Anda di halaman 1dari 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Tahunan

2.1.1 Pengertian Laporan Tahunan

Teori tentang laporan tahunan (annual report) dalam literatur-literatur akuntansi

sangat jarang dikemukakan, kalaupun ada maka tergabung dengan topik penyajian

laporan keuangan dan secara parsial tidak seluruhnya.

Keseluruhan isi dari laporan tahunan tidak diatur oleh otoritas badan akuntansi

yang berwenang seperti Ikatan Akuntan Indonesia, namun diatur oleh regulator bursa

efek (Badan Pengawas Pasar Modal).

Laporan tahunan wajib diungkapkan oleh setiap perusahaan yang mencatatkan

diri di bursa efek sebagai pelaporan kegiatan selama satu tahun sebelumnya kepada

pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (stakeholders).

Definisi laporan tahunan (annual report) sebagaimana dikutip dari Knutson

(1992, dalam Rusiana, 2005) menyatakan bahwa:

“At the top of every analyst’s list (of financial reports used by analysts) is the
annual report to shareholders. It is the major reporting document and every other
financial report is in some respect subsidiary or supplementary to it.”

2.1.2 Tujuan dari Laporan Tahunan

Adapun tujuan dari pelaporan laporan tahunan adalah (Rizal, 2003):

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Berguna bagi pemakai (users) laporan tahunan dalam membuat keputusan

investasi, masalah kredit atau keputusan-keputusan lainnya.

2. Menyediakan laporan yang komprehensif mengenai prospek perusahaan di masa

depan, baik kegiatan operasi, keuangan dan informasi-informasi relevan lainnya

3. Menyediakan informasi mengenai klaim sumber daya (resources) perusahaan

serta perubahannya.

2.1.3 Peraturan Bapepam Mengenai Isi Laporan Tahunan Emiten

Laporan Tahunan di BEJ dan BES diatur oleh Keputusan Ketua Bapepam No.

38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan (Rizal, 2003). Peraturan tersebut hanya berlaku

bagi perusahaan publik saja. Bentuk dan isi dari laporan tahunan menurut peraturan

Bapepam secara garis besar dibagi menjadi enam bagian besar:

a. Ketentuan Umum, yang berisi peraturan fisik dan informasi yang wajib

disampaikan oleh emiten.

b. Laporan Manajemen, yang berisi penjelasan umum dan penjelasan khusus

mengenai perusahaan.

c. Ikhtisar Data Keuangan Penting, yang berisi informasi perbandingan keuangan

lima tahun buku atau sejak memulai usahanya.

d. Bagian mengenai Analisis dan Pembahasan Umum oleh Manajemen, yang berisi

uraian singkat yang menganalisis laporan keuangan dan informasi lain dengan

penekanan pada perubahan-perubahan material yang terjadi sejak laporan tahunan

terakhir atau sejak pernyataan pendaftaran diajukan.

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

e. Bagian mengenai Laporan Keuangan, yang berisi laporan keuangan yang disusun

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan Bapepam dan telah

diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam.

2.2 Ukuran (Size) Perusahaan

Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk

menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan

pula dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang

lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya

keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak

disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai

wujud tanggung jawab sosial perusahaan.

Size perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, dapat

ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah karyawan, jumlah penjualan, rata-rata tingkat

penjualan, dan rata-rata total aktiva (Ferri and Jones, 1979 dalam Jaelani dkk.,2001).

Menurut Ronald Clapham (1996), ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk

menentukan tingkatan perusahaan adalah :

 Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar atau

bekerja diperusahaan pada suatu saat tertentu

 Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada suatu

periode tertentu misalnya satu tahun

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

 Total hutang ditambah dengan nilai pasar saham biasa perusahaan yang

merupakan jumlah hutang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada saat atau

suatu tanggal tertentu

 Total aktiva (assets), yang merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki

perusahaan pada saat tertentu.

Size perusahaan pada penelitian ini ditunjukkan oleh total aktiva atau total asssets

perusahaan, dimana total aktiva yang didapat dari aktiva lancar ditambah aktiva tidak

lancar setelah dikurangi depresiasi (S. Munawir, 1998:14)

2.3 Pengungkapan (Disclosure) Informasi dalam Laporan Tahunan

Pengungkapan (disclosure) didefenisikan berbeda-beda dalam kondisi yang

berbeda pula. Sebagai salah satu prinsip dalam akuntansi keuangan, kadangkala istilah

pengungkapan dikaitkan secara langsung dengan laporan keuangan (financial statement).

