Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESEHATAN LINKUNGAN MASYARAKAT

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi

Di susun oleh:

Lilis lisniawati

PRODI S1 KEPERAWATAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB Majalengka

Jalan Gerakan Koperasi No 3 Majalengka

A. PENGERTIAN MASYARAKAT

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam


masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan
interaksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia
berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Dengan demikian
masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya
interaksi warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai
subyek, yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak)
dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya.
Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu
masyarakat (sosiologi).

Masyarakat sebagai lembaga hidup bersama sebagai suatu gemeinschafts,


bahkan tidak dapat dipisahkan daripada warga masyarakatnya dengan segala antar
hubungan dan antar aksi yang berlangsung di dalamnya. Untuk mengerti hakikat
masyarakat, bagaimana kedudukan pribadi (individu), peranan, hak dan kewajiban
warga masyarakat kepada masyarakat, bagaimana hubungan masyarakat dengan
pendidikan.

Menurut Prof. Robert W. Richey dalam bukunya : “Planning for Teaching


an Introduction to Education” membuat batasan masyarakat. Istilah masyarakat
dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu
wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif. Berdasarkan
pengertian ini, maka pengertian masyarakat (relatif) luas wilayahnya, dan meliputi
(relatif) banyak anggota atau warganya. Oleh karena jumlahnya yang relatif besar,
akan terjadi pula masyarakat di dalam masyarakat tersebut.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang


yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.

Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk


menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan
masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi
perlaksaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat - atau tidak dibuat - oleh kumpulan
orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.

Perkataan society datang daripada bahasa Latin societas, "perhubungan


baik dengan orang lain". Perkataan societas diambil dari socius yang bererti
"teman", maka makna masyarakat itu adalah berkait rapat dengan apa yang
dikatakan sosial. Ini bermakna telah tersirat dalam kata masyarakat bahawa ahli-
ahlinya mempunyai kepentingan dan matlamat yang sama. Maka, masyarakat selalu
digunakan untuk menggambarkan rakyat sebuah negara.

Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti
“kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya
“bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran
hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur –
unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

B. MACAM – MACAM MASYARAKAT

1. Masyarakat Pedesaan ( masyarakat tradisional )

a. Pengertian Masyarakat Pedesaan atau Masyarakat Tradisional

Masyarakat Pedesaan adalah masyarakat yang kehidupannya masih


banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan
yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang
mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup
bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-
sifat yang hampir seragam. .

Menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut:


Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan
goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu
daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah
lain.

Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari


2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :

a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara


ribuan jiwa.

b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap


kebiasaan.

c) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang


sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan.

Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition


artinya Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada
beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desa itu
sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara
unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan
pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong
menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam
berpakaian, adat istiadat , kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang
mempunyai ciri yang jelas.

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai


kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi


keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari
bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti
keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya
bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar
dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.

b. Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli


Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai
masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai
berikut :

a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta ,


kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan
tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu


mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak
suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.

c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya


dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu.
Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).

e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam


hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.

Ciri-Ciri Masyarakat Desa yang menonjol pada masyarakat desa antara lain:

a. pada umumnya kehidupannya tergantung pada alam (bercocok tanam)


anggotanya saling mengenal, sifat gotong royong erat penduduknya sedikit
perbedaan penghayatan dalam kehidupan religi lebih kuat.

b. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.

c. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan.

d. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

e. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang


lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya
di luar batas wilayahnya.

f. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.

g. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.

h. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian,


agama, adat istiadat, dan sebagainya.
i. Lingkungan dan Orientasi Terhadap Alam Desa berhubungan erat
dengan alam, ini disebabkan oleh lokasi geografis di daerah desa
petani, realitas alam ini sangat vital menunjang kehidupannya.
Kepercayaan-kepercayaan dan hukum-hukum alam seperti dalam pola
berfikir dan falsafah hidupnya menentukan dalam Segi Pekerjaan atau
Mata Pencaharian Umumnya mata pencaharian daerah pedesaan
adalah bertani, sedangkan mata pencaharian berdagang merupakan
pekerjaan sekunder sebagian besar penduduknya bertani.

