Anda di halaman 1dari 16

PERHITTJNGAII STRIIKTT]R BETON

BERDASARKAN Sl\tI03 .2847 -2002

MATERI I
LATAR BELAKAFiG PERI(EMBANGAFI TATA CARA
PERIIITT]NGAN BETON di INDONESIA' MATERIAL BAJA' dan
BETON, FAKTOR PEMBEBANAN dAN LRFD

I.1. LATAR BELAKAIYG PERI(EMBANGAII PERATURAN BETON


di INDONESIA

Studi tentang beton bertulang dimulai kira-kira pada tahun 1899


dimana penampang beton dengan diagram tegangan dan regangannya
berbentuk parabola dan segitiga (Neville 1983, p. 5-2).Untuk di Indonesia
peraturan-peraturan tentang beton dimulai dengan PBI (Peraturan Beton

Indonesia) 1955 kemudian PBI I97I berlanjut dengan SKSNI (Standar


Nasional Indonesia) T-15-1991-03 direvisi menjadi SNI A3-2847-1992 dan
yang terbaru adalah SNI 03-2847-2002. Di dalam peraturan tersebut terdapat
berbagai macam standar antara lain persyaratan bahan-bahan untuk beton,
persyaratan untuk keawetan beton, ketentuan mengenai kekuatan dan
kemampuanlayan beton.
Secara umum perkembangan Beton di Indonesia sebagai berikut:

{. PBI'1955
* PBI', 1971
{' SKSM T 15 :03 : 1991
{. sM 03 -2847 - 1992
rl' S}{I 03 *2847 :2002
Beton adalah campuran antara Semen Portland atau Semen Hidrolik
laiq agregat halus, agfegat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambaV
additive yang membentuk masa padat serupa batu-batuan yang kuat sekali
menerima tahanan tekan tetapi sangat lemah apabila menerima tahanan tarik.

MATERI I LATARBELAKANG dAN PERJ(EMBANGAN TATA CARA PERHITI.]NGAN I-1


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFI)
PERHITTINGAFI STRTJKTUR BETON
BERDASARKAN SI\[I 03 . 2841 _2042

Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah


dan kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membenfuk adukan menjadi beton. .A.gregat dikategorikan
sebagai agregat halus apabila ukuran butir terbesar kurang dari 5,0 mm dan
dinyatakan sebagai agfegat kasar apabila ukuran butirannya arrtara 5,0 mm
sampai dengan 40,0 mm.
Sedangkan bahan tambah/additive adalah suatu bahan yang berupa
bubukan atau cairan, yang dibubuhkan kedalam campuran beton selama
pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah beberapa sifat selama
proses pengerasan. Bahan tambahan/admixture dikelompokkan menjadi :

1. Air Entraining Agent adalah peningkatan kadar udara pada campuran agar
beton tahan terhadap pembekuan dan pencairan pada daerah salju
2. Water Reducing Agent adalah batran tambah untuk mengurangi jumlah
pemakaian air pada beton atau meningkatkan kelecakan/nilai slump beton

tanpa peningkatan faktor air semen (f'a.s)

3. Retarding Admixture adalah bahan tambah untuk memperlambat proses


pengikatan semen (setting time) dan pengerasan beton
4. Accelerating Admixture adalah bahan tambah untuk mempercepat

perkembangan kekuatan beton pada umur beton muda

5. Superplasticizer adalah bahan tambah untuk membuat beton menjadi lebih


encer dengan kelecakan dan slum beton yang tinggi serta mereduksi f.a.s.

