2 Earning-Management
2 Earning-Management
PENGARUH EARNINGS Abstracts
MANAGEMENT TERHADAP
TINGKAT PENGUNGKAPAN This research examined the relationship
between earnings management (DACC)
LAPORAN KEUANGAN and the corporate disclosure (IP). The
PERUSAHAAN SEKTOR research also examines the influences of
PROPERTY/REAL ESTATE DI Current Industry Relative Performance
(CRP), Debt to Equity Ratio (DER), Net
BURSA EFEK JAKARTA
Profit Margin (NPM), Firm Size (SIZE),
PERIODE 20022006 Current Ratio (CR) and Return
Accumulation (AR) to both variables of
DACC and IP. Data were collected from
130 BEI companies and then analyzed by
using Structural Equation Model (SEM) to
Ni Wayan Eka Adnyani S test the research hypotheses.
Alumni Jurusan Akuntansi The data analysis shows that DER was
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram significantly influencing the earnings
management while SIZE was significantly
influencing the corporate disclosure.
Research also found that there were
Sapto Hendri BS significantly positive relationships
Dosen Tetap Jurusan Akuntansi between the earnings management and
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram the corporate disclosure. This relationship
will imply that earnings management
should increase the value of firm and not
to lead the companies into losses
Keywords:
Earnings Management, Corporate
ISSN: 1858 ‐ 0785 Disclosure (IP), Current Industry Relative
Volume 6, No. 1, Juni 2007 Performance (CRP), Debt to Equity Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM), Firm Size
Pusat Kajian & Pengembangan Akuntansi (PKPA)
(SIZE), Current Ratio (CR), Return
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Accumulation (AR)
Universitas Mataram
Volume 6, No. 1, Juni 2007
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan media komunikasi informasi keuangan kepada pihak‐pihak di
luar perusahaan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Informasi keuangan
sangat diperlukan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Pihak eksternal seperti investor sangat tergantung pada informasi
keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan investasi dana mereka.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas yang
disusun berdasarkan dasar akrual (accrual basis) serta laporan arus kas yang disusun
berdasarkan dasar kas (cash basis). Dasar akrual dalam laporan keuangan dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil dan
memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk
menghasilkan jumlah laba (earnings) yang diinginkan. Namun di sisi lain, penggunaan dasar
akrual ini dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode
akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu
tersebut dikenal dengan sebutan Manajemen Laba atau Earnings Management.
Menurut Gumanti (2000:106), earnings management diduga muncul atau dilakukan oleh
manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu
organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Tetapi,
perlu dicatat disini bahwa earnings management tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk
memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan
karena memang diperkenankan menurut accounting regulations.
Kemungkinan akan dilakukannya earnings management dalam laporan keuangan dapat
dideteksi melalui penggunaan akrual. Jumlah akrual (total accruals) yang tercermin dalam
penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary accrual. Non
discretionary accrual merupakan komponen akrual yang terjadi secara alami seiring dengan
perubahan dari aktivitas perusahaan. Misalnya penjualan secara kredit dalam accrual basic
akan menambah nilai pos penjualan dan meningkatkan Laba Bersih serta meningkatkan selisih
antara Net Income dengan Kas Bersih Operasi. Sedangkan discretionary accruals merupakan
komponen akrual yang berasal dari earnings management yang dilakukan oleh manajer atau
komponen akrual yang berada di bawah kebijakan manajemen. Contohnya dapat dilihat pada
penentuan estimasi Cadangan Kerugian Piutang yang cenderung subjektif menurut pengalaman
manajer, sehingga mempengaruhi besarnya Biaya Penyisihan Piutang pada Laporan Rugi Laba
yang pada akhirnya akan mempengaruhi Laba Bersih.
Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba
yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh
standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang
dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam
menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan, sehingga manajemen
cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba
lebih baik. Adanya asimetri informasi, yaitu suatu keadaan dimana manajer memiliki akses
informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan,
memungkinkan manajemen untuk melakukan earnings management.
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer
sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham). Asimetri informasi muncul
ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang bila dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan
16
Eka dan Sapto : Pengaruh earnings management .................
peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham
perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure)
informasi akuntansi.
Dalam laporan keuangan, manajemen akan melakukan pengungkapan yang seperlunya. Hal
ini dilakukan agar manajemen dapat mempraktekkan earnings management untuk mencapai
tujuan tertentu. Jika manajemen melakukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan
seminimum mungkin, maka kondisi asimetri informasi akan terjadi, sehingga akan memberikan
keleluasaan bagi manajer untuk melakukan earnings management. Dalam hal ini asimetri
informasi merupakan kondisi yang dibutuhkan (necessary condition) untuk dilakukannya
earnings management.
