pada penanganan kanker stadium lanjut, tergantung lokasi , jenis , ukuran
kanker dan jenis operasi serta daya tahan penderita.Diantara semua komplikasi tersebut,
infeksi merupakan penyabab kematian paling utama pada penderita kanker disamping
perdarahan. Sekitar 90 persen penderita kanker meninggal karena infeksi, perdarahan
atau infeksi bersama-sama dengan perdarahan.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kejadian infeksi pada penderita
kanker antara lain karena : adanya luka lecet atau erosi pada kanker yang menyebabkan
terbukanya kulit atau lapisan mukosa yang merupakan benteng pertahanan tubuh (barrier)
yang melindungi tubuh dari dunia luar seperti pada kanker kulit, kanker usus, kanker
kepala dan leher, kanker leher rahim.
Infeksi juga dapat terjadi karena adanya sumbatan akibat tekanan atau
pertumbuhan kanker, seprti pada kanker paru, kanker prostat, kanker saluran cerna.
Selain itu infeksi dapat terjadi karena penurunan daya tahan tubuh, tindkan pembedahan,
tindkan diagnostik invasive, pemberian pengobatan suportif seperti pemberian makanan
melalui infus maupun pemberian transfusi darah, juga bisa karena pemberian kemoterapi
maupun radioterapi.
Untuk kanker leher rahim pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi
fistula vesika vagina, gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam dan
anemia.
Pengobatan Kanker Serviks
Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi,
dan kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi.
Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi
pilihan. Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks:
1. Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemo
2. Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,
histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan
histerektomi
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo
berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan
kemo dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk
mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang
pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif.
Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda
termasuk usia Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri.
Seringkali cukup bijak untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang
memberikan Anda perspektif lain dari penyakit Anda.

Pembedahan untuk Kanker Serviks


Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan
pengangkatan rahim (histerektomi), yang lainnya tidak. Daftar ini mencakup jenis operasi
yang paling umum untuk kanker serviks. Diantaranya:

Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam
vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan
mereka. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi
dalam leher rahim (stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar
leher rahim.

Bedah Laser
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian
kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai
pengobatan untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).

Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis
yang dipanaskan oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini
dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I).
Hal ini jarang digunakan sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan
kanker serviks stadium dini yang mungkin ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan
(berbentuk kerucut) diangkat untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari
kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan
diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah diangkat.

Histerektomi
Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang
berada di dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat.
Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui
vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi
digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga
digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada batas
tepi konisasi.
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini,
dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina
yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di
daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian
depan perut dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak
bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening
panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan
lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.
Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih
dapat merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk
mencapai orgasme. Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun
demikian, operasi sebenarnya bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita
dengan cara menghentikan gejala-gejala ini.

Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda
tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai
anak. Metode ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan
meletakkannya pada jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai
pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat.
Operasi ini dilakukan baik melalui vagina ataupun perut.
Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat
kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada
wanita normal pada umumnya. Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini
cukup rendah.

Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis
operasi ini: kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat.
Operasi ini digunakan ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan
sebelumnya.
Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan
membuang air kecil diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat
kandung kemih baru. Urine dapat dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil
(disebut kateter) ke dalam lubang kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin
bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang ditempatkan di bagian depan perut.
Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati
kotoran/feses diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang
pembukaan di perut dimana kotoran dapat dikeluarkan. Atau ahli bedah mungkin dapat
menyambung kembali usus besar sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang
diperlukan. Jika vagina diangkat, sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan
lain dapat dibuat/direkonstruksi.
Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa
mengatakan butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan
perubahan radikal ini. Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat
menjalani kehidupan bahagia dan produktif. Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga
dapat memiliki gairah seksual, kesenangan, dan orgasme.

Radioterapi untuk Kanker Serviks


Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk
membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi
dilakukan, biasanya Anda akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah
Anda menderita Anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami perdarahan pada
umumnya menderita Anemia. Untuk itu, transfusi darah mungkin diperlukan sebelum
radioterapi dijalankan.
Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi
(external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan.
Akhir-akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan
kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA.
Yaitu, antara lain bila ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan
telah menyebar ke jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau
usus besar.
Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal.
Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui
sebuah mesin besar. Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif
ditanam ke dalam rahim/leher rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-
sel kankernya. Salah satu metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah
brachytherapy.

Brachytherapy untuk Kanker Serviks


Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini.
Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik
radium dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi
internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem

HDR(high dose rate) brachytherapy.


HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk mencegah
komplikasi potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy
diberikan dalam beberapa insersi. Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya
adalah 5 insersi. Waktu dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher
rahim dan/atau rahim) untuk setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker
endometrium yang menerima brachytherapy saja atau dalam kombinasi dengan
radioterapi external, maka diperlukan total 2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar
1 jam. Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan,
ekonomis, dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator.
Yang cukup memegang peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah
pengalaman dokter yang menangani.

Efek Samping Radioterapi Ada beberapa efek samping dari radioterapi, yaitu:
• Kelelahan
• Sakit maag
• Sering ke belakang (diare)
• Mual
• Muntah
• Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
• Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama
menyakitkan
• Menopause dini
• Masalah dengan buang air kecil
• Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
• Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
• Rendahnya jumlah sel darah putih
• Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)
Diskusikan dengan dokter atau perawat Anda tentang efek samping yang mungkin
Anda alami. Seringkali ada pengobatan atau metode lain yang akan membantu. Karena
merokok meningkatkan efek samping radioterapi, jika Anda merokok maka Anda harus
segera berhenti.
Kemoterapi untuk Kanker Serviks
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut.
Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang
beberapa obat diberikan dalam satu waktu.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung
pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan
berlangsung. Efek samping bisa termasuki:
• Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)
• Kehilangan nafsu makan
• Kerontokan rambut jangka pendek
• Sariawan
• Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)
• Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
• Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
• Kelelahan
• Menopause dini
• Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)
Sebagian besar efek samping (kecuali untuk menopause dan ketidaksuburan)
berhenti ketika pengobatan selesai. Jika Anda memiliki masalah dengan efek samping,
bicarakan dengan dokter Anda atau perawat, karena seringkali ada cara untuk membantu.
Pemberian kemoterapi pada saat yang sama seperti radioterapi dapat meningkatkan
prospek kesembuhan pasien, tetapi dapat memberikan efek samping yang lebih buruk.
Tim dokter Anda akan mengawasi efek samping ini dan dapat memberikan obat-obatan
untuk membantu Anda merasa lebih baik.
Pembahasan
Pasien masuk rumah sakit ( MRS ) dengan keluhan perut bagian bawah nyeri,
pusing, dan pada bulan desember pasien mengeluarkan darah dari kemaluan kurang lebih
satu bulan, namun sehari saat masuk rumah sakit sudah tidak mengeluarkan darah dari
kemaluan. Setelah melakukan pemeriksaan dari konsultasi dengan dokter dan
berdasarkan hasil lab pasien tersebut didiagnosa terkena Ca Cervik atau kanker leher
rahim dan beberap komplikasi lainnya yakni hipertensi dan heart failure. Dengan adanya
komplikasi tersebut pasien dikonsultasikan ke IPD ( Ilmu Penyakit Dalam ).
Pasien melakukan terapi kemo dimulai sejak masuk rumah sakit dengan cisplatin
seri I dan 5FU. Setelah itu diberikan pengobatan dengan kemoterapi cisplatin dan pasien
juga mendapat terapi per oral yaitu lisinopril 1 x 5 mg untuk penyakit hipertensi,
Furosemid pagi 40 mg digunakan untuk edema pada jantung karena terlalu banyak
menggunakan cairan saat menjalani kemoterapi, ASA 1 x 100 mg sebagai analgesik pada
infark jantung, dan simvastatin malam 10 mg. penggunaan Simvastatin pada pasien ini
kurang jelas diindikasikan untuk apa sehingga perlu ditanyakan pada dokter yang
bersangkutan.

Kesimpulan
Tindakan medi yang dilakukan telah dilakukan pada Ny Sumkatinah sesuai dengan
keadaan pasien, dan untuk komplikasi yang dialami pasien juga sudah baik penangannya.
Pasien juga rutin melakukan kemoterapi sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak
medis.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani Meily, 2009, CANCER CERVIK, Profesi Apoteker, Surabaya

http://yusufheriady.blogspot.com/2009/03/komplikasi-akibat-penyakit-
kanker.html
diakses 26 februari 2011

http://www.cancerhelps.com/kanker-serviks.htm

diakses 18 februari 2011

http://docs.google.com/viewer:etd.eprints.ums.ac.id/8991/1/K100060022.pdf obat
sitostatika untuk kanker servik

diakses 26 februari 2011

Anda mungkin juga menyukai