SL
SL
PENDAHULUAN
Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak
digunakan sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbaharui,
sehingga ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari semakin terbatas.
Dengan ketersediaan minyak bumi yang saat ini semakin terbatas, menyebabkan
perhatian terhadap penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar telah bangkit
memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel
(biodiesel), karena memiliki karakteristik yang serupa dengan bahan bakar mesin
diesel (biodiesel), ternyata masih dijumpai suatu masalah. Masalah yang dihadapi
tersebut terutama disebabkan oleh viskositas minyak nabati yang terlalu tinggi
jika dibandingkan dengan petroleum diesel. Viskositas minyak nabati yang terlalu
tinggi menyebabkan proses penginjeksian dan atomisasi bahan bakar tidak dapat
Selain itu, proses termal (panas) di dalam mesin menyebabkan minyak nabati
yang merupakan suatu senyawa trigliserida akan terurai menjadi gliserin dan asam
lemak. Asam lemak dapat teroksidasi atau terbakar relatif sempurna, tetapi dari
1
gliserin akan menghasilkan pembakaran yang kurang sempurna dan dapat
terpolimerisasi menjadi senyawa plastis yang agak padat. Senyawa ini juga dapat
pompa dan nozzle injector. Nozzle injector merupakan bagian yang menerima
pembakaran.
nabati ke dalam bentuk ester (asam lemak metil ester/ FAME) dari asam lemak
1 : 3 : 1 : 3
di berbagai negara. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengkaji
lebih lanjut mengenai semua hal yang berkaitan dengan produksi biodiesel. Dalam
minyak dengan metanol, jenis-jenis alkohol yang digunakan serta lama waktu
biodiesel terbanyak dari berbagai jenis variasi variabel ini. Dan variasi variabel
produksi biodiesel.
2
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari diangkatnya topik ini adalah untuk mempelajari faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap persentase biodiesel seperti rasio molar minyak
dengan metanol, jenis-jenis alkohol serta serta lama waktu pengadukan dari reaksi
Minyak Kedelai Bekas sebagai Energi Terbarukan dan Prosesnya yang Didaur
3
1.4 Rumusan Masalah
dijabarkan pada bab selanjutnya, yaitu: Apakah biodiesel dapat diproduksi dari
minyak kedelai bekas menjadi bahan bakar pengganti solar dan juga dapat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai
sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama
1. Glycine Max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau). Glycine max merupakan tanaman asli daerah
Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani kedelai yang dapat
diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine Max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman
5
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Asam lemak dalam minyak kedelai2 sebagian besar terdiri dari asam
1
Bie. Makalah Biologi: Tanaman Kedelai.
http://makalahbiologiku.blogspot.com/2010/07/tanaman-kedelai.html. Di akses 24 Maret 2011.
2
Lihat Hossain A. B. M. S., Nasrulhaq Boyce A., Salleh A. and Chandran S. African Journal of
Biotechnology Vol. 9(27), pp. 4233-4240, 5 July, 2010 ISSN 1684–5315 © 2010 Academic
Journals. Biodiesel production from waste soybean oil biomass as renewable energy and
environmental recycled process . Accepted 26 May, 2010. Programme of Biotechnology, Institute
of Biological Sciences, Faculty of Science, University of Malaya, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia.
Page 4234 paragraph 2.
6
4. Asam Arachidonat 1,5%
Asam Lemak Jenuh (15%) Terdiri dari
b. Nilai gizi
c. Kegunaan
pembuatan minyak salad, minyak goreng, (cooking oil) serta untuk segala
keperluan pangan. Lebih dari 50 persen produk pangan dibuat dari minyak
7
Bungkil kedelai mengandung 40-48% persen protein dan merupakan
bahan makanan ternak yang bergizi tinggi, juiga digunakan untuk membuat
lem, plastik, larutan yang berbusa, rabuk dan serat tekstil sintesis3.
2.3 Biodiesel
a. Pengertian Biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari
minyak nabati, baik minyak baru maupun minyak bekas penggorengan dan
pengganti BBM untuk motor diesel4. Biodiesel, lebih tepat disebut FAME
campuran antara 95% solar berbasis fosil hasil kilang minyak tradisional,
3
S. Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press. Hal 261-
262.
4
Erliza Hambali, Siti Mujdalipah, Armansyah Halomoan Tambunan, Abdul Waries Pattiwiri dan
Roy Hendroko. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Hal 8-9.
5
Rama Prihandana, Erliza Hambali, Siti Mujdalipah dan Roy Hendroko. 2007. Meraup Untung
dari Jarak Pagar. Jakarta: Agromedia.
6
Erliza Hambali, Op.cit., hal 9.
7
Rama Prihandana, Op.cit., hal 3.