6. Mineral Admixture adalah bahan tambah untuk merubah sifat beton dalam

keadaan plastis berupa bahan padat atau keras

7. Michellineous Admixture adalah bahan tambalt untuk meningkatkan

kelekatan beton, pembentukan gas, pewama, mengurangi permeabilitas,


mencegah korosi dan memperkecil penetrasi

MATERI I LATAR BELAKANG dAN PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN l-2


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAIT{ dan
LR.F'D
PERMTUNGAI\{ STRTIKTT]R BETON
BA,RDASARKAI\ SntI03 -2847 -2402

Sesuai sifatnya beton lemah dalam menerima gaya tarik. Apabila beton

difungsikan untuk menahan gaya tekan dan gaya tarik, maka harus diberi
tulanganatau batang baja berbentuk polos atau ulir/deform, atau pipa untuk
menahan gaya tarik pada komponen struktur yang sering disebut dengan
beton bertulang, yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan sesuai
dengan yang disyaratkan berdasarkan asumsi material bekerja bersama-sama
dalam menahan gay a y ang bekerja.
Untuk diketahui bahwa tulangan-tulangan baja tersebut bukan untuk
mencegah terjadinya retak-retak, tetapi hanya untuk mengurangi terjadinya

retak-retak yang lebih besar sehingga mencegah beton dari kehancuran.

Apabila diperbesar, dapat diidialisasikan sebagai berikut

Gambar 1.1. Perubahan bentuk pada Konsol

La:rn halnya, apabila kita tinjau pada strukfur balok yffig mengalami
lentur, misalnya suatu balok yang diberi pembebanan merata sepanjang balok
dengan ditopang perletakan sendi-sendi, maka akan terjadi defleksillendutan/
lenturan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2. Elemen balok yang melengkung akibat perubahan bentuk

MATERI I LATAR BELAKANG dAN PERI(EMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN I-3


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFI)
PERMTUNGAI\{ STRIIKTTIR BETON
BERDASARKAIY SI\{I 03 . 2847 _2082

I.2. LENDUTANILENTTJRAN PENAMPAI\IG HOMOGEN


Dari gambar 1 .2 diatas, jelas terjadi perpanjangan pada bagian serat
bawah dan terjadi perpendekan pada bagian serat atas yang mengakibatkan
terjadi tegangan tarik pada bagian serat bawah dan terjadi tegangan tekan
pada bagian serat atas. Sedangkan pada daerah yang tidak mengalami
perpanjangan maupun perpendekan disebut daerah netral, yakni berada di
tengah=tengah untuk penampang simetris.

Untuk penampang demikian dapat ditunjukkan hubungan tinggi balok h


dan perubahan bentuk sebagai akibat momen lentur (Gambar 1.3) yang
disebut dengan gambar distribusi Regangan-Tegangan. Di atas sumbu netral
terjadi tegangan tekan (e') yang berarti sama dengan tegangan tekan (o'),
sedangkan dibawah sumbu netral terjadi tegangan tarik (e) berarti menyatakan

terjadi tegangan tarik (o).

Yrh

{E <-.h--+ e 6 6
%h

(a) @ (c) (d)

G ambar I 3. Penam
. p an g dengan d istribusi Regangan -Te gangan

Besamya perpanjangan dan perpendekan serat-serat, tergantung


kemampuan berubah bentuk (kelenturan) bahan dan bergantung pada
Modulus Elastisitas. Bila bahan bersifat elastis linier (kesebandingan) antara
tegangan dan regangan, maka gambar distribusi regangan (gambar 1.3.&) dan
distribusi tegangan juga bersifat linier pula (gambat 1.3.c).

MATERI ILATARBELAKANG dAN PERI(EMBANGAN TATA CARA PERIIITUNGAN


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD
PERHITT'NGAI\I STRIJKTTIR BETON
BERI}ASARKAN SI\[I03 .2847 -2W2

Tegangan-tegangan tarik dapat dipadukan untuk memperoleh gaya

tarik resultan, demikian halnya tegangan-tegangan tekan akan memberikan


gaya tekan resultan. Dalam keadaan lentur murni, syarat keseimbangan dari
kedua gaya harus saling mengimbangi (>H : 0). Agar momen lentur dalam
yang timbul karena Eaya-gaya ini harus s€tma dengan momen lentur luar yang

ditimbulkan oleh beban luar yang bekerja pada balok (XM : 0). Momen
lentur ini sama dengan resultan dari gaya tarik atau gaya tekan dikali dengan
jarak antara kedua resultan. Jarak ini disebut dengan lengan pengungkit dalam
(lengan mamen dalam). Dan lendutan selalu identik dengan kekakuan.