j. Ukuran Komunitas Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dan


daerah pedesaan mempunyai penduduk yang rendah kilo meter
perseginya.

k. Kepadatan Penduduknya Kepadatan penduduknya lebih rendah,


biasanya kelompok perumahan yang dikelilingi oleh tanah pertanian
udaranya yang segar, bentuk interaksi sosial dalam kelompok sosial
menyebabkan orang tidak terisolasi.

l. Diferensiasi Sosial Pada masyarakat desa yang homogenitas, derajat


diferensiasi atau perbedaan sosial relatif lebih rendah.

m. Pelapisan Sosial Masyarakat desa kesenjangan antara kelas atas dan


kelas bawah tidak terlalu besar.

n. Pengawasan Sosial Masyarakat desa pengawasan sosial pribadi dan


ramah tamah disamping itu kesadaran untuk mentaati norma yang
berlaku sebagai alat pengawasan sosial.

o. Pola Kepemimpinan Menentukan kepemimpinan di daerah cenderung


banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu. Disebabkan
oleh luasnya kontak tatap muka dan individu lebih banyak saling
mengetahui. Misalnya karena kejujuran, kesolehan, sifat
pengorbanannya dan pengalamannya.

p. Dalam Segi Keluarga Rasa persatuan dalam masyarakat desa sangat


kuat. Peranan keluarga sangat penting dalam berbagai kehidupan, baik
dalam kehidupan ekonomi, pendidikan, adat istiadat dan agama.

q. Dalam Segi Pendidikan Pendidikan keluarga mewariskan nilai-nilai


dan norma-norma masyarakat kepada generasi berikutnya. Sebaliknya,
pendidikan sekolah sangat jarang dijumpai kalaupun ada pendidikan
sekolah hanya terbatas pada tingkat dasar. Sebagai pelengkap
pendidikan oleh keluarga atau masyarakat.

r. Dalam Segi Agama fungsi agama mengatur hubungan manusia


dengan yang maha pencipta. Menjalankan perintah dan menjadi
larangannya sesuai dengan aturan agama yang dianut.

s. Dalam Segi Politik Pemimpin yang berdasarkan tradisi atau


berdasarkan nilai-nilai sosial yang mendalam misal : - Kyai - Pendeta
- Tokoh adat dan - Tokoh masyarakat.

t. Kesetiakawanan Sosial Kesetiakawanan sosial pada masyarakat desa


lebih tinggi disebabkan oleh homogenis masyarakat yang terlihat
dalam tolong menolong (gotong royong) dan masyarakat.

u. Perilaku Masyarakat Desa Pola kelakuan adalah suatu cara bertingkah


laku yang diciptakan untuk ditiru oleh banyak orang, suatu cara
bertindak menjadi suatu pola bertindak yang tetap melalui proses
pergaulan (peniruan) yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu
relatif lama. Sehingga terbentuklah suatu kebiasaan didalam
kehidupan masyarakat luas didapati seperangkat kelakuan sosial
karena pergaulan, kelakuan berpola itu menjadi suatu yang bersifat
mekanis tanpa disertai dengan kemauan ataupun kesadaran. Jika
bernilai moral yang baik tindakan demikian tidak menimbulkan
masalah, sebaliknya jika negatif menimbulkan masalah dalam
masyarakat. Didalam masyarakat desa tidak ada persaingan,
disamping pengaruh norma dan nilai juga adat istiadat yang kuat,
sehingga perubahan sangat lambat. Perilaku yang terikat bersifat
status, gambar dan pasif mewarnai kehidupan. Kebiasaan-kebiasaan
lain dalam aktifitas kehidupan tolong menolong demikian dalam
mengambil keputusan melalui masyarakat sehingga mencapai mufakat
dalam menyelesaikan masalah hukum hal asing lagi.

