Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

FISIKA LINGKUNGAN

BIOMASS GASIFICATION
DISUSUN OLEH KELOMPOK VI :

Nathania Nanasari (0810930004)


Avika Dyah R (0810930022)
Febriyanti Ekasari (0810930032)
Mendha Yuli A (0810930048)
Fitri Oktafiani (0810933004)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gasifikasi Biomass


Gasifikasi merupakan proses yang menggunakan panas untuk merubah biomassa padat atau
padatan berkarbon lainnya menjadi gas sintetik "seperti gas alam“ yang mudah terbakar. Melalui
proses gasifikasi, kita bisa merubah hampir semua bahan organik padat menjadi gas bakar yang
bersih, netral. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembangkit listrik maupun sebagai
pemanas. Gasifikasi merupakan proses thermal, di mana pemanasan biomassa dalam
lingkungan oksigen yang rendah menghasilkan campuran gas yang disebut syngas atau gas
sintesis.Gas ini terdiri dari terutama hidrogen dan karbon monoksida. Tergantung pada
efisiensi proses gasifikasi menggunakan gas yang sangat bersih dapat diproduksi. Gas ini
dapat digunakan untuk beberapa tujuan, bahkan dalam satu terlalu satu rasio dalam mesin
pembakaran internal seperti yang dilakukan besar-besaran dalam perang dunia 2. Namun
aplikasi transportasi bukan cara yang paling praktis untuk mengambil keuntungan dari
gasifikasi biomassa. Cara terbaik untuk mengambil keuntungan dari gasifikasi biomassa
adalah untuk menghasilkan baik listrik dan panas, biomassa CHP.

2.2 Proses Gasifikasi


Proses gasifkasi telah dikenal sejak abad lalu untuk mengolah batubara, gambut. Atau
kayu menjadi bahan bakar gas yang kini mulai dimanfaatkan. Pada tahun-tahun terakhir ini.
Proses gasifikasi mendapat perhatian kembali di seluruh dunia, terutama untuk mengolah
biomassa sebagai sumber energi alternatif yang terbaharukan.
Proses-proses dari gasifikasi meliputi Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat
menyerap panas (endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).

1. Pengeringan:
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang
diserap dari proses oksidasi.
 
2. Pirolisis
Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak
terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang
diserap dari proses oksidasi. Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi
parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai
secara lambat pada T 700 °C. Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi
temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis
dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal,
seperti lignin pada biomassa dan volatile matters pada batubara, pecah dan menguap
bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan
PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu
gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang.
 
3. Oksidasi (Pembakaran):
Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada
bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran
menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik. Oksidasi atau pembakaran arang merupakan
reaksi terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi
panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier
bereaksi dengan substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO 2 dan H2O
yang secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada
pirolisis. Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah:
C + O2 --> CO2 + 393.77 kJ/mol karbon
Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang
terkandung dalam bahan bakar membentuk kukus. Reaksi yang terjadi adalah:
H2 + ½ O2 --> H2O + 742 kJ/mol H2
4. Reduksi (Gasifikasi)
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong
oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses
ini adalah gas bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan empat reaksi
yang umum telibat pada gasifikasi.
C + H2O --> H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon
CO2 + C --> 2CO – 172.58 kJ/mol
CO + H2O --> CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol
C + 2H2 --> CH4 + 74.90 kJ/mol karbon
Berikut merupakan bagan proses Gasifikasi

Dengan unsur utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis biomassa dapat
dipakai sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya berjalan lancar, ada persyaratan
teknis yang perlu diperhatikan:
a. kadar air biomassa tidak lebih dari 30%
b. bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih
c. ukuran partikel antara 0,5 - 5,0 cm
d. tidak banyak mengandung zat-zat anorganik
e. rapat massanya di atas 400 kg/m2
 
Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, kadang-kadang diperlukan pengolahan
awal seperti: pengeringan. pemotongan atau pemampatan. Di samping itu biomassa harus
tersedia dalam jumlah yang cukup secara kontinyu, nilai ekonomisnya rendah atau tidak ada
manfaat lainnva. Kayu, batok kelapa, tongkol jagung dan batok sawit merupakan biomassa
yang mendekati persyaratan tersebut diatas Sekam padi. serbuk gergaji, sabut kelapa. kulit
kopi danl lain-lainnya adalah contoh biomassa yang perlu penanganan khusus untuk proses
gasifikasi.
Berikut adalah gambar dari alat gasifikasi :