Apabila bentuk defleksi/lendutan pada gambar 1.2 diperbesar, dapat


diidealisasikan sebagai berikut :

Gambar 1.4. Elemen balok yang melengkung

Dari gambar 1.4, anggaplah I adalahpanjang elemen asal yaitu sebelum


terjadi lendutan. Pada saat mengalami lendutan, serat-serat bagian bawah
mengalami perpanjangan Ll, sedang serat bagian atas mengalami

MATERI ILATARBELAKANG dAN PERI(EMBANGAN TATA CARA PERIIITUNGAN I-5


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRT'D
PERHITTJNGAI\T STRT]KTUR BETON
BERDASARKAI\I SN{I03 -2847 _2W2

perpendekan Ll. Serat ditengah-tengah tidak mengalami perubahan. Andaikan


p adalahjari-jari lengkungan sumbu netral sepanjang elemen. Pada umumnya

balok dengan penampang persegi panjang yang letak sumbu netralnya


berimpit dengan garis tengahnya, apabila e adalahjarak dari sumbu netral ke
serat paling luar, maka berdasarkan hukum keseimbangan segi tiga kita
dapatkan:
2-
pl ^t

Aoabila: 2=€ atau


t-E
'ppe
Menurut hukum Hooke :

o : E. e atav t:|, sehingga : *


i
dari bagian lain menyatakan :

M.LM
o--.
- w' maKa -=
P
::.::::
rl/'E'e

sedangkan W. E :I yang disebut momen lembam / momen inersia maka


dapatdituliskan L=
pEJ +
untuk penampang segi empat dengan lebar b dantinggi h, dinyatakan e : % lt,

maka ditunjukkan bahwa dalam keadaan ini W :2.U. ,t.

Jadi I:w..:|. b. h2. % h:*. b. h3.

Berdasarkan mekanika teknik, rumus lendutan 6 untuk ditengah


bentang sebuah balok tertumpu bebas dengan panjang I dan E/ konstan, serta

beban terpusat ditengah bentang adalatr :

M.
6: 12EI12

sedangkan untuk balok dengan beban terbagi rata sepanjang balok, lendutan
ditengah bentang adalah :

MATERI I LATAR BELAKANG dAN PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN r-6


BETON di INDONESIA, MA,TERIAL BAJ,A, den BETON, F',ACTOR PEMBEBAN.{N dan
LRFD
PERHITT}NGAN STRT]KTTTR BETON
BERDASARKAIT SI\IIO3 .2847 _2A02

. 5.M, P
d-_ 48EI

Gambar 1.5. Hubungan linier antara Momen dan Lendutan

Dengan bantuan rumus-rumus diatas, kita dapat menghitung lendutan d dari


balok yang diberi beban dan dapat pula diskemakan terhadap momen
maksimal M E adalah modulus elastisitas linier bahan
(garnbar 1.5). Bila
konstan dan momen lembam / jWa konstan untuk penampang segi empat,
maka sesuai rumus di atas terdapat suatu hubungan linier antaraM dan d.

I.3. PERLETAKAN
Balok yang terlihat pada gambar 1 dibayangkan sebagai kantilever,
yakni sebuah balok dengan satu ujung bebas dan yang lain terjepit dalam
tembok. Bagian yang tedepit penuh pada tembok akan tetap tegak lurus
terhadap bidang tembok, ini merupakan perletakan atau tumpuan yang disebut

ryung terjepit atau tumpuan tetry dan ditunjukkan pada gambat 1.6.a.
Perletakan juga dapat berupa sendi atau pasak (lihat gambar 1.6.b).
sifat dari tumpuan ini adalah dapat berotasi tetapi tidak memungkinkan
perpindahan horisontal maupun vertikal.
Jenis perletakan lain adalah roll (gambar 1.6.c) yang memungkinkan
rotasi dan perpindahan horisontal, akan tetapi perpindahan arah vertikal tidak