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat,


yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat
desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik
tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik
masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat
umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu
wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.

Ada pula yang memberikan pernyataan tentang cirri – cirri masyarakat


desa adalah sebagai berikut:
1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini
terjadi karena dua hal:
a. Secara ekonomi memang tidak mampu
b. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2. Mudah curiga,
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
b. Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
3. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat
menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:
Bertemu dengan tetangga
Berhadapan dengan pejabat
Berhadapan dengan orang yang lebih tua atau dituakan
Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
4. Lugas
Berbicara apa adanya, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa.
Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain
karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran,
itulah yang mereka miliki.
5. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya
tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum
begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas
penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah
pendapatan dan pengeluaran mereka.
6. Perasaan “minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah
perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam.
7. Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu
akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di
daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka
dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya.

8. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan
Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal
dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta
merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban
tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak
memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang
lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih
baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
9. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan
Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari
warga.
10. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka
taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga
mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

2. Masyarakat Perkotaan

a. Pengertian Kota

Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam


seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.

- Wirth

Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni
oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

- Max Weber

Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian


besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

- Dwigth Sanderson

Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri
mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau
lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur
pemerintahan.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya


mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban
masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan,
sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat
disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini,
misalnya gelandangan.

Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut Kota, karena


memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik. Marilah sekarang
kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang
diantaranya mempunyai ciri-ciri :

a). Netral Afektif

Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat


Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft
atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat
emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang
bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam
perasaannya.

b). Orientasi Diri

Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan


dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang
dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka
cenderung untuk individualistik.

c). Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.

d). Prestasi

Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu


diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.

e). Heterogenitas

Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri


dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.

b. Ciri-ciri masyarakat Perkotaan

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :

- Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan


karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.

- Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
berdantung pada orang lain (Individualisme).

- Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan


mempunyai batas-batas yang nyata.

- Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih


banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa .

- Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya


terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

- Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan


daripada faktor pribadi.

- Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan individu.
C. Perbedaan Antara Desa Dan Kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan
(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto
(1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapapun suatu
desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang
mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat
berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara
kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972)
sebagai berikut:

Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk


membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada
mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu
masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1) jumlah dan kepadatan penduduk
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
4) corak kehidupan social
5) stratifiksi social
6) mobilitas social
7) pola interaksi social
8) solidaritas social
9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional

C. Sasaran Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Sasaran pembangunan kesehatan masyarakat adalah semua lapisan


masyarakat, dari tingkat masyarakat yang paling bawah sampai tingkat
masyarakat atas, Karena kesehatan sangat penting bagi semua kehidupan
manusia, maka dari itu agar terrcapainya sasaran pembangunan masyarakat maka
semua masyarakat di kenalkan dengan cara sebagai berikut:
1. Perilaku Hidup Sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan
diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah bayi yang
memperoleh imunisasi lengkap, jumlah bayi yang memperoleh ASI eksklusif,
jumlah anak Balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) peserta Keluarga Berencana (KB), jumlah penduduk dengan makanan
dengan gizi seimbang, jumlah penduduk yang memperoleh air bersih, jumlah
penduduk buang air besar di jamban, jumlah pemukiman bebas vektor dan
rodent, jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan, jumlah penduduk
berolah raga dan istirahat teratur, jumlah keluarga dengan komunikasi internal
dan eksternal, jumlah keluarga yang menjalankan ajaran agama dengan baik,
jumlah pengendara yang menggunakan peralatan keselamatan, jumlah penduduk
yang merasa aman berada di kediaman dan tempat-tempat umum, jumlah
penduduk yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras/ obat zat adiktif,
jumlah penduduk yang tidak berhubungan seks diluar nikah serta jumlah
penduduk yang menjadi peserta JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).
2. Lingkungan Sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/ kawasan sehat , tempat
tempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan
bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum, sarana pembuangan limbah,
lingkungan sosial termasuk pergaulan sehat dan keamanan lingkungan, serta
berbagai standar dan peraturan perundang-undangan yang mendukung
terwujudnya lingkungan sehat.

