Anda di halaman 1dari 6

KINETIKA REAKSI PIROLISIS PLASTIK

LOW DENSITY POLIETHYLENE (LDPE)

Sumarni1, Ani Purwanti2


1,2
Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
e-mail : ani4wanti@gmail.com

ABSTRACT

The uncatalytic pyrolysis in this research were conducted in a retort by LDPE (Low Density
Polyethylene) as a raw material. This research was focused on studying the kinetic of LDPE pyrolysis
with the simple method approximation, whereas the forward reaction toward liquid product is the main
process. Reaction took place at atmospheric pressure and at temperature between 4000C and 6000C.
When the first distilate came out from the retort at the certain temperature, the evaluated process was
determined. The data were observed by the changed destilate, gas volume, and the residual solid in
the retort after the end of LPDE pyrolysis. The global rate constant of pyrolysis reaction (k0) has the
activation energy of 377.11 kJ/mol and the pre-exponential factor of 2.4 x 10-1 s-1.

Keywords : Kinetics, Low Density Polyethylene (LDPE), Plastic pyrolysis

INTISARI

Proses pirolisis non katalisis pada penelitian ini menggunakan bahan baku berupa plastik
poliethylene jenis LDPE (Low Density Polyethylene) yang berupa lembaran. Penelitian ini dilakukan
untuk mempelajari kinetika reaksi pirolisis LDPE dengan metode pendekatan reaksi yang
disederhanakan di mana reaksi pembentukan cairan sebagai reaksi utama. Reaktor yang digunakan
berupa retort yang dilengkapi dengan termokopel dan regulator untuk menjaga kestabilan suhu
operasi, serta pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan gas hasil pirolisis. Kondisi operasi
berlangsung pada tekanan atmosferis dengan variasi suhu berkisar antara 400oC – 600oC dengan
pengamatan waktu operas yang dilakukan setiap interval waktu 10 menit. Pada suhu yang diinginkan
tercapai, saat hasil distilat pertama kali keluar dianggap sebagai awal proses pirolisis (t = 0). Data
percobaan diperoleh dengan mengambil hasil distilat dan mengamati volume hasil gas setiap interval
waktu tertentu, serta menimbang padatan yang tertinggal dalam retort setelah pirolisis berakhir. Dari
hasil pirolisis lembaran plastik polyethylene LDPE, diperoleh harga energi aktivasi pada konstanta
kecepatan reaksi pirolisis keseluruhan (ko) sebesar 377,11 kJ/mol dan pada persamaan konstanta
kecepatan pembentukan hasil cair (k2) sebesar 663,39 kJ/mol.

Kata kunci: kinetika; Low Density Poliethylene (LDPE); pirolisis plastik

Dewasa ini masalah pencemaran ini telah berkembang beberapa langkah yang
lingkungan mendapat sorotan dari berbagai terkait dengan manajemen pengolahan sampah
aspek, baik pencemaran yang ditimbulkan plastik atau recycling sampah plastik. Beberapa
akibat pembuangan limbah industri maupun contoh proses pengolahan limbah antara lain
limbah rumah tangga baik berupa sampah pembuatan biodegradable plastic, pembakaran,
organik maupun anorganik. Sampah plastik maupun pirolisis. Meskipun pembakaran ini
merupakan salah satu sampah organik yang dapat mengurangi jumlah limbah plastik, namun
diproduksi setiap tahun oleh seluruh dunia. akan menimbulkan masalah baru yaitu emisi
Pada umumnya sampah plastik tersebut yang dihasilkan berupa gas-gas beracun HCl,
memiliki komposisi 46 % polyethylene (HDPE HCN, maupun NOx yang dapat mengganggu
dan LDPE), 16 % polypropylen (PP), 16 % kesehatan. Dalam hal ini pengolahan sampah
polystyrene (PS), 7 % polyvinyl chloride (PVC), plastik secara pirolisis yang menghasilkan
5 % polyethylene terephthalate (PET), 5 % produk berupa cairan, gas, serta padatan
acrylonitrile-butadiene-styrene (ABS), dan 5 % diharapkan mampu menjadi salah satu
polimer-polimer yang lainnya (Vasile. C, 2002). alternatif dalam mengurangi masalah
Sampah plastik ini bersifat nonbiodegradable, pencemaran lingkungan.
sehingga menimbulkan dampak negatif ke Bahan plastik merupakan senyawa
lingkungan karena tidak dapat terurai oleh polimer, yang terbentuk dari molekul-molekul
mikroorganisme. kecil yang disebut monomer. Polyethylene
Untuk mengatasi permasalahan yang terbentuk dari monomer-monomer ethylene
ditimbulkan oleh adanya sampah plastik, saat yang dipolimerisasi dengan mekanisme radikal