MATERI I LATAR BELAKANG dAN PERJ(EMBANGAN TATA CARA PERIIITUNGAN t-7


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA' dan BETON' FA'CTOR PEMBEBAN^A'N dan
LRT'D
PERHITT]NGAN STRUKTUR BETON
BERDASARKAI\I SI\[I03 .2847 _2A02

mungkin. Kedua perletakan terakhir tidak mampu melawan momeno atau


disebut pula dengan tumpuan sederhana.

Agar balok dapat terjepit sempurna, dinding atau strukfur lain yang
menahannya harus membangkitkan gaya dan momen lentur yangberlawanan.

Ketiga jenis perletakan ini adalah perletakan ideal pada struktur


bangunan kuru, beton, baja atau bata jarang ditemukan perletakan roll, sendi
atau ujung terjepit sempurna. Maka kita harus selalu mempertimbangkan
arLggaparL mengenai perilaku, bahwa suatu perletakan berupa ujung terjepit,
sendi atau roll hanya dapat dipenuhi dalam suatu struktur, dan harus selalu
dipertimbangkan.
a) Kantilever/Tegepit

b) Sendi

c) Roll

Gambar 1.6. Perletakan Terjepi, Sendi dan Roll

Agar mendapatkan hasil yang lebih cermat tentang perhitungan


perenaanaan untuk belon bertulang, diagram-diagram momen lentur untuk

suatu struktur "Statis tertentu" dapat ditentukan dengan mudah berdasarkan

mekanika teknik. Untuk struktur yang demikian berlaku tiga persamaan


keseimbangan pada berbagai komponen yaitu jumlah momen, jumlah gaya-
gaya horisontal dan jumlah gaya-gaya vertikal yang bekerja harus sama
dengan nol atau IM: 0, EV: 0, XH: 0.
Yang perlu diperhatikan dari suatu struktur adalah menentukan bentuk
kurva untuk bidang momen yang terjadi serta arah momennya. Garis lenturan

MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERIIITUNGAN


BETON di INDONESIA, MATERHL BAJA, dan BETON, FACTORPEMBEBANAN dan
LRT'I)
PERIIITUNGAI\I STRUKTT'R BETON
BERI}ASARKAAI ${I03 .2847
-2002

kecil pada diagram momen menyatakan arah lenturan balok yang dibebani.
Tegangan tekan akan te{adi pada "daerah cekung" dan tegangan tarik
terjadi
pada "daerah cembung" suatu balok. penempatan tulangan diletakkan pada
bagian cembung yakni padadaerah yang menerima tegangan tarik.

Pada struktur dengan momen lentur yang tidak dapatditentukan dengan

menggunakan tiga persamaan keseimbangan di atas, maka struktur tersebut


dikatakan sebagai struhur statis tak tentu, dimana cara menganalisanya lebih
rumit, walaupun demikian letak tulangan umuflrnya ditentukan dengan
menggambarkan bentuk lendutan (wiltiat Mahr) setelah mengalami
perubahan bentuk.

I.4. MEMBACA GAMBAR TULATIGAII


--T-+-
Contoh:
wll

-.-l---J- I

Keteransan:
___rts Tulangan terletak di atas (teratas) kesatu

wll Tulangan bagian atas yang bawah / kedua


------ Tulangan terletak disebelah atas

Tulangan terletak disebelah bawah


---I--#- Tulangan bagian bawah yangteratas / kedua

# Tulangan terletak di bawah yang bawah / kesatu


2qn Zbatangtulangan dengan diameter 12 mm

+12 -200 Tulangan diarneter 12 run dengan jarak 200 narn

MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN


BETON di rNDoNEsI.a.' M.A'TERTA,L BAJA,, dan BETON, F'ACTORPEMBEBANAN dan
LRFD
PARIIITT]NGAI\I STRUKTUR BETON
BERDASARKAI\I Sl\tI 03 .2847 _2002

r.5. MEMBACA GAMBAR BETON


Dalam hal membaca gambar beton bertulang terlebih dahulu harus
mengerti mengenai kode-kode atau tanda-tanda gambar yang terdapat dalam
rencana gambar bestelg bila tanda gambar sudah dapat dimengerti, kesalahan
yang timbul dalam pelaksanaan akan kecil sekali.