Dalam menganalisis hubungan antara earnings management dengan tingkat pengungkapan
akan dianalisis pula variabel‐variabel yang berpengaruh, baik pada earnings management
maupun tingkat pengungkapan, yaitu Kinerja Masa Kini (CRP), Leverage (DER), ukuran
perusahaan (SIZE), Net Profit Margin (NPM), Current Ratio (CR) dan Akumulasi Return (AR).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji:
1. Pengaruh CRP, DER dan SIZE terhadap earnings management
2. Pengaruh SIZE, NPM, CR dan AR terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
3. Pengaruh earnings management terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
4. Pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan terhadap earnings management.
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Akrual
Menurut Hidayati dan Zulaikha (2003:528), dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual
(Accrual Basis) dan basis kas (Cash Basis). Istilah akrual ini digunakan untuk menentukan
penghasilan (revenue) pada saat diperoleh dan untuk mengakui beban yang sepadan dengan
revenue pada periode yang sama, tanpa memperhatikan waktu penerimaan kas dari
penghasilan yang bersangkutan. Sedang istilah basis kas adalah pengakuan revenue dan beban
atas dasar kas tunai yang diterima. Pengakuan atas dasar kas ini menyimpang dari konsep dasar
akuntansi yaitu matching of cost with revenue (memadankan antara penghasilan dengan beban/
biaya), sehingga konsep pengakuan revenue dan beban atas dasar kas tunai yang diterima tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
Earnings Management
Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001), membagi definisi earnings management menjadi
dua, yaitu:
a) Definisi Sempit
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.
Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer
untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya
earnings.
b) Definisi Luas
Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi)
laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit tempat manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut.
17
Volume 6, No. 1, Juni 2007
Scott (1997) dalam Julia Halim, dkk. (2005:119) membagi cara pemahaman atas earnings
management menjadi dua, yaitu:
1. Opportunistic Earnings Management
Bahwa earnings management dilihat sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan
political cost.
2. Efficient Earnings Management
Bahwa earnings management dilihat dari perspektif efficient contracting, dimana memberi
manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian‐kejadian yang tidak terduga untuk keuntungan pihak‐pihak yang
terlibat dalam kontrak.
Scott (1997) dalam Tiono, dkk. (2004:4), mengemukakan bentuk‐bentuk earnings
management yang dilakukan oleh manajer antara lain:
1. Taking a bath, dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa
dihindari pada periode berjalan, dengan cara mengakui biaya‐biaya pada periode‐periode
yang akan datang dan kerugian periode berjalan.
2. Income minimization, dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi
dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil bisa
berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan
sebagianya. Cara ini mirip dengan taking a bath namun kurang ekstrim.
3. Income maximization, yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar.
Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang
jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk memaksimalkan laba.
4. Income smoothing, merupakan bentuk manajemen laba yang paling sering dilakukan dan
paling populer. Lewat income smoothing, manajer menaikkan atau menurunkan laba untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak
beresiko tinggi.
Perilaku earnings management dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan
Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan earnings
management yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia Halim, dkk.
(2005) adalah:
1. The Bonus Plan Hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih
memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini,
sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai
pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua
istilah, yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba
tertinggi untuk mendapatkan bonus). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus
yang akan dibagikan kepada manajer, sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak
mendapatkan bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung
memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode
berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi, hanya jika laba bersih berada di
antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.
2. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau
laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam
memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor, bahkan perusahaan terancam melanggar
perjanjian hutang.
3. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
18
Eka dan Sapto : Pengaruh earnings management .................
Pada perusahaan yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode
akuntansi yang menangguhkan biaya laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke
periode mendatang, sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik
muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media
dan konsumen.
