Anda di halaman 1dari 9

BAB II

SIFAT FISIK BATUAN

2.1 Tujuan
Untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari batuan. Cara ini dapat digunakan
terhadap batuan yang tidak mudah hancur, mengembang dan melekat
satu dengan yang lainnya, serta tidak meresap air bila dipanaskan.

2.2 Pengujian Densitas, Porositas, Berat Jenis, Kadar Air, dan


Derajat Kejenuhan
Untuk menentukan sifat fisik batuan, diperlukan perconto batuan untuk
dilakukan pengujia, pembuatannya dijelaskan sebagai berikut :
a. Di Laboratorium
Pembuatan perconto di laboratorium dilakukan dari blok batu yang
diambil dari lapangan yang dibor dengan penginti laboratorium.
Perconto yang didapat berbentuk silinder dengan diameter pada
umumnya antara 50 – 70 mm dan tingginya dua kali diameter
tersebut. Ukuran perconto dapat lebih besar dari ukuran yang disebut
di atas tergantung dari maksud pengujian.
b. Di Lapangan
Dari hasil pemboran inti (coring) langsung ke dalam batuan yang akan
diselidiki di lapangan didapat inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut
langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan
syarat tinggi perconto minimal dua kali diameternya. Setiap perconto
yang diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya, dihitung luas
permukaan dan volumenya.

2.3 Alat-Alat yang Digunakan


a. Desikator, digunakan untuk menyedot udara yang ada pada pori-
pori specimen
b. Pemanas (oven) dengan temperatur 105˚ C s/d 110˚ C, digunakan
untuk memanaskan specimen selama kurang lebih 24 jam
c. Jangka sorong, untuk mengukur diameter dan panjang specimen
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
e. Pompa vacum, untuk menjenuhkan specimen
f. Stopwatch

2.4 Prosedur
a. Siapkan ± 6 – 7 spesimen yang berbentuksilinder

Foto 2.1
Sempel Sepesimen

b. Volume batuan diukur dengan menentukan dimensinya menggunakan


jangka sorong

Foto 2.2
Jangka Sorong
c. Spesimen dijenuhkan dalam tabung vacum dengan daya isap kurang
dari 0,008 kg/cm2 selama 24 jam

Foto 2.3
Spesimen Dalam Tabung Vacum

d. Batuan diangkat dari tempat pemvacuman setelah penjenuhan 24 jam


e. Batuan dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada
batuan tersebut dan dikeringkan dengan lap bersih dan kering
f. Kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat jenuh
tergantung pada tiap-tiap batuan dengan terlebih dahulu menimbang
cawan timbangan
g. Dilakukan penimbangan berat jenuh tiap-tiap batuan

Foto 2.4
Penimbangan Sepesimen
h. Selanjutnya batuan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105˚C
-110˚ C selama kurang lebih 24 jam

Foto 2.5
Oven Yang Digunakan

i. Setelah di oven selama ± 24 jam batuan diangkat dari oven untuk


melakukan penimbangan berat kering, dilakukan setelah batuan itu
didinginkan terlebih dahulu.

Foto 2.6
Penimbangan Sepesimen Berat Kering

2.5 Penimbangan Berat Percontoh


Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan data guna
menentukan sifat fisik batuan adalah pengukuran terhadap :
a. Berat percontoh asli (natural) : Wn
b. Berat percontoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama
24 jam dengan temperatur ± 90˚ C) : Wo
c. Berat percontoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24
jam) : Ww
d. Berat percontoh jenuh = berat air + berat bejana : Wa
e. Berat percontoh jenuh di dalam air + berat air + berat bejana : Wb
f. Berat percontoh jenuh di dalam air : Ws = (Wa - Wb)
g. Volume percontoh tanpa pori-pori : Wo – Ws
h. Volume percontoh total : Ww – Ws

2.6 Data Pengamatan


2.6.1 Data
1. Diameter dan Tinggi = 4,4 dan 10,5 cm
2. Berat Asli = 361,9 gr
3. Berat Jenuh = 375,3 gr
4. Berat Jenuh Tergantung = 103 gr
5. Berat Kering = 325.1 gr
2.6.2 Perhitungan
1. Bobot Isi Asli
Wn
γn=
Ww−Ws
361.9
¿
( 375.3−103 )
¿ 1.329 gr
2. Bobot Isi Jenuh
Ww
Ww−Ws
375.3
¿
( 375.3−103 )
¿ 1.378 gr
3. Bobot Isi Kering
Wo
γd =
Ww−Ws
325.1
¿
( 375.5−103 )
¿ 1.194 gr
4. Apparent S.G.
Wo
Ww+Ws
S .G . a=
Bobot isi air
325.1
( 272.3 )
¿
1.329
1.494
¿
1.329
¿ 0.898 gr
5. True S.G.
Wo
Ww−Ws
S .G . t=
Bobot Isi air
325.1
( 222.1 )
¿
1.329
1.464
¿
1.329
¿ 1.102 gr
6. Kadar Air Asli
Wn−Ww
%W = × 100 %
Wo
361.9−325.1
¿ ×100 %
325.1
¿ 11.3 %

7. Kadar Air Jenuh


Ww−Wo
% A= ×100 %
Wo
375.3−325.1
¿ ×100 %
325.1
¿ 15.4 %
8. Derajat Kejenuhan
Wn−Wo
% S= ×100 %
Ww−Wo
36.8
¿ ×100 %
50.2
¿ 73.3 %

9. Porositas
( Ww−Wo )
n= ×100 %
(Ww−Ws )
37.3−325.1
¿ × 100 %
375.3−103
¿ 18.4 %
10. Vold ratio
n
e=
( 1−n )
18.4 %
¿
(1−018.4 )
¿ 0.225
2.7 Analisa
Pada setiap sampel diperoleh nilai parameter yang berbeda – beda
dikarenakan setiap kelompok ada yang menggunakan campuran adonan semen
dan pasir yang sama ataupun berbeda. Penyebab tidak seragamya campuran
mengakibatkan volume pori yang dihasilkan menjadi berbeda pula. Sehingga
berpengaruh pada bobot jenuh dan pada akhirnya void ratio nya.
Sampel yang memiliki selisih bobot asli dan bobot jenuh yang besar berarti lebih
banyak dapat menyarangkan air. Hal itu disebabkan karena besarnya pori
diakibatkan campuran pasir yang relatif lebih banyak dari yang lain. Logikanya
merupakan sampel yang relatif lebih rapuh

2.8 Kesimpulan
Dapat kesimpulkan bahawa berdasarkan hasil pembahasan atas
pengolahan data di atas, maka dapat disimpulan bahwa setiap sempel memiliki
sifat fisik berbeda-beda dikarenakan komposisi adonannya berbeda-beda tujuan
dari percobaan ini telah tercapai yaitu dengan diperolehnya data-data tentang
sifat fisik suatu batuan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Chamid, Chusharini, Diktat Geomekanika, Laboratorium Geomekanika Jurusan Teknik


Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, 2011

Anda mungkin juga menyukai