Sumarni, Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density Poliethylene (Ldpe) 135
bebas yang biasa digunakan sebagai bahan reaksi pirolisis yang terjadi didekati dengan
pembuatan kantong plastik, botol plastik, atau model yang sederhana yaitu merupakan reaksi
pipa plastik (Fessenden,1982). Secara umum, searah dan berorde satu (Agra, 1985; Susanna,
jenis plastik ini bersifat halus, fleksibel, tahan 1996).
air, mudah dibentuk dan diwarnai, serta Dalam penelitian ini, kinetika reaksi
harganya relatif murah. Rumus kimia pirolisis poliethylene dipelajari denagn metode
polyethylene (-CH2-)n, dengan n sebagai pemilihan mekanisme reaksi yang
derajat polimerisasi. Di pasaran, terdapat dua disederhanakan. Reaksi pirolisis/ dekomposisi
jenis plastik polyethylene, yaitu jenis HDPE polyethylene dianggap reaksi pemotongan
(High Density Polyethylene) dan LDPE (Low rantai polimer secara acak (random).
Density Polyethylene). Polyethylene jenis Polyethylene padat terurai menjadi molekul
HDPE banyak dijumpai sebagai bahan yang lebih kecil, kemudian molekul yang kecil
pengemas untuk botol plastik minuman, ini terurai lagi menjadi lebih kecil lagi. Dalam
sedangkan LDPE digunakan sebagai bahan hal ini digunakan reaksi dengan model yang
baku pembuatan kantong plastik. sederhana, untuk mengukur kecepatan reaksi
Pirolisis merupakan proses peruraian pirolisis polyethylene. Persamaan reaksi
suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya pirolisis yang sederhana ini dituliskan sebagai
udara atau dengan udara terbatas. Dengan berikut :
suhu operasi yang berkisar Dalam penelitian
ini, suhu operasi berkisar antara 400-600 oC b B
k1
dengan bahan baku berupa potongan plastik
LDPE. Berbagai variable yang berpengaruh A k2 c C
dalam proses pirolisis antara lain suhu, waktu, ( PE )
dan kadar air bahan (Agra,1985). Jumlah k3
p P
produk yang dihasilkan berbanding lurus
dengan kenaikan suhu serta lama proses Model tersebut menganggap bahwa satu
berlangsung. Sedangkan padatan atau arang mol poliethylene akan menghasilkan b mol gas
yang tertinggal dalam retort akan semakin b, c mol cairan C, dan p mol padatan P. Model
sedikit dengan adanya kenaikan suhu dan reaksi tersebut menganggap reaksi pirolisis
waktu proses. poliethylene berlangsung searah dan
Pada senyawa polimer yang berupa kecepatan pembentukan gas B, cairan C, dan
dengan berderajat polimerisasi tinggi, pirolisis padatan P, tidak tergantung satu sam lain.
merupakan reaksi dekomposisi pada suhu Kecepatan reaksi pirolisis ini juga dianggap
tinggi mengikuti mekanisme reaksi radikal mengikuti reaksi orde satu terhadap
bebas. Reaksi ini melalui tiga tahap yaitu tahap poliethylene.
permulaan, tahap perambatan, dan tahap Persamaan kecepatan reaksi
penghentian. Pada tahap permulaan akan depolimerisasi ethylene (A) dapat dinyatakan
terjadi pemutusan rantai ikatan yang lemah sebagai berikut
karena adanya kenaikan suhu. Radikal bebas
yang terbentuk pada tahap perambatan akan ⎛n ⎞
terpecah lagi membentuk radikal bebas baru ln⎜⎜ A ⎟⎟ = −(k1 + k 2 + k 3 )t (1)
yang lebih kecil, dan senyawa stabil, dengan ⎝ n Ao ⎠
n A = n Ao exp(− k o t )
reaksi:
(2)
R-CH2-CH2* ⎯ ⎯→ R* + CH2=CH2
Untuk suhu tertentu ethylena telah
Pada pirolisis poliethylene di sini,
berupa senyawa stabil, tetapi R* belum stabil
pengamatan jumlah poliethylene setiap saat
sehingga akan terpecah lagi. Pada tahap
cukup sulit untuk dilakukan, karena reaksi yang
penghentian, radikal-radikal bebas yang ada
berlangsung di dalam retort (tabung silinder
akan mernbentuk senyawa stabil, dengan
yang tertutup yang tidak mungkin dibuka dan
reaksi:
ditutup setiap saat). Di sini analisa hasil
C3H7* + CH3* ⎯ ⎯→ C4H10 dilakukan dengan mengamati jumlah hasil
Secara umum menunjukkan bahwa cairan yang dapat ditampung dan mudah diukur
pirolisis plastik menghasilkan tiga macam, yaitu volumenya atau ditimbang (diketahui beratnya).
gas, cairan, dan padatan. Pirolisis bahan Disamping itu hasil gas juga dapat diamati
polimer berupa bahan padat akan setiap interval waktu tertentu, volume gas
menghasilkan gas, yang kemudian mengembun diketahui dengan mengukur volume cairan
sebagian, serta padatan yang tidak bereaksi yang dipindahkan dari dalam botol penampung
lagi dan tersisa di dalam retort. Untuk yang terlebih dahulu diisi cairan (air). Atas
mempermudah dan menyederhanakan reaksi dasar tersebut, konstanta kecepatan reaksi
depolimerisasi yang sangat kompleks, maka pirolisis dievaluasi dari pengamatan berat total