Teknik untuk merekayasa laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Rahmawati, dkk
(2006:6) dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi
akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi
aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain‐lain.
b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contohnya
dengan merubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke
metode depresiasi garis lurus.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain dengan
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada
periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai
periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur
saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
Teknik umum yang dapat digunakan untuk melakukan earnings management menurut Ketz
(1999) dalam Fawaidah (2006:17) ada dua, yaitu:
a) Meningkatkan Laba (IncomeIncreasing)
Earnings management dapat dilakukan dengan cara frontleading revenue dan backleading
expense yang memanfaatkan prinsip kecocokan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penampakan adanya berbagai masalah, yaitu pertumbuhan perolehan laba.
b) Menurunkan Laba (IncomeDecreasing)
Earnings management dengan menurunkan angka laba dapat terjadi ketika perusahaan
mengalami krisis karena proyek yang bagus memiliki laba yang tinggi dan perusahaan
berusaha untuk menyimpan sebagian dari labanya. Hal ini dapat disebut dengan perataan
laba. Akan tetapi, teknik ini dapat berakibat buruk karena mereka dapat memberikan
persepsi bahwa manajemen telah melaporkan suatu kebenaran.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dechow et.al. (1995:197‐199), terdapat 5 (lima) model
pengukuran discretionary accruals, yaitu:
1. The Healy Model; Healy (1985) menguji earnings management dengan membandingkan
rata‐rata total accruals (dihitung berdasarkan lagged total assets) dengan variabel
partisipasi dari earnings management. Rata‐rata total accruals dari periode perhitungan ini
kemudian menampilkan pengukuran atas nondiscretionary accruals. Model untuk
pengukuran nondiscretionary accruals adalah:
∑ TA t
NDAτ = t
T
Dimana:
NDA = nondiscretionary accruals
TA = total accruals diukur berdasarkan lagged total assets
t = 1, 2, …T merupakan tahun dalam periode perhitungan
τ = tahun yang mengindikasikan periode penelitian (event period)
2. The DeAngelo Model; DeAngelo (1986) menguji earnings management pada suatu model
yang menggunakan periode akhir atas total accruals (dihitung dengan lagged total assets)
sebagai perhitungan atas nondiscretionary accruals. Model DeAngelo untuk non
discretionary accruals adalah:
19
Volume 6, No. 1, Juni 2007
tahunan (annual report) oleh Botosan karena laporan tahunan merupakan satu‐satunya sumber
utama yang penting yang dapat memberikan informasi tentang kondisi suatu perusahaan,
sehingga dapat dijadikan proxy yang baik untuk tingkat pengungkapan yang disediakan
perusahaan.
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Kerangka Konseptual
Dalam melihat hubungan antara earnings management (DACC) dengan indeks tingkat
pengungkapan (IP), sebelumnya perlu memperhatikan pengaruh dari variabel‐variabel terukur
atau variabel terobservasi (observed variables) yang mempengaruhi earnings management yaitu
Kinerja Masa Kini (Current Industry Relative Performance/ CRP), faktor leverage (Debt to Equity
Ratio), ukuran perusahaan (SIZE) dan variabel‐variabel terukur yang mempengaruhi
pengungkapan adalah ukuran perusahaan (SIZE), Net Profit Margin (NPM), Return saham (AR)
dan Current Ratio (CR). Dengan demikian, DACC dan IP merupakan variabel konstruk atau
variabel laten yang dibangun dari variabel‐variabel terukurnya seperti yang dapat dilihat pada
skema berikut:
Gambar 1. Kerangka Konseptual
CRP NPM CR
DACC IP
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual penelitian, dapat ditarik
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 = Variabel Kinerja Masa Kini (CRP), Debt to Equity Ratio (DER), dan Ukuran perusahaan
(SIZE) berpengaruh terhadap earnings management (DACC).
H2 = Variabel Ukuran Perusahaan (SIZE), Net Profit Margin (NPM), Current Ratio (CR) dan
akumulasi Return saham (AR) berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan (IP).
H3 = Terdapat pengaruh antara earnings management pada tingkat pengungkapan laporan
keuangan.
H4 = Terdapat pengaruh antara tingkat pengungkapan laporan keuangan terhadap earnings
management.
METODE PENELITIAN
Teknik Pengambilan Sampel
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu penarikan sampel
dengan pertimbangan tertentu, yang didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian
(Suharyadi, 2004:332).
Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
21
Volume 6, No. 1, Juni 2007
1. Perusahaan bergerak dalam bidang Property/Real Estate, karena perusahaan dalam satu
jenis industri cenderung memiliki karakteristik akrual yang hampir sama.
2. Perusahaan sampel memiliki informasi tanggal publikasi laporan keuangan dan terdaftar di
Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian serta mengeluarkan laporan tahunan (annual
report) yang telah diaudit dan dipublikasikan
3. Perusahaan sampel memiliki Debt to Equity (DER) positif. Alasan penggunaan DER positif
karena jika dilihat dari modalnya yang positif (mendapatkan laba, tidak rugi), perusahaan
mampu untuk menutupi kewajibannya dalam membayar hutang kepada pihak ketiga.