8
Gan Thay Kong. 2010. Peran Biomassa bagi Energi Terbarukan Pengantar Solusi Pemanasan
Global yang Ramah Lingkungan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal 18.
8
500 ppm; nilai viskositas berada dikisaran 2,3-6,0 mm2/s sementara biosolar
2,0-4,5 mm2/s; cetane number dan titik kabut sama-sama minimal 51 dan
minimal 18°C dan titik nyala biodiesel minimal 100°C sementara biosolar
minimal 55°C9.
jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan
isu global,
(biodegradable),
dapat diperbarui10,
9
Ibid, hal. 20-22.
10
Erliza Hambali, Op.cit., hal 9.
9
7. Emisi yang keluar dari karbon monoksida, hidrokarbon yang tidak
Gambar 2. Produksi Biodiesel dari minyak kedelai bekas. Lapisan bagian bawah
mengindikasikan gliserin dan lapisan bagian atas mengindikasikan Biodiesel
ester.
b. Sumber Bahan Baku Biodiesel
soybean oil (USA), minyak sawit (Asia) dan minyak kelapa (Filipina).
pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat
fisiko-kimia minyak12.
2.4 Alkohol
a. Pengertian Alkohol
rumus ROH. Jika pada karbon yang mengandung gugus karbinol terdapat
12
Erliza Hambali, Op.cit., hal 10-11.
11
satu gugus alkil (-R), maka alkohol itu disebut alkohol primer. Bila terdapat
dua dan tiga gugus alkil masing-masing disebut alkohol sekunder dan
alkohol tersier. Senyawa yang mengandung lebih dari satu gugus –OH pada
atom karbon yang berbeda disebut polialkohol13. Alkohol berasal dari istilah
1) Titik Didih
molekulnya, maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih eter,
oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Bagian hidrokarbon suatu
dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofob ini akan
air15.
13
Syukri S. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB. Hal 699.
14
Mulyono HAM. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal 12.
15
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal
260-261.
12
2.5 Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju/ kecepatan suatu reaksi
dan diperoleh kembali di akhir reaksi; ciri umumnya adalah katalis diperoleh
kembali di akhir reaksi, katalis yang mempercepat laju ke arah hasil juga
katalis yang digunakan hanya sedikit untuk sejumlah besar pereaksi, dan katalis
dibedakan menjadi katalis positif dan katalis negatif; sedangkan berdasar pada
kerjanya, katalis dapat dibedakan sebagai katalis adsorbsi dan katalis kemisorpsi.
Selain itu menurut fasa katalis dan fasa sistem reaksi dikenal katalis homogen dan
katalis heterogen16.
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara memilih tahap reaksi
yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah sehingga kompleks teraktivasi
lebih mudah terbentuk dan reaksi menjadi lebih cepat. Dengan kata lain
penambahan katalis memberikan jalan baru bagi reaksi yang memiliki energi
aktivasi yang lebih rendah, sehingga lebih banyak molekul yang bertumbukan
16
Mulyono HAM, Op.cit., hal 219.
13
Gambar 3. Grafik energi aktivasi suatu reaksi dengan penambahan katalis dan
tanpa penambahan katalis.
2.6 Transesterifikasi
14
Pada prinsipnya, proses pembuatan biodiesel sangat sederhana. Biodiesel
Alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada struktur ester minyak dengan
dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis yang umumnya digunakan.
minyak, sehingga mendekati nilai viskositas solar. Nilai viskositas yang tinggi
bahan bakar mesin dan menyebabkan atomisasi lebih sukar terjadi. Hal ini
nosel.
95% dari bahan baku minyak tumbuhan. Metode transesterifikasi pada dasarnya
15
persen berat terhadap minyak dan 10-20 persen berat metanol terhadap
minyak.
menit.
antara metil ester dan gliserol. Metil ester yang dihasilkan pada tahapan
ini sering disebut sebagai crude biodiesel, karena metil ester yang
4. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ketiga dicuci menggunakan air
biodiesel17.
17
Erliza Hambali, Op.cit., hal 27-28.
16
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Nasrulhaq Boyce A., Salleh A. dan Chandran S. yang terangkum dalam jurnal
renewable energy and environmental recycled process” alat dan bahan yang
digunakan adalah:
a. Alat
1) Kertas saring
2) Gelas ukur
3) Erlenmeyer 250 mL
4) Erlenmeyer 500 mL
5) Batang pengaduk
6) Alumunium foil
7) Hot plat
8) Termometer
9) Water Bath
17
14) Pendingin balik
15) Inkubator
b. Bahan
1) Metanol
2) Etanol
3) Butanol
4) NaOH
5) KOH
6) Na2SO4
a. Minyak Kedelai
18
c. Persiapan Kalium dan Natrium Alkoksida
Volume yang sesuai dari alkohol diukur (25 mL; 50 mL; 75 mL; 100
mL) dan dituangkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL. Katalis dalam wujud
butiran ditimbang 0,5 gram dan dicampur dengan alkohol. Setelah dicampur
kemudian diaduk sekitar 1 jam sampai seluruh katalis larut. Karena alkohol
ini bisa juga mencegah alkoksida dari penyerapan air dari udara.
d. Transesterifikasi
dari satu ester oleh yang lain di suatu proses untuk hidrolisis kecuali satu
alkohol digunakan sebagai ganti air. Ini secara luas digunakan untuk
berikut:
Jika metanol yang digunakan dalam proses ini maka disebut metanolisis.