136 Jurnal Teknologi, Volume. 1 Nomor 2 , Desember 2008, 135 -140


hasil cairan C yang tertampung maupun total kecepatan reaksi keseluruhan (ko). Setelah nilai
volume gas B yang dihasilkan setiap interval ko diketahui, maka nilai xCmaks dan dapat XPmaks
waktu tertentu. Hubungan antara jumlah gas B digunakan untuk mengevaluasi konstanta
maupun cairan C yang terbentuk dapat kecepatan reaksi k1 , k2 , dan k3 . Secara umum
dinyatakan dengan persamaan: harga konstanta kecepatan reaksi sebagai
fungsi suhu dapat dinyatakan dalam
persamaan Arhennius, yaitu
= 1 {1 − exp(−k0t )}
nB k
b.n Ao k 0
(3)
(
k = A exp − E
RT
)
nC k Harga A dan E dapat ditentukan dengan
= 2 {1 − exp(−k 0 t )} (4) cara kuadrat terkecil (least square).
c.n Ao k 0
Bahan dan Metode Penelitian
Diasumsikan bahwa kecepatan Bahan baku penelitian yang digunakan
pembentukan gas B yang disebabkan karena berupa plastik poliethylene, yaitu berupa
terputusnya ikatan cabang, kuantitasnya dapat lembaran kantong plastik tipis bening yang
diperhitungkan bersamaan dengan kecepatan telah dipotong-potong kecil. Rangkaian alat-alat
pembentukan cairan C. Dalam hal ini reaksi yang digunakan dalam penelitian pirolisis dapat
depolimerisasi poliethylene yang menghasilkan dilihat pada gambar 1.
gas B maupun cairan C ke duanya dianggap
reaksi utama dan reaksi pembentukan padatan
dianggap reaksi samping. Pemutusan rantai
polimer diasumsikan secara random, dan 1
hubungan berat molekul rata-rata hasil cair C
maupun gas B hasil pirolisis dengan berat 2
molekul polimer mula-mula adalah : BMA = b.
BMB = c. BMC. Dengan asumsi di atas, dapat
B
3 5
dituliskan persamaan yang menghubungkan 4
antara fraksi gas dan fraksi cairan hasil dengan
jumlah mol LDPE mula-mula:
nB n ⎛ mB mC ⎞ mAo
+ C = ⎜⎜ + ⎟
b.nAo c.nAo ⎝ b.BM B c.BMC ⎟⎠ BM A 6
Keterangan:
(5) 1. Termokopel 8
7
nB n 2. Retort
+ C = xB + xC (6) 3. Elemen Pemanas
b.n Ao c.n Ao 4. Regulator
5. Pendingin
6. Penampung distilat
k1
Dengan menganggap = xB maks dan 7. Botol penampung hasil
k0 yang berisi air
8. Gelas ukur
k2
= xC maks , berdasarkan persamaan (3), (4),
k0 Gambar 1. Rangkaian Alat Penelitian
dan (6) diperoleh persamaan ::
xB + xC = ( xB maks + xC maks ){1 − exp(− k0 .t )} Plastik yang telah dipotong kecil-kecil
ditimbang dengan berat tertentu dimasukkan ke
(7) dalam retort yang ditutup rapat. Suhu operasi
divariasikan antara 400°- 600°C. Produk yang
Mengingat berat gas jauh lebih kecil berupa cairan C ditampung dalam penampung
dibandung padatan, harga xB dapat diabaikan
B

