Anda di halaman 1dari 15

SOAL

1. Pengaruh tumbuhan terhadap logam berat, kelebihan air, salinitas tinggi, dan
polusi udara terhadap:

a. Fotosintesa

b. Respirasi

c. Terhadap pertumbuhan tanaman

2. Uraikan dengan jelas mekanisme proteksi tanaman terhadap faktor tersebut


dan bagaimana cara mengujinya (parameter).

JAWABAN

Salah satu cabang penting fisiologi lingkungan yang mempelajari cara


tumbuhan dan hewan menanggapi kondisi lingkungan yang sangat menyimpang dari
kondisi optimal bagi organisme tertentu, atau dalam pengertian yang lebih luas, bagi
organisme pada umumnya. Sebagai salah satu bagian dari ekofisiologi, bidang ini
dinamakan fisiologi cekaman. Pemahaman akan hal ini akan membantu kita dalam
memahami apa saja yang membatasi sebaran tumbuhan ( Salisbury, 1992).

Levit (1980) mengemukakan bahwa cekaman biologis adalah segala


perubahan kondisi lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan
pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan ( fungsi normalnya ). Levitt (1980)
membedakan antara penghindaran dan toleransi ( ketahanan) terhadap suatu faktor
pencekam tertentu. Pada penghindaran, organisme memberikan tanggapan dengan
memperlemah akibat faktor pencekam ( tumbuhan di gurun menghindari tanah kering
dengan memanjangkan akarnya tumbuh ke dalam sampai mencapai air tanah).
Sebaliknya, jika tumbuhan mengembangkan toleransi maka tumbuhan itu memang
toleran atau tahan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
Ketika tumbuhan mulai mendapat faktor cekaman, terjadi reaksi tanda bahaya,
saat fungsi yang berkepentingan menyimpang dari biasanya. Kemudian fase
berlangsung tahap resistensi ( atau fase pemulihan ), saat organisme beradaptasi pada
faktor cekaman dan fungsi sering kembali menuju keadaan normal ( tapi mungkin
tidak benar-benar mencapainya). Akhirnya jika faktor cekaman meningkat atau terus
menerus berlangsung dalam waktu lama, mungkin tercapai fase kelelahan, saat fungsi
menyimpang dari normal dan mengakibatkan kematian ( Salisbury, 1992).
Setiap makhluk hidup memerlukan kondisi lingkungan sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangannya dalam kehidupan. Pada kenyataanya, kondisi lingkungan di mana
makhluk hidup berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin
saja masih berada dalam area toleransi makhluk hidup, namun seringkali perubahan
lingkungan menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan kematian pada makhluk
hidup. Hal ini menguatkan bahwa setiap makhluk hidup memiliki faktor pembatas
dan daya toleransi terhadap lingkungan.

Bila kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga makhluk hidup tanggap


secara maksimal terhadap suatu faktor lingkungan maka makhluk hidup itu tidak
tercekam oleh faktor tersebut. Segala perubahan kondisi lingkungan yang
mengakibatkan tanggapan makhluk hidup menjadi lebih rendah dari pada tanggapan
optimum dapat dikatakan sebagai cekaman. Penelitian Seyle tentang respon cekaman
pada hewan sebagaimana dilaporkan oleh Salisbury (1995) menyatakan, bahwa
ketika makhluk hidup mulai mendapatkan faktor cekaman kemungkinan reaksi yang
terjadi terdiri atas empat tahapan, yaitu:

• Tahap I, saat fungsi yang berkepentingan menyimpang dari biasanya maka


terjadi reaksi tanda bahaya.
• Tahap II : saat organisme beradaptasi pada faktor cekaman dan fungsi
seringkali menuju keadaan normal (tapi mungkin tidak benar-benar
mencapainya) maka akan terjadi resistensi atau fase pemulihan.
• Tahap III : jika faktor cekaman meningkat atau terus berlangsung dalam
waktu lama, maka akan terjadi kelelahan.
• Tahap IV : saat fungsi sekali lagi sangat menyimpang dari normal, maka akan
terjadi kematian.