Tabel 1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel
No. Kriteria Jumlah
1. Jumlah perusahaan Property/Real Estate per 31 Desember 2006 38
2. Tidak terdaftar di BEJ selama periode penelitian terhitung dari tahun (1)
2002
3. Memiliki nilai Debt to Equity Ratio (DER) negatif (11)
Jumlah akhir dari sampel penelitian 26
Variabel Penelitian
1. Earnings Management (DACC)
Earnings Management dapat diukur melalui discretionary accruals yang dihitung dengan
cara menselisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretioanry accrual (NDACC). Dalam
menghitung DACC, digunakan model Modified Jones karena dapat mendeteksi earnings
management lebih baik dibandingkan dengan model‐model yang lainnya. Dechow et.al
(1995) dan Julia Halim, dkk. (2005).
2. Tingkat pengungkapan laporan keuangan (IP)
Tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini diukur melalui indeks
pengungkapan (disclosure index) menurut Botosan (1997) yang berpedoman pada
lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Kep. Nomor 06/PM/2000 tentang
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.
3. Kinerja Masa Kini (CRP)
Kinerja Masa Kini atau Current Industry Relative Performance (CRP) dihitung dengan
membagi laba bersih tahun berjalan (t) dengan total aktiva awal tahun berjalan (t1).
4. Debt to Equity Ratio (DEBT)
Merupakan rasio untuk melihat berapa besar kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutangnya dengan modal yang mereka miliki
5. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan (firm size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
dapat ditunjukkan oleh total aktiva.
6. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur seberapa besar keuntungan yang diperoleh atas penjualan yang
dilakukan perusahaan, dengan cara membagi laba bersih dengan penjualan.
7. Current Ratio (CR)
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai hutang lancarnya dengan aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan.
8. Return saham (AR)
Variabel ini diukur dengan nilai akumulasi return saham tahunan yang diukur selama
periode penelitian.
22
Eka dan Sapto : Pengaruh earnings management .................
Prosedur Analisis Data
Model perhitungan dapat dilihat pada rumus Modified Jones, yang merupakan model
persamaan yang lebih baik untuk mendeteksi earnings management daripada model‐model
lainnya. Model modifikasi Jones digunakan untuk memisahkan antara discretionary accruals
dengan nondiscretionary accruals. Earnings management dalam penelitian ini diproksikan
dengan discretionary accruals, yang merupakan selisih antara total accrual dengan non
discretionary accruals. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dechow et.al.
(1995).
Model perhitungannya sebagai berikut:
TACC = NDACC + DACC
Total accruals (TACC) dapat dihitung dengan persamaan:
TACCit ⎛ 1 ⎞ ⎛ ΔREVit − ΔRECit ⎞ ⎛ PPEit ⎞
= α1 ⎜ ⎟ +α2 ⎜ ⎟ +α3 ⎜ ⎟+ε
TAi,t −1 ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ TA ⎟ it
⎝ TAi,t −1 ⎠ ⎝ TAi,t −1 ⎠ ⎝ i,t −1 ⎠
Dimana,
TACC it = (ΔCAt − ΔCLt − ΔCasht + ΔSTDt − Dep t )
Keterangan:
TACC = Total Accruals
ΔCA = Perubahan dalam aktiva lancar (current assets)
ΔCL = Perubahan dalam kewajiban lancar (current liabilities)
ΔCash = Perubahan dalam kas dan setara kas (cash and cash equivalent)
ΔSTD = Perubahan dalam hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
(Short Term Debt)
Dep = Biaya depresiasi dan amortisasi
Dari persamaan regresi tersebut diatas, NDACC terefleksikan oleh kebijakan akrual akibat
perubahan piutang, pendapatan dan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, sehingga NDACC
dapat dihitung dengan memasukkan kembali koefisien koefisien α. Error term (εt) pada
persamaan diatas mencerminkan discretionary accruals (DACC). Sehingga persamaan dapat
diuraikan sebagai berikut:
⎛ 1 ⎞ ⎛ ΔREV it − ΔREC it ⎞ ⎛ PPE it ⎞
NDACC it = α 1 ⎜ ⎟+ α2⎜ ⎟ +α3⎜ ⎟
⎜ TA ⎟ ⎜ TA ⎟ ⎜ TA ⎟
⎝ i , t −1 ⎠ ⎝ i , t −1 ⎠ ⎝ i , t −1 ⎠
Maka,
⎛ TACC it ⎞
DACC it =⎜ ⎟ − NDACC it
⎜ TA ⎟
⎝ i , t −1 ⎠
Dimana,
TACCit = Total Accruals perusahaan i pada periode t.