destilat dan setiap interval waktu tertentu


dibanding xC dan total fraksi massa sama diambil untuk ditimbang. Sedangkan hasil
dengan satu, maka persamaan (7) menjadi : padatan tertinggal pada retort dan tidak bisa
diamati setiap saat. Hasil gas B ditampung
xC = (1 − xP maks ){1 − exp(−k0 .t )} (8) dalam botol penampung gas yang berisi air,
sedangkan jumlah air yang keluar dari botol
Dari hasil percobaan diperoleh data penampung gas diukur volumenya dengan
fraksi massa cairan (xC ) sebagai fungsi waktu menggunakan gelas ukur. Pirolisis dihentikan
(t), serta fraksi massa padatan (xPmaks ), jika hasil cairan C sudah tidak menetes lagi.
sehingga dapat dievaluasi harga konstanta

Sumarni, Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density Poliethylene (Ldpe) 137
Setelah benar-benar dingin, retort dibuka dan
padatan yang tertinggal ditimbang. Hasil dan Pembahasan
Analisis hasil yang dilakukan pada Pengaruh Suhu Terhadap Hasil Pirolisis
penelitian ini, yaitu penimbangan hasil cairan 1. Cairan hasil pirolisis
yang diperoleh pada setiap interval waktu Pengaruh suhu terhadap fraksi berat
tertentu dan pengukuran volume gas yang cairan hasil pirolisis disajikan pada gambar 2.
terbentuk, serta pengamatan suhu dan berat Pada proses pirolisis ini, hasil cairan yang
padatan (arang) yang tertinggal dalam retort. diperoleh terlihat pada awal pirolisis keluar
Dengan mengetahui berat bahan baku mula- cukup banyak, selanjutnya berkurang sedikit
mula dan total cairan pada setiap interval waktu demi sedikit dan akhirnya berhenti pada akhir
tertentu, dapat diperoleh data fraksi berat pirolisis. Hasil cairan ditimbang pada setiap
cairan (xc) sebagai fungsi waktu (t). Hasil interval waktu tertentu (10 menit), dapat
penimbangan semua cairan yang diperoleh dinyatakan dalam fraksi berat (xC) yaitu berat
pada akhir pirolisis dapat digunakan untuk total hasil cairan dibagi berat total cairan bahan
menentukan fraksi berat hasil cair maksimum polimer (poliethylene). Dari gambar tersebut
(xcmaks). Dengan menggunakan persamaan (8), terlihat bahwa gambar kurva mengikuti
harga konstanta kecepatan reakis (ko) dapat persamaan ekponensial. Dengan
ditentukan dengan cara membuat grafik memvariasikan suhu operasi menunjukkan
ln(xcmaks-xc) terhadap waktu atau dengan makin tinggi suhu fraksi cairan hasil yang
metode least square. Selanjutnya harga k2 diperoleh pada setiap akhir proses semakin
dapat dihitung dan hubungan k2 yang diperoleh tinggi pula. Kondisi yang relatif baik diperoleh
terhadap suhu dinyatakan dalam persamaan pada pirolisis yang dilakukan pada suhu 550oC.
Arrhenius.
0.9