Adapun tanda-tanda gambar tersebut antar lain:


l.----:-:--:---:-:::-::l satok dibawah (plat bernomor)

Penembokan/dinding yang dipikul oleh plat

Penembokan/dinding yang menahan dan terletak di


bawah plat

l
Batas antara duapenulangan dalam

Tiang beton / Kolom di atas plat

m Tiang betonll(olom di atas dan di bawah plat


(Penampang sama atau berlainan)

Lubang padaplat

Legok/Ivlirin g p ada plat

a : nama plat
8 : tebal plat
350 : tinggi plat + 3,0 m dari titik 0

MATERI ILATARBELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN r-10


BETON di INIloNEsI.a, MATERTAL BAJA, dan BETON, FAcToR PEMBEBANAN dan
LRFD
PERSITT]NGAI\I STRTIKTUR BETON
BERDASARKAI{ SI\[I 03 -2847 _2042

I.6. FAKTOR REDI]KSI DAI\[ BEBAIT


Untuk mendapatkan suatu korelasi yang baik yang dapat diterima urtuk
sebuah probabilitas, akan digunakan korelasi distribusi normal. Korelasi
distribusi normal atau kurva gauss dapat ditetapkan untk beban yang bekerja
pada sebuah konstruksi dan kekuatan bahannya (yaitu tegangan hancur/putus

dari bahan), kurva ini merupakan dasar untuk menghitung probabilitas


kenrntuhan teoritis struktur.
Dengan demikian dapat kita tentukan korelasi keamanan antara beban
atau tegangan pada kondisi pemakaian dan pada kondisi keruntuhan.
Korelasi-korelasi ini tergantung pada berbagai ketidakpastian yang dapat
diketegorikan menjadi tiga kelompok :

l. Ketidakpastian akibat beban'beban


Diperhitungkan dengan pengandaian kekakuan bagian-bagian struktur.
Dalam hal ini pengandaian sebagai "sebuah sendi" dan pemakaian
pembulatan (ini adalah bentang teoritis) yang tidak selalu akurat.
Untuk perhitungan realitas suatu struktur tiga dimensi yang dapat

dilakukan sering diskemakan sebagai suatu struktur (portal) bidang,


karenanya realitas perilaku sebuah struktur ruang dapat menyimpang dari

niali yang dihitung.


Beban-beban mudah dipengaruhi oleh lokasi dan besarannya. Berat
struktur sendiri dapat ditentukan dengan menimbang berat struktur yang
telah selesai, tetapi hal demikian tidak akan mungkin. Besar beban hidup
sering tidak dapat ditentukan secara tepat, begitu pula dengan beban angin,
selain tidak hanya ditentukan oleh kekuatan angin, juga bergantung pada
bentuk struktur dan keadaan bangunan$angunan di sekitarnya yaftg dapat
berubah di masa mendatang.

r-11
MATERI ILATARBELAKANG dAN PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN
BETON di INDONESIA,MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTORPEMBEBANAN dan
LRFD
PERMTT]NGAI\i STRT]KTIJR BETON
BERDASARKAN SI\[I 03 -2841 _2082

Bila diusahakan menghitung korelasi keamanan akibat ketidakpastian

beban dapat dilakukan/diperhitungkan dengan memberikan faktor reduksi


beban, berdasarkan SNI dapat diuraikan sebagai berikut :