Setiap makhluk hidup dapat saja mengalami faktor cekaman, baik


dilingkungan aslinya maupun di lingkungan barunya. Menurut Salisbury (1995),
tanaman pada lapang paling produktif pun mengalami cekaman. Namun kita dapat
menciptakan lingkungan yang baik bagi tanaman agar hasilnya lebih banyak.
Demikian halnya pada hewan, berbagai upaya intervensi terhadap lingkungan atau
rekayasa genetik dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanannya terhadap
berbagai faktor cekaman.

Pada prinsipnya, setiap tumbuhan memiliki kisaran tertentu terhadap factor


lingkungannya. Prinsip tersebut dinyatakan sebagai Hukum Toleransi Shelford, yang
berbunyi “Setiap organism mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis,
yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organism itu
terhadap kondisi factor lingkungannya” (Dharmawan, 2005). Pada gambar 1, terlihat
bahwa setiap makhluk hidup memiliki range of optimum atau kisaran optimum
terhadap factor lingkungan untuk pertumbuhannya. Kondisi di atas ataupun di bawah
batas kisaran toleransi itu, makhluk hidup akan mengalami stress fisiologis. Pada
kondisi stress fisiologis ini, populasi akan menurun. Apabila kondisi stress ini terus
berlangsung dalam waktu yang lama dan telah mencapai batas toleransi
kelulushidupan, maka organism tersebut akan mati.

Gambar 1. Diagram kisaran toleransi organism terhadap kondisi faktor


lingkungannya

Stres (cekaman) biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak


menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman (Fallah, 2006). Campbell
(2003), mendefinisikan cekaman sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi
pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan.
Menurut Hidayat (2002), pada umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) cekaman biotik, terdiri dari: (a) kompetisi
intra spesies dan antar spesies, (b) infeksi oleh hama dan penyakit, dan (2) cekaman
abiotik berupa: (a) suhu (tinggi dan rendah), (b) air (kelebihan dan kekurangan), (c)
radiasi (ultraviolet, infra merah, dan radiasi mengionisasi), (d) kimiawi (garam, gas,
dan pestisida), (e) angin, dan (f) suara. Menurut Sipayung (2006), kerusakan yang
timbul akibat stres dapat dikelompokkan dalam 3 jenis kerusakan sebagai berikut.

a. Kerusakan stres langsung primer

b. Kerusakan stres tak langsung primer


c. Kerusakan stres sekunder (dapat terjadi juga stres tersier)

Respon Terhadap Kelebihan Air

Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat
penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari
kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan tentang
betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan, yakni air merupakan bagian dari
protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan
(jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Selanjutnya dikatakan bahwa air
merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-
proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan
material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan, melalui dinding sel dan
jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas
bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur
tumbuh-tumbuhan.

1. Pengaruh Terhadap Pertumbuhan


a. Terhadap Pertumbuhan

Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa


langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi
semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman
(Sinaga, 2008). Efek kelebihan air atau banjir yang umum adalah kekurangan
oksigen, sedangkan kekurangan air atau kekeringan akan mengakibatkan dehidrasi
pada tanaman yang berpengaruh terhadap zona sel turgor yang selanjutnya dapat
menghambat pertumbuhan tanaman (Fallah, 2006). Kebutuhan air bagi tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya
dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca.
Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan
udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat
pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah
maupun menghambat laju difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis
dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara,
penyematan N. Genangan menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal
ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah
pada tanaman yang tahan genangan. Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N
dan cekaman kekeringan fisiologis (Staff Lab Ilmu Tanaman, 2008).
b. Terhadap fotosintesis

Adanya kelebihan air dapat mempengaruhi efektifitas fotosintesis. Kelebihan


air dapat menyebabkan tekanan turgor yang terlalu berlebihan pada daun sehingga
kerapatan klorofil menjadi rendah. Rendahnya kerapatan klorofil menyebabkan
fotosintesis yang terjadi juga semakin rendah efektifitasnya.

c. Respirasi

Kelebihan air dapat menghambat proses respirasi pada tumbuhan. Kelebihan


air pada daun dapat menyebabkan stomata menjadi terbuka terus. Kondisi stomata
yang terus-menerus terbuka dapat memberikan pengaruh negatif bagi stomata, yaitu
kelelahan, kerusakan bahkan disfungsi stomata. Rusaknya stomata dapat menjadikan
proses respirasi yang terjadi juga terhambat.

2. Mekanisme proteksi

a. Mengurangi penyerapan air oleh akar.

b. Memperbanyak transpirasi dan evaporasi.

c. Memperbanyak gutasi pada malam hari.