19
e. Persiapan Biodiesel
terlalu panas di atas suhu 65°C, karena pada temperatur ini alkohol menguap
didiamkan selama semalaman. Terdapat dua daerah fasa larutan: bagian fasa
ester ada di bagian atas dan fasa gliserol ada di bagian bawah yang
yang lebih besar dari fasa biodiesel. Fasa yang lebih besar/ berat akan
tenggelam ke dasar dan fasa yang lebih ringan akan mengapung di atas.
pisah 250 mL. Biodiesel kemudian dimurnikan oleh pencucian dengan air
panas untuk membuang semua residu seperti alkohol yang berlebih, katalis
yang berlebih, sabun dan gliserin. Volume air yang ditambahkan kira-kira
20
30% dari volume biodiesel. Tabung diguncang secara perlahan sampai 1
menit dan letakkan di atas meja untuk membiarkan pemisahan dari lapisan-
21
BAB IV
diperoleh adalah 71,2%. Hasil ini didapatkan pada keadaan reaksi suhu 50°C,
waktu pengadukan 2 jam dengan rasio molar minyak dengan metanol 1:1 dengan
katalis NaOH 0,5 persen berat bahan baku. Gambar 1 menunjukkan persentase
dengan metanol.
yang didapatkan dari butanol< etanol< metanol. Hal ini disebabkan oleh:
22
1. Dari segi struktur kimianya, metanol mempunyai struktur kimia yang
untuk terjadi.
Pada bagian lapisan bawah adalah gliserol dan metil ester pada bagian
esternya.
23
Gambar 4 menunjukkan perbedaan viskositas dari biodiesel yang dihasilkan dari
berbagai variasi variabel mulai dari rasio molar minyak dengan metanol, jenis-
dengan berbagai variasi variabel mulai dari rasio molar minyak dengan metanol,
asam yang tinggi akan menyebabkan pengaruh yang kuat pada karet penyegel dan
24
slang-slang di dalam mesin. Mungkin juga meninggalkan endapan-endapan yang
bisa menyumbat filter bahan bakar atau tekanan dari tetesan bahan bakar. Tingkat
keasaman ini berhubungan dengan dengan daya tahan bahan bakar terhadap
Tabel 3 memperlihatkan multi unsur kimia yang terdapat di dalam biodisel yang
asamnya.
18
Tilani Hamid dan Andi Triyanto. JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.1, Tahun XVII, Maret 2003,
51-59. ISSN 0215-1685. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa “Barco” Dengan Variasi
Volume Metanol. Departemen Teknik Gas dan Petrokimia FTUI Universitas Indonesia, Depok
16424. Hal 58.
25
Tabel 3. Unsur Kimia (ppm) dalam Produksi Biodiesel dari Perbedaan Rasio
Molar Minyak dengan Alkohol
26
BAB IV
A. Kesimpulan
metanol yang lebih sedikit, terutama jumlah metanol yang digunakan lebih
adalah 1:6, yang artinya jika kita menggunakan 100 mL minyak atau lemak
persentase biodiesel yang terbanyak, dan menurut saya hal inilah yang
menyebabkan nama lain biodiesel adalah FAME (Fatty Acid Methyl Ester).
27
B. Saran
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk menghasilkan Bahan Bakar
dibandingkan Bahan Bakar Minyak solar dalam hal Emisi gas NOx yang lebih
28
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Gan Thay Kong. 2010. Peran Biomassa bagi Energi Terbarukan Pengantar
Solusi Pemanasan Global yang Ramah Lingkungan. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Rama Prihandana, Erliza Hambali, Siti Mujdalipah dan Roy Hendroko. 2007.
Meraup Untung dari Jarak Pagar. Jakarta: Agromedia.
S. Keraten. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press.
Tilani Hamid dan Andi Triyanto. JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No.1, Tahun
XVII, Maret 2003, 51-59. ISSN 0215-1685. Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Kelapa “Barco” Dengan Variasi Volume Metanol. Departemen
Teknik Gas dan Petrokimia FTUI Universitas Indonesia, Depok 16424.
29