EBXTit = Earnings Before Extraordinary Items perusahaan i pada periode t.
OCFit = Operating Cash Flow perusahaan i pada periode t.
TAi, t‐1 = Total Aktiva perusahaan i pada periode t1.
ΔREVit = Perubahan Revenue perusahaan i pada periode t.
ΔRECit = Perubahan Receivable perusahaan i pada periode t.
PPEit = Nilai Aktiva Tetap (gross) perusahaan i pada periode t.
23
Volume 6, No. 1, Juni 2007
Indeks pengungkapan yang digunakan berdasarkan atas indeks pengungkapan (disclosure
index) yang dikemukakan oleh Botosan (1997), dimana pengungkapan tersebut dibagi atas 5
(lima) kategori dan akan diberi skor untuk setiap item yang diungkapkan atas kategori tersebut.
Disclosure items dan skor atas item yang diungkapkan oleh Botosan (1997) adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Indeks Pengungkapan
Disclosure Disclosure Score
Categories Items
Background i. Statement of corporate goals or objectives Pengungkapan setiap
Information ii. Barriers to entry are discussed item= 1
iii. Competitives environment
iv. General description of the business Pengungkapan setiap
v. Principle products item disertai data
vi. Principle markets kuantitatif= 2
Summary of i. Return on assets or sufficient to compute return on Pengungkapan atas
Historical assets (i.e., net income, tax rate, interest expenses setiap item= 2
Result and total assets)
ii. Net profit margin or sufficient information to
compute net profit margin (i.e., net income, tax rate,
interest expenses and sales)
iii. Asset turnoveror sufficient information to compute
asset turnover (i.e., sales and total assets)
iv. Return on equity or sufficient information to
compute return on equity (i.e., net income and
stockholders’ equity)
v. Summary of sales and net income for most recent
eight quarters
Key Non i. Number of employees Pengungkapan atas
Financial ii. Everage compensation per employee setiap item= 2
Statistic iii. Order backlog
iv. Percentage of sales in product designed in the last
five years
v. Market share
vi. Units sold
vii. Unit selling price
viii. Growth in units sold
Projected i. Forecasted market share Pengungkapan atas
Information ii. Cash flow forecast setiap item= 2
iii. Capital expenditures and/or R&D expenditure
forecast Pengungkapan setiap
iv. Profit forecast item disertai data
v. Sales forecast kuantitatif= 3
Management i. Change in sales
Discussion and ii. Change in operating income Pengungkapan setiap
Analysis iii. Change in cost of goods sold item= 1
iv. Change in gross profit
v. Change in selling and administrative expenses
vi. Change in interest expense or interest income
vii. Change in net income Pengungkapan setiap
viii. Change in inventory item disertai data
ix. Change in accounts receivable kuantitatif= 2
x. Change in capital expenditures or R&D
xi. Change in market share
(Sumber: Botosan, 1997:332)
24
Eka dan Sapto : Pengaruh earnings management .................
Dalam melakukan perhitungan indeks, rumus yang digunakan oleh Botosan (1997:334)
menjadi acuan dalam penelitian ini. Misalnya: jika jumlah item yang dijadikan pedoman
kelengkapan disclosure berjumlah 75, sedangkan yang dipenuhi oleh perusahaan sampel dalam
laporan tahunannya sebanyak 35, maka indeksnya sebesar 35/75 = 0,47.
Data indeks pengungkapan (IP) dalam penelitian ini adalah bersakala nominal. Oleh
karena itu, data IP perlu diubah menjadi skala ratio sebelum masuk ke dalam model persamaan
dengan melakukan transformasi dengan model logit jika IP sebagai variabel dependen dan
Escore seperti dalam penelitian Botosan (1997) jika IP sebagai varaibel independen.
Secara matematis model transformasi logit (Logit Model) dan Escore dapat diuraikan
dalam persamaan di bawah ini:
Model Transformasi Logit
pi
IP = Ln dimana: pi = probabilistik
(1 − p i )
Model Escore
5
Dscore = ∑ SCORE
i =1
ij
5 Scoreij
Escore j = ∑ max (score ) × 20%
i =1 i
Dimana:
Dscore = item‐item informasi yang diungkapkan
Escore = indeks disclosure
Score = jumlah item‐item disclosure yang dipenuhi
Max(Score) = jumlah semua item yang mungkin dipenuhi
Untuk melakukan pembuktian terhadap hipotesis maka analisis data dalam penelitian ini
mempergunakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) dengan program LISREL.