3. Parameter untuk pengujian


Parameter yang dapat digunakan untuk menguji kelebihan air pada tumbuhan
adalah bukaan stomata, tekanan turgor sel, laju gutasi.

Respon Terhadap Salinitas

1. Pengaruh terhadap tumbuhan

a. Terhadap pertumbuhan

Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam


terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi dalam
tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian
tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stres tanaman antara lain ialah NaCl,
NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam air (Sipayung, 2006). Stres akibat
kelebihan Na+ dapat mempengaruhi beberapa proses fisiologi dari mulai
perkecambahan sampai pertumbuhan tanaman (Fallah, 2006).

Menurut Petani Wahid (2006), kemasaman tanah merupakan kendala paling


inherence dalam pengembangan pertanian di lahan sulfat masam. Tanaman tumbuh
normal (sehat) umumnya pada ph 5,5 untuk tanah gambut dan pH 6,5 untuk tanah
mineral karena pada pH <> 50 cm dari permukaan tanah. Pada kebanyakan spesies,
pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas terhadap tumbuhan tanaman tetapi
lebih tergantung pada konsentrasi total garam.

Salinitas tidak ditentukan oleh garam Na Cl saja tetapi oleh berbagai jenis
garam yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman. Dalam konteks ini
tanaman mengalami stres garam bila konsentrasi garam yang berlebih cukup tinggi
sehingga menurunkan potensial air sebesar 0,05 – 0,1 Mpa. Stres garam ini berbeda
dengan stres ion yang tidak begitu menekan potensial air (Lewit, dalam Sipayung,
2006).
Toleransi terhadap salinitas adalah beragam dengan spektrum yang luas
diantara spesies tanaman mulai dari yang peka hingga yang cukup toleran. Follet et
al, (1981 dalam Sipayung, 2006) mengajukan lima tingkat pengaruh salinitas tanah
terhadap tanaman, mulai dari tingkat non-salin hingga tingkat salinitas yang sangat
tinggi, seperti diberikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Tingkat Salinitas terhadap Tanaman

Tingkat Konduktivitas Pengaruh Terhadap Tanaman


Salinitas (mmhos)

Non Salin 0–2 Dapat diabaikan

Rendah 2–4 Tanaman yang peka terganggu

Sedang 4–8 Kebanyakan tanaman terganggu

Tinggi 8 – 16 Tanaman yang toleran belum terganggu

Sangat Tinggi > 16 Hanya beberapa jenis tanaman toleran


yang

dapat tumbuh

Kelebihan NaCl atau garam lain dapat mengancam tumbuhan karena dua
alasan. Pertama, dengan cara menurunkan potensial air larutan tanah, garam dapat
menyebabkan kekurangan air pada tumbuhan meskipun tanah tersebut mengandung
banyak sekali air. Hal ini karena potensial air lingkungan yang lebih negatif
dibandingkan dengan potensial air jaringan akar, sehingga air akan kehilangan air,
bukan menyerapnya. Kedua, pada tanah bergaram, natrium dan ion-ion tertentu
lainnya dapat menjadi racun bagi tumbuhan jika konsentrasinya relative tinggi.
Membran sel akar yang selektif permeabel akan menghambat pengambilan sebagian
besar ion yang berbahaya, akan tetapi hal ini akan memperburuk permasalahan
pengambilan air dari tanah yang kaya akan zat terlarut (Campbell, 2003).

Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang


menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang
tertekan dan perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah
dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal
seperti daun mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena
konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan
tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain
bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah.

Pertumbuhan sel tanaman pada tanah salin memperlihatkan struktur yang


tidak normal. Penyimpangan yang terjadi meliputi kehilangan integritas membran,
kerusakan lamella, kekacauan organel sel, dan akumulasi Kalsium Oksalat dalam
sitoplasma, vakuola, dinding sel dan ruang antar sel. Kerusakan struktur ini akan
mengganggu transportasi air dan mineral hara dalam jaringan tanaman (Maas dan
Nieman, dalam Sipayung, 2006). Banyak tumbuhan dapat berespon terhadap salinitas
tanah yang memadai dengan cara menghasilkan zat terlarut kompatibel, yaitu
senyawa organik yang menjaga potensial air larutan tanah, tanpa menerima garam
dalam jumlah yang dapat menjadi racun. Namun demikian, sebagian besar tanaman
tidak dapat bertahan hidup menghadapi cekaman garam dalam jangka waktu yang
lama kecuali pada tanaman halofit, yaitu tumbuhan yang toleran terhadap garam
dengan adaptasi khusus seperti kelenjar garam, yang memompa garam keluar dari
tubuh melewati epidermis daun (Campbell, 2003).
b. Terhadap fotosintesis

