Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi
kehidupan manusia. Kebutuhan air bersih dari waktu ke waktu meningkat
dengan pesat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin
meningkatnya kegiatan manusia sesuai dengan tuntutan kehidupan yang terus
berkembang. Akibatnya pemenuhan kebutuhan air yang mutunya baik dan
dalam jumlah yang mencukupi untuk berbagai keperluan, dari waktu ke waktu
dihadapkan pada permasalahan yang sangat mendasar yaitu belum dapat
terpenuhinya kebutuhan air bersih khususnya air minum bagi masyarakat,
yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. Air bersih yang memenuhi
standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau,
berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Saat ini kondisi pengelolaan air bersih di Indonesia masih
memprihatinkan, permasalahan air bersih terjadi baik di wilayah perkotaan
mauoun di wilayah pedesaan. Walaupun penyebab permasalahnnya berbeda
namun pada dasarnya masalah yang terjadi adalah kurang/tidak adanya
sumber air yang memenuhi syarat air bersih. Oleh karena itu pengolahan air
bersih merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan agar bisa
menghasilkan air bersih yang sesuai dengan standar keamanan dan dapat
digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Salah satu hal penting dalam proses pengolahan air adalah
memperhatikan setiap tahap-tahapnya. Salah satu tahap dalam proses
pengolahan air bersih adalah koagulasi-flokulasi. Koagulasi dan flokulasi
merupakan awal proses pengolahan lengkap dan aspek penting dalam SPAM
(Sistem Pengolahan Air Minum) yang memanfaatkan air baku berupa air
permukaan.
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah
dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan sehingga partikel-
partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok.
Sedangkan flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan
pada air limbah. Hasil dari proses koagulasi dan flokulasi ini akan
berpengaruh pada tahap selanjutnya karena koagulasi dan flokulasi merupakan
tahap awal sebelum melakukan tahap lebih lanjut yaitu proses sedimentasi dan
atau filtrasi. Sehingga proses koagulasi dan flokulasi penting diperhatikan agar
tahap pengolahan air selanjutnya bisa berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan standar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari koagulasi dan flokulasi?
2. Apa fungsi koagulasi dan flokulasi?
3. Bagaimana proses koagulasi dan flokulasi?

1.3 Tujuan
1. Apa definisi dari koagulasi dan flokulasi?
2. Apa fungsi koagulasi dan flokulasi?
3. Bagaimana proses koagulasi dan flokulasi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KOAGULASI
2.1.1 Definisi Koagulasi
Koagulasi berdasarkan SNI 6774:2008 adalah proses
pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga
membentuk campuran yang homogen.
Menurut Reynold ( 1982 ), koagulasi adalah penambahan dan
pengadukan cepat (flash mixing) koagulan yang bertujuan untuk
mendestabilisasi partikel -partikel koloid dan suspended solid.
Menurut Kawamura (2001) koagulasi didefinisikan sebagai proses
destabilisasi muatan koloid dan padatan tersuspensi termasuk bakteri dan
virus, dengan suatu koagulan.
Sedangkan menurut pendapat kelompok kami, koagulasi
merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid
halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat
untuk mendispersikan bahan kimia secara merata.

2.1.2 Fungsi Koagulasi


Koagulasi bertujuan untuk mendispersikan bahan kimia secara
merata.

2.1.3 Proses Koagulasi


Secara umum proses koagulasi adalah pembubuhan bahan kimia ke
dalam air yang akan diolah dengan maksud agar partikel - partikel yang
susah mengendap dalam air mengalami destabilisasi dan saling
berikatan membentuk flok yang lebih besar dan tentu lebih berat
sehingga mudah mengendap di bak sedimentasi dan atau bak filtrasi.
Apabila kekuatan ionic dalam air cukup besar, maka keberadaan
koloid dalam air sudah dalam bentuk terdestabilasasi, Desatabilisasi ini
disebabkan oleh ion monovalen dan divalen yang berada dalam air.
Yang menjadi masalah adalah apabila kekuatan ionic dalam air sangat
kecil sehingga menyebabkan koloid dalam air dalam kondisi stabil,
sehingga susah saling berikatan karena seluruh koloid memiliki muatan
yang sama. Untuk itulah sangat diperlukan proses koagulasi untuk
mendestabilkan koloid – koloid tersebut.
Suatu zat kimia yang disebut koagulan tidak larut dalam air
bahkan dapat membentuk flok-flok presipital. Proses ini relatif
cepat. Proses ini dapat mengurangi warna, bau, dan rasa.
Ada 3 faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses
koagulasi :
a. Jenis bahan koagulan yang dipakai
b. Dosis pembubuhan bahan kimia
c. Pengadukan dari bahan kimia
Beberapa zat kimia koagulan antara lain : alumunim sulfat,
PAC, Natrium Aluminat, Koagulan besi.Tipe bak koagulasi,
yaitu : pengaduk mekanis dan deflektor plate mixer.
Koagulasi juga dapat terjadi secara fisik seperti :
1. Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan
tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul
air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak
bermuatan. contoh: darah
2. Pengadukan, contoh: tepung kanji
3. Pendinginan, contoh: agar-agar