Dalam Ghozali (2005:3) disebutkan bahwa Model Persamaan Struktural (SEM) adalah teknik
analisis yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks
baik recursive maupun nonrecursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai
keseluruhan model. Program yang paling banyak digunakan adalah LISREL.
Dalam Ghozali (2005:36) dinyatakan bahwa asumsi yang “seharusnya” dipenuhi dalam
LISREL adalah normalitas dan multicollinearity. Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan
penyimpangan normalitas tersebut besar, maka seluruh hasil uji statistik adalah tidak valid
karena perhitungan uji t dan lain sebagainya, dihitung dengan asumsi data normal.
Untuk menguji dilanggar atau tidaknya asumsi normalitas, maka dapat digunakan nilai
statistik z untuk skewness dan kurtosisnya.
skewness kurtosis
Z skewness = Z kurtosis =
6 24
N N
Dimana N = ukuran sampel
Jika nilai Z, baik Zskewness dan/atau Zkurtosis adalah signifikan (< dari 0,05 pada tingkat 5%),
maka dapat dikatakan bahwa distribusi data adalah tidak normal. Sebaliknya, jika nilai Zkurtosis
dan/atau Zskewness tidak signifikan (>dari 0,05 pada tingkat 5%), maka distribusi data adalah
normal. Untuk mengetahui bahwa asumsi normalitas dipenuhi dapat dilihat dari signifikan P‐
Value dengan nilai > 0,05, maka data dapat dikatakan memiliki tingkat normalitas yang sangat
baik.
Asumsi multicollinearity mengharuskan tidak adanya korelasi yang sempurna atau besar
diantara variabel‐variabel independennya. Nilai korelasi antara variabel observed yang tidak
diperbolehkan adalah sebesar 0,9 atau lebih (>0,9).
25
Volume 6, No. 1, Juni 2007
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Nilai rata‐rata (mean) dan standar deviasi masing‐masing variabel disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 3. Statistik Deskriptif
Standar
Variabel N Mean Minimum Maximum
Deviasi
DACC 130 ‐0,404 1,014 ‐3,187 2,379
IP 130 0,083 0,014 0,045 0,121
IP‐LOGIT 130 ‐0,355 0,288 ‐1,148 0,437
CRP 130 0,030 0,059 ‐0,132 0,192
DER 130 1,042 1,118 ‐1,480 4,117
NPM 130 0,432 2,405 ‐6,171 7,035
SIZE 130 13,084 1,857 7,986 18,182
CR 130 5,459 11,911 ‐27,233 38,151
AR 130 0,111 0,305 ‐0,726 0,948
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata‐rata (mean) dari earnings management
adalah negatif yang bernilai ‐0,404. Hal ini mengindikasikan bahwa pada perusahaan sektor
Property/Real Estate pada periode penelitian 2002 hingga 2006, telah terjadi earnings
management dengan menurunkan tingkat laba (incomedecreasing discretionary accruals). Nilai
rata‐rata (mean) dari tingkat pengungkapan (IP) sebesar 0,083 atau sebesar 8,3%. Nilai mean
sebesar 8,3% itu memberikan gambaran bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan
perusahaan sektor Property/Real Estate di Bursa Efek Jakarta selama periode 2002 sampai
2006 rendah.
Pengujian Parameter Hasil Dugaan
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai statistik Zskewness dan
Zkurtosis. Jika nilai Zskewness dan Zkurtosis adalah lebih besar daripada 0,05 (nilai Zskewness dan Zkurtosis ≥
0,05), maka distribusi data adalah normal. Apabila nilai PValue > 0,05 maka data berdistribusi
secara normal.
Dapat dilihat pada bagian Test of Univariate Normality for Continuous Variables dapat
dilihat bahwa nilai Pvalue dari skewness dan kurtosis lebih besar daripada 0,05 dengan rata‐
rata nilainya berada diatas 0,9. Hal ini dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini
memiliki tingkat normalitas yang sangat baik.
Pada standardized solution apabila dilihat dari nilai korelasi antar variabel independen
dapat di simpulkan bahwa tidak ada nilai korelasi antar variabel independen yang melebihi dari
0,9. Jadi, asumsi multicollinearity terpenuhi.