Fotosintesis juga dapat dipengaruhi oleh salinitas. Adanya cekaman


terhadap salinitas atrau kadar garam yang tinggi dapat mengurangi tekanan turgor
sel sehingga pelebaran daun menjadi terhambat. Berkurangnya pelebaran daun
dapat berakibat berkurangnya fotosintesis maupun produktivitas. Adanya
cekaman kadar garam yang tinggi juga dapat mengurangi klorofil pada daun.
Berkurangnya jumlah klorofil pada daun secara langsung dapoat mengurangi
proses fotosintesis pada tumbuhan tersebut.

c. Terhadap respirasi

Salinitas yang tinggi juga berpengaruh terhadap respirasi tumbuhan.


Tingginya kadar garam air yang diserap oleh tumbuhan menyebabkan potensial air
sel berkurang sehingga tekanan turgor dalam sel juga berkurang bahkan hilang.
Berkurangnya atau hilangnya tekanan turgor sel menyebabkan stomata akan
menutup karena tekanan turgor pada kedua sel penyangga stomata juga hilang.
Menutupnya stomata menyebabkan proses respirasi pada tumbuhan juga semakin
berkurang atau bahkan tidak terjadi respirasi.

2. Mekanisme pertahan tumbuhan terhadap salinitas tinggi

a. Kemampuan mengubah siklus C3 menjadi CAM jika kondisi salin (facultative


halophyte).
b. Akumulasi Na+ dan Cl- dalam vakuola.
c. Akumulasi asam amino bebas.
d. Memuntahkan Na+ dan Cl- lewat daun muda.
e. Mengatur nisbah K+/ Na+.
3. Parameter untuk pengujian

Parameter yang dapat digunakan untuk menguji kondisi salinitas adalah lebar
daun, jumlah klorofil, jumlah daun atau tunas, kandungan protein, panjang akar dan
laju respirasi.

Respon Terhadap Logam Berat

1. Pengaruh terhadap tumbuhan

a. Terhadap pertumbuhan

Adanya pencemaran logam berat pada suatu kawasan dapat menurunkan


laju pertumbuhan tumbuhan. Adanya kandungan logam berat yang tinggi pada
tanah dapat mengurangi daya serap akar sehingga nutrisi yang terserap dan sebagai
manakan tumbuhan juga semakin sedikit. Hal ini menyebabkan pasokan energi
untuk pertumbuhan tumbuhan juga semakin berkurang dan menurunkan laju
pertumbuhan tumbuhan.

b. Terhadap fotosintesis

Pencemaran logam berat pada substrat tumbuhan dapat menyebabkan


berkurangnya kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis. Logam berat yang ada
di dalam tanah akan ikut masuk ke jaringan tumbuhan pada saat akar menyerap air.
Logam berat yang terserap akan semakin menumpuk pada lokasi akhir akumulasi
hara, yaitu daun. Pada daun, adanya logam berat akan merusak klorofil sehingga
kemampuannya dalam menyerap cahaya yang digunakan untuk fotosintesis juga
berkurang. Berkurangnya intensitas cahaya yang diserap dapat menyebabkan
menurunnya laju fotosintesis pada tumbuhan tersebut.

c. Terhadap respirasi

Pencemaran logam berat juga berpengaruh pada laju repirasi tumbuhan.


Laju respirasi tumbuhan berkaitan erat dengan stomata sebagai tempat terjadinya
respirasi. Stomata merupakan bagian tumbuhan y6ang berperan sebagai tempat
pertukaran bahan atau material yang ada di udara, termasuk partikulat logam berat.
Penyerapan bahan atau material tersebut tidak terseleksi lagi sehingga semua jenis
bahan material, baik berupa polutan ataupun gas-gas yang diperlukan oleh
tumbuhan dapat dengan bebas masuk ke jaringan tumbuhan. Sala satu proteksi
tumbuhan untuk mengurangi jumlah polutan yang masuk
(logam berat) adalah dengan mengurangi jumlah stomata. Jumlah stomata yang
sedikit dapat menyebabkan proses respirasi yang terjadi juga semakin berkurang,
sehingga laju respirasi pada tumbuhan tersebut juga menurun.