0.8

0.7

0.6
Fraksi berat hasil

Suhu 400
0.5
Suhu 450
Suhu 500
suhu 550
0.4
Suhu 600

0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu, menit

Gambar 2. Hubungan Waktu Pirolisis dengan Fraksi Berat Cairan C

2. Gas Hasil Pirolisis disajikan Gambar 3. Pada akhir proses setelah


Pada proses pirolisis disamping hasil 40 menit terlihat hasil gas tidak keluar lagi.
cairan, dihasilkan pula gas yang tidak Bentuk kurva yang ditunjukkan pada Gambar 3
terembunkan, pengamatan hasil gas dilakukan terlihat menyerupai kurva cairan hasil pirolisis.
terhadap jumlah total volume gas yang Terlihat semakin tinggi suhu total volume gas
tertampung di dalam botol penampung gas. semakin tinggi.
Hasil pengamatan jumlah gas hasil pirolisis .

138 Jurnal Teknologi, Volume. 1 Nomor 2 , Desember 2008, 135 -140


6000

5000

4000 Suhu 400


Suhu 450
3000
Suhu 500
Suhu 550
2000
Suhu 600

1000

0
0 10 20 30 40 50

Gambar.3. Hubungan Waktu Pirolisis dengan Volume Gas Hasil

3. Padatan Hasil Pirolisis k2 k


Pada akhir proses pirolisis diperoleh dengan xCmaks = dan xPmaks = 3 . Harga
hasil padatan yang berupa arang yang ko ko
tertinggal pada retort, hasil pengamatan berat k1 = k0 - k2 - k3
arang disajikan pada tabel 1. Dari hasil
penimbangan berat padatan setiap akhir proses Jika β = (1 − xP maks ) maka persamaan (8)
pada berbagai suhu operasi, terlihat bahwa
semakin tinggi suhu jumlah padatan semakin menjadi:
kecil. Hal ini menunjukkan bahwa untuk ln(β − xC ) = ln β − kot
menekan jumlah padatan hasil, pirolisis Harga xCmaks didekati dengan fraksi berat hasil
sebaiknya dilakukan pada suhu 600oC. cairan yang diperoleh pada setiap akhir proses
dan harga XPmaks didekati dengan fraksi berat
Tabel 1. Berat padatan hasil pirolisis pada padatan yang tertinggal di dalam retort pada
berbagai suhu setiap akhir proses. Berdasarkan persamaan
Suhu, Fraksi berat padatan, (9), jika digambarkan ln (β − xC ) terhadap
°C xP
waktu (t) menunjukkan kurva berupa garis lurus
400 0,0861 dengan tangensial sebesar ko. Selanjutnya
harga ko, k2, k1,dan k3 disajikan dalam tabel 2
450 0,0659 berikut.
500 0,0575
550 0.0325 Tabel 2. Hasil konstanta kecepatan reaksi
600 0,0225 pirolisis.
Suhu, ko k2 k1 K3
°K l/ menit 1/menit l/ menit 1/menit
Evaluasi Kinetika Reaksi Pirolisis 673 0,0139 0,0058 0,0059 0,0012
Evaluasi konstanta kecepatan reaksi
pirolisis dilakukan dengan menganggap 723 0,0197 0,0106 0,0078 0,0013
mekanisme reaksi pirolisis didekati dengan
model reaksi yang disederhanakan dan 773 0,0210 0,0123 0,0075 0,0012
mengikuti reaksi order satu. Evaluasi konstanta
kecepatan reaksi keseluruhan (ko) didekati 823 0,0312 0,0242 0,0067 0,0003
dengan data hasil cairan C yang diperoleh
pada berbagai waktu, seta padatan yang 873 0,0239 0,0149 0,0085 0,0005
tersisa berdasarkan persamaan yang diperoleh,
seperti ditunjukkan pada persamaan (8) berikut:
xC = (1 − xP maks ){1 − exp(−k0 .t )} Dengan mengasumsikan reaksi
depolimerisasi yang menghasilkan cairan C