Penilaian model overall ini terkait dengan penilaian goodness of fit yang harus dipenuhi
dalam SEM untuk penilaian fit/tidaknya dari suatu model. Beberapa indikator untuk menilai
model fit dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah, bahwa rata‐rata semua asumsi yang diperlukan
dapat dikatakan memenuhi asumsi fit suatu model, kecuali untuk indikator ECVI dan AIC.
Indikator ECVI dan CVI dikatakan fit apabila nilai modelnya lebih kecil daripada nilai saturated
dan independence‐nya.Walaupun demikian, dengan dipenuhinya beberapa asumsi, maka model
dapat dikatakan fit.
26
Eka dan Sapto : Pengaruh earnings management .................
Tabel 4. Pendugaan Hasil Dengan Goodness of Fit Indices
Indikator CutOff Hasil Keterangan
Chisquare dan Chisquare > 0 P = 0,698 ≥ 0,05 Model fit
probabilitas Probabilitas ≥ 0,05
GFI GFI ≥ 0,9 GFI = 0,994 ≥ 0,9 Model fit
AGFI AGFI ≥ 0,9 AGFI = 0,959 ≥ 0,9 Model fit
PGFI ≥ 0,6 PGFI = 0,138 ≥ 0,6
RMSEA RMSEA ≤ 0,05 RMSEA = 0.00 Model fit
ECVI Kecil ECVI = 0,610 Model kurang fit
ECVI for Saturated = 0,585
Independence ECVI = 2,529
AIC = 82,08
Saturated AIC = 72,000
Independence CVI =
AIC Kecil 342,000 Model kurang fit
NFI = 0,99
CFI = 1,00
RFI = 0,95
NFI NFI ≥ 0,9 Model fit
CFI ≥ 0,9
RFI antara 0‐1
Pada Tabel 5 berikut, dapat dilihat secara ringkas pengaruh variabel observed terhadap
variabel endogen dengan nilai TValue yang didapat dari persamaan diatas dengan batas ±
1,960 (twotailed).
Tabel 5. Hasil Analisis dan Interpretasi Parameter Estimasi Untuk Model SEM
Batas Kesimpulan
No Konstruk Estimate S.E TValue
TValue (α = 5%)
Pada Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
earnings management adalah variabel debt to equity ratio (DER) dengan nilai TValue adalah ‐
2,928 dan variabel IP dengan nilai TValue sebesar +2,242 dimana kedua nilai tersebut lebih
27
Volume 6, No. 1, Juni 2007
besar dari ±1,960. Pada tingkat pengungkapan laporan keuangan (IP), variabel yang signifikan
berpengaruh dan memiliki nilai TValue yaitu +3,163 adalah variabel ukuran perusahaan (SIZE)
dan earnings management dengan TValue sebesar +2,033 dimana kedua nilai ini juga lebih
besar dari +1,960.
Interpretasi Hasil
Berdasarkan atas pengujian parameter hasil dugaan, dapat dijelaskan bahwa pada
pengujian hipotesis pertama (H1), yang menyatakan bahwa variabel Kinerja Masa Kini / CRP,
debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap earnings
management (DACC), didapat bahwa hanya variabel debt to equity ratio (DER) yang
berpengaruh terhadap earnings management. Hal ini sejalan dengan penelitian Julia Halim dkk.
(2005) dan Widyaningdyah (2000) yang menyatakan bahwa variabel DER berpengaruh paling
signifikan terhadap earnings management. Nilai koefisien yang negatif sebesar ‐0,279
mengindikasikan bahwa didukungnya Debt Covenant Hypothesis, yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat hutang perusahaan, maka manajer akan semakin banyak melakukan
earnings management untuk menghindari pelanggaran kontrak hutang dengan pihak ketiga.
Pada pengujian hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa variabel Ukuran
perusahaan (SIZE), Net Profit Margin (NPM), Current Ratio (CR) dan akumulasi return saham
(AR) berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, didapat bahwa hanya
variabel ukuran perusahaan (SIZE) yang paling berpengaruh pada tingkat pengungkapan
laporan keuangan (IP). Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian Gunawan
(2000), Veronica (2003) dan Julia Halim dkk. (2005) yang menyatakan bahwa ukuran suatu
perusahaan (yang diukur dengan Ln Total asset) berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
laporan keuangan. Koefisien yang positif dari SIZE sebesar +0,0454 mengindikasikan bahwa
semakin besar ukuran suatu perusahaan (diukur dengan Ln total assets), maka akan semakin
tinggi pula tingkat pengungkapan yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan oleh
perusahaan. Hal ini mengingat bahwa perusahaan yang besar harus memenuhi public demand
atas pengungkapan yang lebih guna menghindari adanya salah informasi.