ITEM SNI Baru'02 SNI Lama '91

Faktor Beban
a. Kombinasi I 1,4 D

b. Kornbinasi 2 l,zD + 1,6 L l,zD + 1,6L


c. Kombinasi 3 1,2D+1,6L+0,8W 0,75 (1,2D+1,6L+1,6W)

d. Kombinasi 4 I,zD+1,3W+0,5L+0,5R
e. Kombinasi 5 l,2D+1,5E+005L 1,05 (D + LR + E)

f. Kombinasi 6 0,9 D + (1,3 W atau 1,5 E) 0,9 (D + E)

g. Kombinasi 7 1,2D+1,6L+l,6lH

2. Ketidakpastian akibat bahan-bahan


Diperhitungkan berdasarkan penyimpangan dalam segi geometris struktur.
Tulangan atas dapat bengkok misalnya, akibat terinjak sebelum atau ketika
beton dituang selama proses pengecoran. Ukuran lantai, balok-balok dan
kolom-kolom dapat berubatr menjadi lebih besar atau mengecil dibanding
dengan gambar dan rencana perhitungan. Nilai kekuatan beton dan baja
yang diperkirakan dalam perhitungan dapat menyimpang dari yang
sebenarnya. Akhir dari kualitas/mutu beton bertulang tergantung pada cata
penimbunan semen, ketelitian perbandingan dalam beraVvolume bahan
yan1 digunakan dalam campuran, benar tidaknya cara pemadatan,

penggetaran yang cermat atau ringkasnya keandalan sesaat pembuatan.

MATERI ILATARBELAKANG dAN PERI(EMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN r-t2


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, F',ACTOR PEMBEBANAN dan
LRF'D
PERHITUNGAFI STRT]KTUR BETON
BERDASARKAII Sf{r03 -2847 -2A02

Bila diusahakan menghitung korelasi keamanan akibat ketidakpastian


bahan terhadap pembebanan dapat dianggap sebagai faktor reduksi
kekuatan, berdasarkan SNI dapat diuraikan sebagai berikut :

ITEM SNI Baru'02 SNI Lama'91

Faktor Reduksi {
a. Lenfur 0.80 0.80

b. Lentur + Aksial Tarik 0.80 0.80

c. Lentur + Aksial Tekan


- Spiral 0.70 0.70

- Begel 0.65 0.65

d. Geser * Torsi 0.75 0.60

3. KetidalEastian dengan keamanan yang dikehendaki


Ketidakpastian terhadap keamanan diperhitungkan menurut Aspek
Ekonomi misalnya, berapa biaya struktur yang tidak layak, berapakatr
besar biaya bangunan baru dibanding denganbiaya perawatan.

Bagaimana perkiraan pengaruh keruntuhan struktur dengan kecelakaan


nyarva manusia terhadap Aspek Matal.

Biaya lain yang terjadi, misalnya akibat kerusakan keruntuhan dalam


istilah lain adalah kehilangan waktu bekerjq tidak menerima gaJi'
kehilangan hak milik dan sebaginya, hal ini juga harus dipertimbangkan
dengan kemungkinan keamanan membangunan yang berarti membangun
menjadi lebih mahal.
Misalnya kebutuhan struktur sebuah "Nuclear station'o atau pabtik gas
akan membutuhkan keamanan yang besar daripada rumah sederhana.

r-13
MATERI I LATAR BELAKANG dAN PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBA'NAN dan
LRFD
PERHITUNGA}I STRUKTUR BETON
BERDASARKAII Sl\tI03 -2847 _20A2

Ketidakpastian ini umunmya disebut dengan probabilitas keruntuhan dan


ditentukan berdasarkan suatu probabilitas indeks B. Nilai keamanan yang
dikehendaki diperhitungkan dalam faktor yang memperkecil atau
memperbesar kerunfuhan normal.