2.2 FLOKULASI
2.2.1 Definisi Flokulasi
Flokulasi berdasarkan SNI 6774:2008 adalah proses pembentukan
partikel flok yang besar dan padat agar dapat diendapkan. Menurut
kawamura (1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat yang
mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat.
2.2.2 Fungsi Flokulasi
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk
mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada
proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya
saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan
membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah
mengendap.

2.2.3 Proses Flokulasi


Dilakukan setelah proses koagulasi. Di dalam proses
flokulasi terjadi pembentukkan makroflok-makroflok dari
mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk pada proses koagulasi.
Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud
terjadi pembentukan flok yang siap untuk diendapkan. Di dalam
proses flokulasi ini pengadukan dilakukan secara bertahap yaitu
dari kekuatan besar kemudian mengecil supaya flok yang sudah
dibentuk tidak terpecah kembali.
Mekanisme terjadinya gumpalan
Aluminium atau besi akan bereaksi dengan alkalinitas dalam air.
Alkalinitas adalah kemampuan untuk menetralkan asam. Poly
Aluminium Chlorida bekerja pada interval pH 6-9 dengan pH netral
adalah 7. Reaksi ini menghasilkan Al(OH)3 yang mengendap. Pada
reaksi ini akan membebaskan asam yang menurut pH larutan dan
bereaksi dengan alkalinitas. Reaksi tersebut tidak sederhana karena
hidroksida-hidroksida Al dan Fe ternyata terbentuk ion-ion yang lain
menunjukkan reaksi yang amat kompleks. Pada penambahan garam
Aluminium atau besi, akan segera terbentuk ion-ion polimer dan dapat
terserap oleh partikel-pertikel. PAC benar-benar menggumpalkan zat-
zat tersuspensi dan koloid dalam air untuk menghasilkan flok yang
belum sempurna, lalu Ca(OH)2 berperan untuk mengikat flok-flok yang
belum sempurna tersebut menjadi flok-flok yang lebih sempurna,
dengan perbandingan 0,30 ml PAC dan 0,90 ml Ca(OH)2 dalam 500 ml
air baku pada uji jar test di laboratorium.Ca(OH)2 bekerja pada pH basa
sebagai flokulan yang menetralisir pH asam yaitu PAC sebagai
koagulan, yang kemudian membentuk flok-flok yang lebih sempurna
dan mempercepat pengendapan dalam penyaringan partikel koloid,
yang akan terselubungi oleh koagulan. Muatan partikel koloid dan hasil
hidrolisa akan saling menetralkan sehingga muatan dari partikel ini
mengecil, hingga tergantung dari pH serta semacam dosis koagulan,
maka besarnya zat potensial yang akan diturunkan atau diubah dari
sedikit negatif menjadi netral dan akhirnya posif, dan suspensi ini tidak
stabil sehingga terjadi penggumpalan sampai ukuran yang dapat
mengendap.
Bahkan koagulan dapat terhidrolisa dan dapat terbentuk masa
yang lebih besar, dalam hal ini partikel koloid menarik dan
menggabungkan sehingga terbentuk gumpalan dan terjadilah
pengendapan yang sempurna dalam tangki flokulator.
Terdapat 2 perbedaan pada proses flokulasi yaitu :
1. Flokulasi perikinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel
sampai ukuran µm dengan mengandalkan gerakan Brownian,
biasanya koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi
perikinetik.
2. Flokulasi ortokinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel
sampai ukuran diatas 1 µm, dimana gerakan Brownian diabaikan
pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan
pengaduk buatan ( artificial mixing ). dapat dikurangi dengan
proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan bahan
kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada
partikel menyebabkan antar partikel yang berlawanan cenderung
bergabung membentuk inti flok. Proses koagulasi selalu diikuti
oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok atau flok kecil
menjadi flok yang berukuran besar.
2.3 KOAGULASI – FLOKULASI
2.3.1 Proses Koagulasi – Flokulasi
Aplikasi dari Koagulasi dan Flokulasi dilaksanakan dalam dua
reaktor yang berbeda yaitu Koagulator dan Flokulator. Pada proses
Koagulasi, zat kimia koagulan dicampur dengan air baku selama
beberapa saat hingga merata di suatu reaktor koagulator, pada proses ini
terjadi destabilisasi dari koloid zat padat yang ada di air baku. Keadaan
ini menyebabkan tergumpalnya koloid-koloid tersebut menjadi ukuran
yang lebih besar. Setelah proses koagulasi, partikel-partikel
terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga
terbentuk flok, tahap ini disebut “Flokulasi”. Flokulasi adalah suatu
proses aglomerasi ( penggumpalan ) partikel-partikel terdestabilisasi
menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh
proses sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah
adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestablisasi atau mikroflok)
menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar ( makroflok ).
Proses koagulasi – flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan
pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia
(disebut koagulan). Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang
dibubuhkan dapat tercampur secara merata/homogen. Pada bak
pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar
hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum
adalah aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang
menggunakan koagulan pembantu, seperti polielektrolit yang
dibutuhkan untuk memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor
utama yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi air adalah
kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan
konsentrasi kation dan anion, durasi, dan tingkat agitasi selama
koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan
pembantu. Beberapa jenis koagulan diantaranya yaitu aluminium sulfat,
ferri klorida, ferri sulfat, ferro sulfat.
Pemilihan koagulan dan kadarnya membutuhkan studi
laboratorium atau pilot plant ( menggunakan jar test apparatus) untuk
mendapatkan kondisi optimum.
Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah :
Al2(SO4)3.14H2O+3Ca(HCO3)2  2Al(OH)3+3CaSO4+14H2O+6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi
dengan alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah
kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5-8, karena
aluminium hidroksida relatif tidak terlarut.
Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida
agar menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan
untuk mendapatkan pH pada level dimana ion besi diendapkan sebagai
Fe(OH)3. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang membutuhkan
oksigen terlarut air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion
besi dioksida menjadi ferri, dimana akan mengendap sebagai Fe(OH)3.
2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2  2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O
Untuk berlangsungmya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan
kadang-kadang stabilisasi membutuhkan kapur berlebih.
Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti
reaksi :
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat
mengendap. Jika alkilinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan
penambahan kapur. Rentang pH optimum adalah sekitar 4 hingga 12,
karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam rentang pH ini.
Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:
2FeCl3+3Ca(OH)2  2Fe(OH)3+CaCl2+6CO2
Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak
mencukupi.
2FeCl3+3Ca(OH)2  2Fe(OH)3+3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12.
Flok yang terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.