Dalam kenyataannya ternyata pengungkapan juga berhubungan dengan informasi lainnya

diluar laporan keuangan.

Menurut Harry I. Wolk dkk. (1997) dalam buku Accounting Theory, A

Conceptual and Institutional Approach, pengungkapan didefenisikan:

“…disclosure is concerned with information in both the financial statements and


supplementary communications – including footnotes, poststatements events,
management’s analysis of operations for the fortcoming, financial and operating
forecasts, and additional financial statements covering segmental disclosure and
extensions beyond historical costs.”

Dari defenisi diatas maka istilah pengungkapan dapat digunakan baik dalam

laporan keuangan maupun laporan yang lainnya dengan alat penelitian (proxy) yang

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berbeda-beda. Penelitian penulis memfokuskan pengungkapan pada laporan tahunan

(annual report), bukan pada laporan keuangan (financial statement report)

Istilah pengungkapan terkadang diasosiasikan secara langsung dengan laporan

keuangan. Namun, dalam kenyataannya pengungkapan juga berhubungan dengan

informasi lain diluar laporan keuangan. Imhoff (1992) dalam Ainun dan Fuad (2000)

menyatakan kualitas tampak sebagai atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi.

Meskipun kualitas akuntansi masih memiliki makna ganda (ambiguous), banyak

penelitian yang menggunakan indeks of disclosure methodology mengemukakan bahwa

kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari

sisi laporan tahunan. Dengan kata lain Imhoff mengatakan bahwa tingginya kualitas

informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan.

Ada tiga konsep pengungkapan yang umum diusulkan, yaitu:

a. Adequate disclosure (pengungkapan memadai)

Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana

angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

b. Fair disclosure (pengungkapan wajar)

Pengungkapan wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar

memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan

menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial.

c. Full disclosure (pengungkapan penuh)

Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang

diungkapkan secara relevan.

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengungkapan yang memadai menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang

sejalan dengan tujuan positif membuat laporan tersebut tidak menyesatkan (Rusiana,

2005). Pengungkapan wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan

yang sama pada semua calon pembaca. Pengungkapan lengkap menyiratkan penyajian

seluruh informasi yang relevan (Wishnugroho, 2002).

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan

menjadi pengungkapan yang bersifat wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan

pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, yaitu peraturan yang

dikeluarkan oleh regulator pasar modal. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Darrough (1993) dalam Ainun dan

Fuad (2000) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan

persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu:

a) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

Merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi

yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi

secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk

mengungkapkannya.

b) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)

Merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh

perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu

(1993) mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk

memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara

meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela

secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis

manajemen.

Dalam PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan, manajemen perusahaan

bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan, dimana

laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen:

1. neraca

2. laporan laba-rugi

3. laporan perubahan ekuitas

4. laporan arus kas

5. catatan atas laporan keuangan

PSAK No. 1 menganjurkan agar perusahaan menyajikan telaah keuangan yang

menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan

perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan

tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value

added statement), khususnya industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang

peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok

pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan dan informasi tambahan lainnya

memang secara khusus diatur dalam PSAK, sedangkan informasi lain yang tersedia di

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

laporan tahunan, seperti hasil analisis dan diskusi manajemen tidak diatur secara

langsung oleh PSAK tetapi oleh regulator bursa, dalam hal ini Bapepam.

Didalam FASB Concept Statement No.1 dinyatakan bahwa beberapa informasi

yang berguna (useful information) lebih baik disajikan dalam laporan keuangan

(financial statement) dan beberapa lainnya lebih baik disajikan dalam bentuk pelaporan

keuangan selain laporan keuangan, contohnya pendapatan dan arus kas telah disajikan

dalam laporan keuangan, tetapi investor mungkin mau melakukan perbandingan antar

perusahaan dalam jenis industri yang sama. Oleh karena itu investor bisa melihat pada

artikel berita atau laporan yang dikeluarkan oleh emiten.