Pada pengujian hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa earnings management
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan didapat bahwa terdapat
hubungan yang signifikan dengan nilai TValue sebesar 2,033. Nilai koefisien yang positif
sebesar +0,0502 menunjukkan bahwa semakin banyak manajer melakukan earnings
management, maka kemungkinan manajer mengungkapkan lebih banyak informasi dalam
laporan keuangan semakin tinggi sejalan dengan perspektif efficient contracting (Efficient
Earnings Management). Jika manajer melakukan earnings management untuk tujuan
mengkomunikasikan informasi dan meningkatkan value perusahaan, maka manajer akan
mengkomunikasikan informasi lebih banyak kepada pihak outsider melalui pengungkapan
dalam laporan keuangan. Pengungkapan yang tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Pada pengujian hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan
laporan keuangan berpengaruh terhadap earnings management didapat bahwa terdapat
hubungan signifikansi yang positif dengan nilai koefisien sebesar +14,265. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan, maka akan
mengurangi kesempatan manajer untuk melakukan earnings management. Hal ini juga sejalan
dengan pernyataan pada hipotesis ketiga (H3) dengan perspektif efficient contracting, dimana
manajer dengan melakukan earnings management akan mengkomunikasikan informasi lebih
banyak kepada outsider melalui pengungkapan dalam laporan keuangan, sehingga nantinya
akan meningkatkan nilai perusahaan. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan
membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Glosten and Milgrom (1985) dalam Lobo and Zhou (2001) dalam Julia Halim, dkk.
(2005) mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan
menurunkan asimetri informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan menyebabkan
28
Eka dan Sapto : Pengaruh earnings management .................
29
Volume 6, No. 1, Juni 2007
REFERENSI
Anonim. Indonesian Capital Market Directory 20032006. Jakarta: ECFIN.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Accounting Theory, 4th edition. Terjemahan. Jakarta: Salemba
Empat.
Botosan, Cristine A. 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital. The Accounting
Review, Vol. 72, No. 3. 323‐349.
Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, Amy P. Sweeney. 1995. Detecting Earning
Management. The Accounting Review, Vol. 70, No. 2. 193‐225.
Eligiana Ndasa Ora Pega. 2006. Pengaruh Pengungkapan dan Asimetri Informasi terhadap
Cost of Equity Capital Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Universitas Brawijaya.
Fawaidah, Afiani. 2006. Analisis Manajemen Laba Pada Saat Penawaran Saham Perdana
(IPO) (Kasus Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Universitas Brawijaya.
Fitriany. 2001. Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan
Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. 133‐154.
Ghozali, Imam., Fuad. 2005. Structural Equation Modeling, Teori, Konsep dan Aplikasi Dengan
Program Listrel 8.54. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumanti, Tatang Ary. 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Vol.2 No.2. 104‐115.
Gunawan, Yuniati. 2000. Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi III.
78‐98.
Halim, Julia, Carmel Meiden, Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang
Termasuk Dalam LQ45. Simposium Nasional Akuntansi VIII. 117‐135.
Harahap, Sofyan Syafri. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hidayati, Siti Munfiah, Zulaikha. 2003. Analisis Perilaku Earnings Management: Motivasi
Meminimalisasi Income Tax. Simposium Nasional Akuntansi VI. 526‐536.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Puput Tri Komala. 2000. Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital. Simposium Nasional
Akuntansi III.
Rahmawati, Yacob Suparno, Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap
Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Solimun. 2007. Memahami Metode Kuantitatif Mutakhir Structural Equation Modeling &
Partial Least Square. Program Studi Statistika FMIPA Universitas Brawijaya Malang.
Sunarto. 2003. Corporate Governance dan Kinerja Saham. Fokus Ekonomi.
Tiono, Fransiska, Carmel Meiden, Wiwin Prasetyo. 2004. Manajemen Laba Dalam Initial
Publik Offering (IPO) di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII. 1‐16.
Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas. Simposium
Nasional Akuntansi VIII. 100‐116.
Veronica, Sylvia, Yanivi S. Bachtiar. 2003. Hubungan Antara Manajemen Laba dengan
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. 328‐
349.
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis FaktorFaktor Yang Berpengaruh Terhadap
Earnings Management pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi
Keuangan. November Vol. 3 No. 2. 89‐101.
30