Alat dan bahan


Alat :
1. Terjunan hidrolis
Metode pengadukan terjunan air merupakan metode pengadukan
hidrolis yang simple dalam operasional. Besar headloss selama
pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang
dirancang. Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang
bergerak dan semua peralatan yang digunakan berupa peralatan
diam/statis.
2. loncatan hidrolis
3. parshall flume
4. baffle basin ( baffle channel )
Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling
umum digunakan yaitu pola aliran mendatar (round end baffle
channel) dan pola aliran vertikal (over and under baffle).
5. perforated wall
6. gravel bed

2.3.2 Pengadukan
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah
pengadukan. Tujuan pengadukan adalah untuk menciptakan tumbukan
antar partikel yang ada dalam air baku. Dalam proses koagulasi,
pengadukan akan membantu meratakan koagulan yang telah
dibubuhkan dengan partikel-partikel koloid. Sedangkan pada proses
flokulasi, pengadukan akan menumbukkan partikel-partikel flok yang
telah terbentuk hingga menjadi suatu gumpalan yang cukup besar untuk
diendapkan. Dengan demikian, yang menjadi fokus utama dalam
pengadukan adalah proses tumbukan.
Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua,
yaitu pengadukan cepat dan pengadukan lambat.
Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari
proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat
dan menyeragamkan pe nyebaran zat kimia melalui air yang diolah.
Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika menggunakan
koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena
proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi
adsorpsi partikel koloid.
Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradient kecepatan
(G), yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P)

Rumus : √

Dalam hal ini :


P = suplai tenaga ke air (N.m/detik)
V = volume air yang diaduk, m3
µ = viskositas absolute air, N.detik/m2
Pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan dengan
-1
gradient kecepatan besar ( 300 sampai 1000 detik ), sementara
pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradient
kecepatan kecil ( 20 sampai 100 detik-1 ). Waktu pengadukan juga
berbeda. Pada pengadukan cepat, waktu yang diperlukan tidak lebih
dari 1 menit, sementara pengadukan lambat membutuhkan waktu 15
hingga 60 menit.
Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanis,
hidrolis dan pneumatik. Pengadukan mekanis adalah metode
pengadukan dengan menggunakan alat pengaduk berupa impeller yang
digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan
mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk
( impeller ). Pengadukan lambat secara mekanis umumnya memerlukan
tiga kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar
daripada G di kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang
paling kecil.
Gambar 5.3 Pengadukan cepat dengan alat pengaduk