2.3 Pemanfaatan Gasifikasi


Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO, H2, dan CH4
dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini sangat tergantung pada
komposisi unsur dalam biomassa, bentuk dan partikel biomassa, serta kondisi-kondisi proses
gasifikasi. Dengan panas pembakaran antara 3000 - 5000 Watt, gas ini dapat diumpankan ke
dalam motor bakar torak maupun sebagaI bahan bakar untuk pemanas. 
  Motor bensin maupun motor diesel dapat digabungkan dengan perangkat gasifikasi untuk
memanfaatkan gas hasil. Untuk maksud ini, gas hasil dialirkan ke dalam aliran udara masuk
motor, dengan sambungan pipa silang atau sistem injeksi. Sambungan silang sangat
sederhana dan murah sesuai untuk kapasitas rendah. Sedangkan sistem injektor agak rumit
pembuatanya tetapi dapat memberikan pencampuran gas-udara yang lebih baik, dan sesuai
untuk kapasilas tinggi.
Disamping panas pembakarannya, gas hasil harus memenuhi persyaratan-
persyaratan berikut ini agar tidak mengurangi performansi dan umur motor:
a. kandungan tar tidak lebih dari 100 mg/m3
b. kandungan abu maksimum 50 mg/m3
c. ukuran debu tidak lebih dan 10 mikrometer
d. temperatur gas di bawah 40oC
 
Dalam motor bensin, seluruh kebutuhan bensin dapat digantikan dengan gas. Daya
motor dapat diatur dengan pengaturan laju alir campuran gas-udara dengan komposisi tetap.
Karena kecepatan pembakaran gas kurang daripada kecepatan pembakaran bensin. maka
waktu pengapian busi harus diajukan, kira-kira 15 derajat lebih atas.
Dalam motor diesel, tidak seluruh kebutuhan solar dapat digantikan. Karena sedikit
solar tetap diperlukan untuk sarana pengapian. Operasi ini disebut sebagai sistem bahan
bakar ganda. Dalam praktek, komposisi bahan bakar ganda ini kira-kira 20% solar dan 80%
gas. Pengaturan daya motor dapat dilakukan dengan pengaturan laju alir gas, sementara laju
alir solar diatur pada kebutuhan minimum untuk sarana pengapian.
Daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor bensin maupun motor diesel
dengan bahan bakar gas turun sampai kira-kira 70% dari daya aslinya. Motor untuk
penggunaan gas hasil gasifikasi sebaiknya dipilih yang mempunyai kecepatan nominal 1500
putaran permenit. Berdasarkan pengalaman di ITB, satu liter bensin atau solar dapat
digantikan dengan 7,5 m2 gas dari gasifikasi 4 kg kayu atau 6 kg sekam.
Gas hasil biomassa tergolong gas bahan bakar berkualitas rendah (dibandingkan
dengan panas pembakaran gas alam 32000kJ/m3). Gas hasil gasifikasi dapat digunakan
untuk motor diesel, motor bensin, atau alat pemanasan dan pengeringan. Gasifikasi
biomassa dapat mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak di tempat-tempat
terpencil.
Secara teoritik satu m3 gas hasil gasifikasi biomassa memerlukan 1,2 m3 udara untuk
pembakaran, dan menghasiIkan temperatur 1600oC. Pada prakteknya, temperatur pembakar-
an gas ini hanya berkisar antara 700-1200oC.
Berdasarkan kualitasnya, gas hasil ini tidak ekonomis bila disimpan atau
didistribusikan tetapi harus dimanfaatkan di tempat proses gasifikasi. Penggunaan gas yang
paling sesuai adalah untuk pengeringan hasil-hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan
yang tidak memerlukan temperatur terlalu tinggi.

2.4 Ketersediaanya
2.5 Cadangan
2.6 Teknologi
Melalui penelitian dan pengembangan sejak 1976, dasar-dasar rancangan gasifer
konvensional dan sistem pembersih serta pendingin gas telah dikuasai oleh bangsa Indonesia,
khususnya ITB dan beberapa badan penelitian lainnya.
Bahan-bahan konstruksi unit gasifkasi tersedia di dalarn negeri, bahkan hampir semuanya
produksi dalam negeri pula. Bahan-bahan penting antara lain adalah:
a. plat baja 3 mm untuk badan gasifier  
b. plat baja 10 mm untuk flange
c. pipa besi  
d. semen dan bata tahan api  
e. bahan-bahan filter dan lain-lainnya.  
Pembuatan peralatannya juga sederhana, dan telah terbukti dapat dikerjakan oleh
industri atau bengkel kecil. Pengerjaan pembuatan peralatan gasifikasi meliputi:
a. pengelasan (welding)  
b. menggulung (rolling)
c. pengerjaan mesin bubut, bor dsb
Gasifier.

Anda mungkin juga menyukai