Pengungkapan dalam pelaporan keuangan dan non keuangan merupakan

penyajian informasi yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Ini

secara tidak langsung berarti bahwa informasi yang memadai harus disajikan untuk

memungkinkan dilakukannya analisis terhadap perusahaan.

2.4 Pengungkapan Informasi Modal Intelektual Perusahaan

2.4.1 Modal Intelektual

Menurut Bambang Purnomosidhi, 2006, dalam penelitian sebelumnya, istilah

modal intelektual pertama kali dikemukakan oleh Galbraith yang menulis surat yang

ditujukan kepada teman sejawatnya, Michael Kalecki, pada tahun 1969. dalam

tulisannya, Galbraith mengemukakan berikut ini: “I wonder if you realise how much

those of us the world around have owed to the intellectual capital you have provided

over these last decades” (Hudson, 1993 dalam Bontis, 2000). Kemudian, modal

intelektual dijelaskan secara rinci oleh Peter Drucker tahun 1993 dalam bukunya “Post-

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Capitalist Society (Bontis 2000). Sampai dengan akhir tahun 1990, referensi terhadap

modal intelektual dalam publikasi bisnis kontemporer menjadi hal yang lazim.

Manajemen modal intelektual menjadi bidang Chief Knowledge Officer (CKO)

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), 1999,

mendefinisikan modal intelektual sebagai nilai ekonomik dari dua kategori intangibles

assets perusahaan,yaitu:

• Organizational (structural) capital

Structural capital meliputi proprietary software system, distribution

networks, dan supply chains.

• Human capital

Human capital mencakup human resources baik dalam perusahaan

maupun di luar perusahaan, seperti customers dan suppliers.

Berdasarkan definisi OECD tersebut, modal intelektual merupakan bagian

(subset) dari intangible assets secara keseluruhan karena ada unsur yang bersifat

intangible secara logis bukan merupakan bagian dari modal intelektual, misalnya

reputasi, yang merupakan hasil dari penggunaan modal intelektual.

Kooistra dan Zijlstra, (2001) mendefinisikan modal intelektual sebagai

intellectual material yang telah diformalkan, diperoleh, dan dimanfaatkan untuk

menghasilkan aset yang bernilai tinggi. Definisi tersebut memiliki dua masalah, yaitu:

1. menyertakan konsep intellectual material yang belum jelas; dan

2. membatasi modal intelektual sebagai sesuatu yang diformalkan dan diperoleh,

yaitu tacit knowledge dan pengalaman.

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meskipun terdapat beberapa versi tentang komponen modal intelektual, pada

akhirnya hanya terdapat tiga skema yang sering dikutip dalam penelitian, yaitu skema

yang diusulkan Sveiby (1997), Stewart (1997), Edvinsson dan Sullivan (1996). Ketiga

skema tersebut memiliki tiga elemen yang sama, yaitu modal intelektual terletak dalam

diri manusia, modal intelektual yang melekat dalam perusahaan dan modal intelektual

yang terkait hubungan dengan pihak eksternal. Dalam penelitian ini, skema komponen

modal intelektual yang akan digunakan adalah skema yang diusulkan oleh Sveiby (1997).

2.4.2 Pengungkapan Modal Intelektual

Guthrie (2004) mengemukakan teori-teori riset (research theories) yang dapat

digunakan untuk menjelaskan kecenderungan pengungkapan sukarela modal intelektual,

yaitu stakeholder theory dan legitimacy theory yang menggunakan content analysis

sebagai suatu pendekatan dalam pengumpulan dan analisis data.

1. Stakeholder theory

Teori ini mengemukakan bahwa manajemen perusahaan diharapkan melakukan

aktivitas-aktivitas yang diharapkan para stakeholders dan melaporkan aktivitas tersebut

kepada mereka. Stakeholders memiliki hak untuk diberi informasi bagaimana dampak

aktivitas perusahaan bagi mereka meskipun mereka memilih untuk tidak menggunakan

informasi tersebut, atau tidak memainkan peran konstruktif dalam kelangsungan hidup

perusahaan. Selain itu, teori ini menganggap bahwa akuntabilitas organisasional tidak

hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau keuangan saja sehingga perusahaan perlu

melakukan pengungkapan tentang modal intelektual dan informasi lainnya melebihi dari

yang diharuskan (mandatory) oleh badan yang berwenang.