2. Mekanisme proteksi tumbuhan terhadap pencemaran logam berat

a. Eksudasi asam organik dari apeks radikal dan secara internal melalui
pengkhelatan logam berat didalam sel dan disimpan dan
dikomparmentalisasi dalam vakuola sehingga penyerapan unsur hara menjadi
optimal.
b. Menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat
dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut.
c. Penanggulangan (ameliorasi); untuk meminimumkan pengaruh toksin
terdapat empat pendekatan:
d. Lokalisasi (intraseluler atau ekstraseluler); biasanya pada organ akar
e. Ekskresi; secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif
melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun,
f. Dilusi (melemahkan); melalui pengenceran,
g. Inaktivasi secara kimia, mekanisme pembentukan kompleks logam,
sering dijumpai pada tumbuhan, seperti pada tembaga (Cu) yang biasanya
mengalami translokasi pembentukan kelat dengan asam-asam poliamino-
polikarboksilik.
h. Toleransi; tumbuhan mengembangkan sistem metabolik yang dapat
berfungsi pada konsentrasi toksik. Jenis-jenis tumbuhan yang mampu bertahan
terhadap ion-ion toksik memiliki mekanisme berlapis (multilayered). Lazimnya
adaptasi terhadap logam berat melibatkan diferensiasi ekotipe yaitu evolusi
dari genotip-genotip yang beradaptasi.

3. Parameter untuk pengujian

Parameter yang dapat digunakan untuk pengujian pencemaran logam berat


pada tumbuhan adalah jumlah daun, jumlah stomata, jumlah klorofil, laju respirasi,
laju fotosintesis dan kandungan logam berat pada organ tumbuhan.

Respon Terhadap Polusi Udara

1. Pengaruh terhadap tumbuhan

a. Terhadap pertumbuhan

Polusi udara yang terjadi dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan,


antara lain :

1. Adanya polusi udara, terutama SOx, dapat memindahkan zat hara di


daun dan menghalangi pengambilan N. Berkurangnya pasokan N sebagai unsur
hara makro dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
2. Hujan asam juga dapat melarutkan kalsium, potasium dan nutrien lain yang
berada dalam tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya. Tanah yang
kurang subur memiliki kandungan unsur hara yang sedikit sehingga jumlah
nutrien tidak mencukupi bagi pertumbuhan tumbuhan.
b. Terhadap fotosintesis

Polusi udara dapat menyebabkan berbagai penyakit tumbuhan, seperti


klorosis, nekrosis dan bintik hitam pada daun menurunnya kemampuan fotosintesis
pada tumbuhan. Adanya penyakit yang terdepopsisi di daun dapat menghambat
penyerapan cahaya sehingga proses fotosintesi juga terhambat. Klorosis
merupakan menurunnya jumlah klorofil tumbuhan karena adanya polusi udara.
Menurunnya jumlah klorofil dapat menghambat proses fotosintesis.

c. Terhadap respirasi

Adanya polusi udara dapat menyebabkan menutupnya stomata pada daun.


Pada saat stomata berada dalam cekaman polutan yang diserapnya, stomata akn
melakukan pertahan diri dengan cara menutup stomata. Dengan menutupnya
stomata dapat menyebabkan proses respirasi pada tumbuhan menjadi terhambat
atau bahkan terhenti.

2. Mekanisme proteksi terhadap polusi udara

Tumbuhan dapat bertahan terhadap polusi udara dengan mengatur bukaan


stomata atau dengan menutup stomata. Dengan tertutupnya stomata, jumlah polutan
yang masuk dapat ditekan.

3. Parameter untuk pengujian

Parameter yang dapat digunakan untuk menguji pengaruh polusi udara


tehadap tumbuhan meliputi jumlah klorofil, laju fotosintesis, jumlah stomata yang
membeuka, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, luas permukaan daun, berat
kering tanaman, warna daun, warna urat daun, jenis cacat daun yang mungkin timbul,
perluasan luka dan keadaan tepi daun.

Anda mungkin juga menyukai