3. Upaya Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, pengunaan obat generik dalam
pelayanan kesehatan, pengunaan obat secara rasional pemanfaatan pelayanan
promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara efisien, serta
ketersediaan pelayanan kesehatan.

4. Manajemen Pembangunan Kesehatan


Meningkatnya secara bermakna sistim informasi pembangunan
kesehatan, kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan
kesehatan, kepimpinan dan manajemen kesehatan, peraturan perundang-
undangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas program
dan sektor.

5. Derajat Kesehatan

Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunnya


angka kematian bayi dan ibu, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit
penting, menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya
status gizi masyarakat, menurunnya angka fertilitas.)

D. POKOK-POKOK PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYRAKAT


Pokok-pokok pembangunan dalam mengupayakan kesehatan masyarakat, sebagai
berikut:
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan

Secara makro setiap program pembangunan nasional yang


diselenggarakan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
terbentuknya lingkungan dan perilaku sehat tersebut. Secara mikro, semua
kebijakan pembangunan kesehatan yang sedang dan atau akan diselenggarakan
harus dapat makin mendorong meningkatnya derajat kesehatan seluruh anggota
masyarakat. Didalam kerangka strategi ini perlu dilakukan kegiatan sosialisasi,
orientasi, kampanye, dan advokasi serta pelatihan sehingga semua sektor
pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Profesionalisme

Profesionalisme dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan


teknologi, serta melalui penerapan nilai-nilai moral dan etika. Secara terus
menerus ditingkatkan profesionalisme para petugas kesehatan serta
profesionalisme di bidang manajemen pelayanan kesehatan. Didalam kerangka
profesionalisme di bidang kesehatan, dilaksanakan penentuan standar
kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan berdasarkan kompetensi,
akreditasi dan legislasi tenaga kesehatan, serta peningkatan kualitas lainnya.

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup


sehari-hari digalang peran serta masyarakat yang seluas-luasnya termasuk
peran serta dalam pembiayaan. JPKM pada dasarnya merupakan penataan sub
sistem pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana
masyarakat, sebagai wujud nyata peran serta masyarakat dalam mempercepat
pemerataan dan keterjangkaunan pelayanan kesehatan. Dalam kontek penataan
subsistem pelayanan kesehatan, strategi JPKM akan lebih mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif.

4. Desentralisasi

Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan


pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik
masing-masing daerah. Untuk keberhasilan desentralisasi ini berbagai
persiapan perlu dilakukan termasuk yang terpenting adalah persiapan perangkat
organisasi serta sumber daya manusia. Perlu dilakukan analisis dan penentuan
peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah bidang kesehatan, penentuan
kegiatan upaya kesehatan yang wajib dilakukan oleh daerah, pengembangan
sumber daya manusia, pelatihan, penempatan kembali tenaga kesehatan

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan :

1. Bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak


dikuasai oleh adat istiadat.
2. Desa mempunyai ciri-ciri pokok kehidupan adalah ketergantungan mereka terhadap
lingkungan alam sekitarnya. Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-
semangat untuk menciptakan produk baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan
kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme intelektual
menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk terus
berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran
hidupnya, sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern.
Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah
Modernisasi. Ini adalah beberapa ciri-ciri masyarakat kota dan desa.

Ciri masyarakat desa:


- Kehidupanya masih tergantung pada alam

- Keagamaanya sangat kental

- Gotong royong dan kekeluargaan

Ciri masyarakat kota:


- Kehidupan keagamaan berkurang
- individualis
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.

Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari


Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa kami. Jakarta:Kompas_______,
1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta: Yudistira

Anda mungkin juga menyukai