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Legitimacy theory

Menurut teori ini perusahaan berusaha memastikan bahwa kegiatan operasinya

masih dalam batas-batas ikatan dan norma masyarakat tempat perusahaan bekerja.

Dengan demikian, perusahaan akan melaporkan dengan sukarela aktivitas tertentu yang

dilakukan jika manajemen menganggap aktivitas tersebut menjadi perhatian masyarakat

di sekitarnya. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu beroperasi dengan cara-cara yang

konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Untuk itu, perusahaan perlu

melakukan komunikasi secara tertulis melalui laporan-laporan yang telah disiapkan.

Lindblom (1994) dalam Guthrie (2004) mengemukakan bahwa perusahaan bisa

menggunakan disclosures untuk menunjukkan perhatian manajemen terhadap nilai-nilai

kemasyarakatan (societal values), atau mengalihkan perhatian masyarakat terhadap

dampak negatif yang timbul sebagai akibat kegiatan operasi perusahaan.

Legitimacy theory sangat erat hubungannya dengan pelaporan modal intelektual

dan penggunaan metode content analysis untuk mengukur keluasan pelaporan modal

intelektual. Perusahaan akan melaporkan modal intelektual jika manajemen merasa perlu

melakukannya karena tidak dapat melegitimasi statusnya melalui aktiva berwujud (hard

assets) yang dikenal sebagai suatu simbol keberhasilan perusahaan. Keluasan pelaporan

modal intelektual paling baik diukur dengan menggunakan content analysis. Dengan

demikian, antara legitimacy theory, modal intelektual, dan content analysis saling

berkaitan (intertwined).

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Pengaruh Ukuran (size) Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Modal

Intelektual Perusahaan

Perusahaan besar pada umumnya memiliki tingkat laba yang tinggi. Karena

perusahaan besar memiliki tingkat laba yang tinggi, biasanya mendapat perhatian luas

dari kalangan konsumen, media maupun pemerintah. Karena itu perusahaan akan

memberikan pengungkapan memadai pada item-item yang mempengaruhi ukuran

perusahaan supaya nilai perusahaan meningkat dimata konsumen, media maupun

pemerintah.

Pada umumnya, perusahan yang besar mengungkapkan lebih banyak informasi

dibanding perusahaan yang kecil. Variabel size merupakan variabel yang paling

konsisten berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-

penelitian sebelumnya (Meek, Roberts, dan Gray. 1995).

Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh size terhadap luas

pengungkapan:

a) Perusahaan besar mungkin mempunyai biaya produksi informasi yang lebih

rendah atau mereka mempunyai biaya competitive disadvantage lebih rendah

yang berkaitan dengan pengungkapan mereka. Sehingga, tidak merugikan bagi

perusahaan besar untuk mengungkapkan lebih banyak lagi informasi kepada

masyarakat.

b) Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan lebih mempunyai dasar

kepemilikan yang luas dibanding perusahaan kecil (Cooke, 1989). Oleh karena

itu, perlu pengungkapan yang lebih luas untuk menjelaskan dasar kepemilikan

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tersebut agar masyarakat pengguna informasi laporan keuangan dapat lebih

mengerti dan mengetahui lebih jauh tentang dasar kepemilikan perusahaan.

c) Perusahaan besar lebih mungkin mempunyai beragam produk dan beroperasi di

berbagai wilayah, termasuk di luar negeri. Sehingga, diperlukan pengungkapan

yang lebih luas lagi untuk jenis-jenis informasi seperti itu. Karena jika hanya

melihat ke dalam laporan keuangan saja, informasi-informasi seperti itu tidak

akan dapat terpaparkan.

d) Perusahaan besar lebih mungkin merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi

yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan manajemen yang canggih

sehingga dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas.

e) Pada umumnya perusahaan yang besar memiliki lebih banyak pemegang saham.

Lebih banyak pemegang saham, perusahaan juga memerlukan lebih banyak

pengungkapan karena tuntutan dari para pemegang saham dan analis.

Semua alasan tersebut menunjukan bahwa terdapat kemungkinan perusahaan

besar mempunyai insentif untuk memberikan pengungkapan sukarela, yang di dalam

penelitian ini lebih dikhususkan lagi ke dalam pengungkapan modal intelektual, lebih

luas dibanding perusahaan yang kecil.

37

Anda mungkin juga menyukai