Gambar 5.4 Pengadukan lambat dengan alat pengaduk

Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan


gerakan air sebagai tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini
menggunakan energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik.
Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan)
atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Beberapa contoh
pengadukan hidrolis adalah terjunan, loncatan hidrolis, parshall flume,
baffle basin (baffle channel), perforated wall, gravel bed, dan
sebagainya.
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan
udara ( gas ) berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air
sehingga menimbulkan gerakan pengadukan pada air. Injeksi udara
bertekanan ke dalam suatu badan air akan menimbulkan turbulensi,
akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin besarnya
tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar
dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi proses koagulasi:


1. Pengontrolan pH
pH merupakan salah satu faktor yang menentukan proses
koagulasi, pada koagulan ada daerah optimum, dimana koagulasi
akan terjadi dalam waktu yang singkat dengan dosis koagulan
tertentu. Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik
dimana presipitasi yang maksimum akan terbentuk sekaligus titik
kelarutan maksimum, pH yang optimum tergantung pada
penggunaan koagulan tersebut dan karakteristik kimiawi dari air
baku. Proses koagulasi akan sempurna pada pH 6-9 sesuai dengan
standart. Untuk proses koagulasi pH terbaik berkisar 7,0 (pH
netral).
2. Temperatur
Pada temperatur yang rendah kecepatan reaksi lebih lambat
dan viskositas air lebih besar sehingga flok lebih sukar
mengendap. Air dengan turbiditi tinggi memerlukan dosis
koagulan yang lebih banyak. Dosis koagulan persatuan unit
turbiditi tinggi, akan lebih kecil dibandingkan dengan dosis
persatuan untuk air dengan turbiditi rendah. Hal ini disebabkan
karena dalam air yang memiliki turbiditi tinggi, kemungkinan
terjadi tumbukan antara partikel akan lebih besar. Dosis koagulan
yang kurang akan menyebabkan tumbukan antara partikel akan
kurang sempurna. Netralisasi muatan listrik sempurna, sehingga
flok yang terbentuk hanya sedikit, akibatnya turbiditi naik. Dosis
koagulan yang berlebihan dan menimbulkan efek samping pada
partikel sehingga turbiditi akan naik.
3. Dosis koagulan
Air dengan turbiditi tinggi memelukan dosis koagulan yang
lebih banyak. Dosis koagulan persatuan unit turbiditi tinggi, akan
lebih kecil dibandingkan dengan dosis persatuan untuk air dangan
turbiditi rendah. Hal ini disebabkan karena dalam air yang
mempunyai turbiditi tinggi. Kemungkinan terjadinnya tumpukan
antara partikel akan lebih besar.
4. Pengadukan (Mixing)
Baiknya proses koagulasi juga ditentukan oleh pengadukan.
Pengadukan ini diperlukan agar tumbukan antara partikel untuk
netralisasi menjadi sempurna, Distribusi dalam air cukup baik dan
merata, serta masukan energi yang cukup. Untuk tumbukan antara
partikel-partikel yang telah netral sehingga terbentuk mikroflok.
Dalam proses koagulasi ini pengadukan dilakukan dengan cepat.
Air yang memiliki turbiditi rendah memerlukan pengadukan yang
lebih banyak dibandingkan dengan air yang memiliki turbiditi
tinggi.
5. Pengaruh garam
Garam-garam ini dapat mempengaruhi proses suatu
penggumpalan. Pengaruh yang diberikan akan berbeda-beda
tergantung dengan macam garam (ion) dan konsentrasi. Semakin
besar valensi ion maka akan semakin besar pengaruh terhadap
koagulan atau penggumpalan. Pengaruh ion pada
penggumpalannya dapat dinyatakan sebagai penggumpalan
dengan garam Fe dan Al akan banyak dipengaruhi anion
dibandingkan dengan kation. Jadi Natrium, Calsium, Magnesium
relatif tidak mempengaruhi. Aliminium dan besi akan bereaksi
dengan alkalinitas dalam air. Pada penambahn garam aluminium
atau besi akan segera terbentuk ion-ion polimer dan dapat terserap
oleh partikel-partikel.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reaksi koagulasi dan flokulasi diawali dengan proses koagulasi yaitu
pencampuran zat kimia dengan air baku selama beberapa saat hingga merata
di suatu reaktor koagulator, pada proses ini terjadi destabilisasi dari koloid zat
padat yang ada di air baku. Keadaan ini menyebabkan tergumpalnya koloid-
koloid tersebut menjadi ukuran yang lebih besar. Setelah proses koagulasi,
partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat
sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut “Flokulasi”. Flokulasi adalah suatu
proses aglomerasi ( penggumpalan ) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi
flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh proses
sedimentasi dan filtrasi

3.2 Saran
s

Anda mungkin juga menyukai