Sumarni, Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density Poliethylene (Ldpe) 139
sebagai reaksi utama, sedang reaksi
pembentukan gas maupun padatan sebagai Daftar Pustaka
reaksi samping (dapat diabaikan), diperoleh Agra.I.B., 1985, "Pirolisis Sekam Padi secara
hasil nilai konstanta kecepatan reaksi seperti Sinambung",Karya Penelitian,1,
pada tabel 2. Disini terlihat bahwa nilai Lembaga Penelitian Universitas Gadjah
konstanta kecepatan reaksi ko dan k2 pada Mada, 135-145.
berbagai suhu mempunyai kecenderungan Billmeyer, F.W., 1971," Textbook of Polimer
sama dan mengikuti persamaan Arrhenius. Science", Mc.Graw Hill , pp.361-366
Sedang nilai konstanta kecepatan reaksi Fessenden,R.J., 1982,"Kimia Organik I”,pp. 23 -
pembentukan gas maupun padatan (k1 dan k3) 51
pada berbagai variasi suhu mempunyai nilai Hardjono, 1987, "Diktat Teknologi Minyak
yang lebih rendah dibanding nilai konstanta Bumi", Jurusan Teknik Kimia
kecepatn reaksi pembentukan cairan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
(k2)sebagai reaksi utama Hubungan antara pp. 32-51,
konstanta kecepatan reaksi keseluruhan (ko) Rieber.M., 1982, "International Plastil
maupun reaksi pembentukan hasil cairan (k2) Flammability Hand Book", M Milan
dengan suhu dapat dinyatakan dalam Publishing, New York, pp. 17 - 82,.
persamaan Arhennius berikut. Subagjo, 1985," Bahan Bakar Minyak dari
k0 = 0,2444.exp (-3721,7/RT) menit-1 Stearin", Kumpulan Makalah , Yayasan
k2 = 0,8992.exp (-6547,0/RT) menit-1 Bina Pembangunan , Jakarta, pp. 114 -
127,
Kesimpulan Susanna, 1996, Pirolisis Plastik Polyvinil
Dari percobaan yang telah dilakukan dan hasil Khlorida (PVC), Laporan Penelitian
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Laboratorium Polimer Tinggi, Jurusan
proses pirolisis plastik poliethylene secara Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UGM,
batch akan menghasilkan produk yang optimum Yogyakarta.
pada suhu sekitar 550°C serta berlangsung Vasile, C., Brebu, 2002, “ Solid Waste
secara atmosferis. Produk pirolisis berupa gas Treatment by Pyrolysis Methods”,
maupun cairan sebagai hasil reaksi utama akan Journal of Environmental Protection and
semakin banyak dengan naiknya suhu pirolisis, Ecology, No.1, 230-235.
sedang sisa padatan yang tertinggal dalam William, 1998, ” Recycling Plastic Waste by
retort akan semakin sedikit. Hubungan nilai Pirolysis”, Journal of the Institute Energy,
konstanta kecepatan reaksi keseluruhan (k0) Vol 71, pp. 71
maupun reaksi pembentukan hasil cairan (k2) www.cpcb.nic.in/139-144.pdf “Plastic Waste
dengan suhu dapat dinyatakan dalam Managemen” by Parivesh Central
persamaan Arhennius Pollution Control Board.
k0 = 0,2444.exp (-3721,7/RT) menit-1
k2 = 0,8992.exp (-6547,0/RT) menit-1

Daftar Notasi
A = poliethylene (sampel mula-mula)
B = hasil gas yang tak terembunkan
C = hasil cairan (cairan yang mudah
menguap)
P = hasil padatan
b, c, p = koefisien reaksi
k0 = konstanta kecepatan reaksi
keseluruhan, 1/menit
k2 = konstanta kecepatan reaksi
pembentukan hasil cairan C,
1/menit
R = tetapan gas ideal
T = suhu, K
nA = jumlah mol poliethylene setiap
saat
nB = jumlah mol hasil gas
nC = jumlah mol hasil cairan
t = waktu reaksi

140 Jurnal Teknologi, Volume. 1 Nomor 2 , Desember 2008, 135 -140

Anda mungkin juga menyukai