Untuk shrktur dengan daktail dengan konsekwensi standar keruntuhan


(tidak berlaku untuk rumah sementara tanpa penghuni dan nuclear station)
berlaku 0 : 3,5 yang sesuai dengan probabilitas keruntuhan 10-a dalam 30
tahun. Untuk getar struktur dengan konsekwensi standar pada keruntuhan
berlaku 0 : 4,0 yang sesuai dengan probabilitas keruntuhan 10'5 dalam 30
tahun.

I.7. FORMAT KEAMANA}I


Ketidakpastian yang diuraikan pada butir (1.6) point 1 dikaitkan
dengan suatu factor beban. Ketidkpastian pada butir (1.6) point 2 dikaitkan
dengan factor reduksi kekuatan. Ketidakpastian pada butir (1.6) point 3 dapat
mempertinggi atau memperkecil keseluruhan nivo keamanan. Untuk strukf,ur
yang keruntuhannya mengakibatkan bencana dalam segi nyawa manusia dan
kerugian ekonomi, perlu dipertimbangkan memakai suatu nilai factor > 1.

Untuk pondasi bangunan sementara yang tidak dihuni, menggunakan nilai


factor < 1.

Penyeban utama keruntuhan konstruksi banyak disebabkan oleh


kesalahan manusia. Kesalahan tersebut antara lain :

ct. Kelalaian mengikutsertakan beban tertentu waktu menganalisa konstruksi


b. Kesalahan dalam menentukan bentang balok atau pelat
e. Kesalahan yang terjadi akibat kurangnya komunikasi antarajuru gambar
dan perencana konstruksi

MATERJ I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN t-14


BETON di INDONESIA,MATERIAL BAJA, dan BETON, F'ACTORPEMBEBANAN dan
r,nFn
PERIIITUNGAIY STRTIKTUR BETON
BERI}ASARKAN SntI03 .2847 _2W2

d. Menggunakan mutu bala yang tidak sesuai dengan kekuatan tarik yang

lebih rendah dari yang dihitung


e. Bentuk--bentuk kelalaia lain, ketidaktahuan dan ketidaktelitian yang
mungkin terjadi.
Karena probabilitas keruntuhan konstruksi sebenarnya sering

disebabkan oleh kesalahan manusi4 perhitungan teoritis yang sangat ketat


berdasarkan analisa statistic, sebenamya tidak begitu perlu karena

perhitungan yang akurat hanya akan menimbulkan kesan ketelitian yang


semu. Maka nilai factor reduksi diperlukan untuk memberikan keamanan

terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik keruntuhan atau lainnya.

Persyaratan rancangan struktur beton berasumsi bahwa keamanan yang


cukup terpenuhi bila dalam keadaan batas diperhitungkan dengan kondisi

Kuat Rancang Kuat Perlu

Design Strength Required Strength


atav

+R
Dengan;

0' t l.>1
Memperhitungkan Memperhitungkan

Penyimpangan pelaksanaan Kemungkinan beban lebih

Kekuatan Material Penyederh araan analisa struktur

Fabrikasi
Penyederharlc.arL

Variasi tulangan terpasang dan hitungan


dll

M,dTERI I LATAR BELAKANG dAN PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN I-15


BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRF''I)
PERFTT}NGAN{ STRUKTUR BETON
BERTIASARKAnI sI\U 03 -2U7 -2002

Mr: M O

* Mengikuti ACI 2402


Mn: Momen Nominal
Mo: I.M
0 : Faktor Reduksi
)," : Faktor Beban
M = Momen Akibat Beban Kerja
Mo : Momen pada kondisi kekuatan batas
Untuk bahaq ya{tg digunakan dengan merrgambil besaraa :
untuk beton f'": i kuat tekan beton yang disyaratkan

untuk baja :f, : tegangan leleh yang disyaratkan untuk


tulangan non prategang

MATERI I LATAR BELAKANG dAN PERKEMBANGAN TATA CARA PERIIITUNGAN I-16


BETON di INDOI\IESIA, MATERIAL BAJA, dAN BETOITI, F'ACTOR PEMBEBANAN dAN
LRFD

Anda mungkin juga menyukai