209000061
Teknik Diplomasi
A. PENDAHULUAN
Artikel ini mengulas mengenai betapa pentingnya pengakuan diplomatik bagi setiap
negara di mana hal inilah yang sangat diperjuangkan oleh Republic of China (ROC)/ Taiwan
untuk bisa mendapatkan pengakuan secara de facto dari dunia internasional. Hal inilah yang
kemudian akan melegitimasi sekaligus menjamin ruang gerak ROC untuk proaktif secara
internasional. Untuk memperoleh pengakuan ini (recognition) tidak jarang
mengenyampingkan rasionalitas sehingga timbul pertanyaan seperti: Mengapa, meskipun
People’s of China (PRC) telah tumbuh sebagai negara yang powerful, negara dunia ketiga
justru tetap secara formal mengakui ROC? Apa sebenarnya yang diperoleh ROC sebagai
feedback atas usahanya yang mahal untuk merawat pengakuan tersebut?
I. Recognition
Meskipun ada banyak indicator mengenai konsep kedaulatan, namun indicator paling
eksplitsit adalah ‘pengakuan diplomatik’. Dalam hal ini ROC sebenarnya kurang kokoh
karena hanya tidak sampai seperempat negara di dunia yang mengakui kedaulatannya.
Kekurangan akan legitimasi eksternal ini memberikan rasa ketidakamanan terhadap posisi
ROC di mana Beijing mengklaim bahwa ROC hanyalah sebuah provinsi yang berupa pulau
terpisah dari daratan induk.
Beberapa negara pada awalnya tidak memiliki hubungan dengan kedua pihak sampai
pada tahun 1949, di mana ada sekitar enam belas negara yang mengakui eksistensi PRC,
termasuk Inggris terkait kepentingannya akan Hong Kong. Sementara, hanya tiga puluh tujuh
negara yang secara formal mengakui ROC, dan dari semua itu, hanya tujuh negara yang
mempunyai misi-misi permanen di Taiwan. Setelah Amerika Serikat secara resmi mengakui
PRC pada tahun 1979, banyak negara yang mengikuti dan meninggalkan hanya beberapa
negara yang menjaga hubungan resmi dengan ROC.
III. Checkbook Diplomacy
Kepentingan ekonomi sejak dahulu telah memainkan peran yang cukup penting dalam
memperoleh pengakuan di mana di dalam pengakuan itu terdapat proses interaksi dan
mengurangi biaya informasi dari perdagangan. Dalam kasus ROC-PRC ini, bagaimanapun
juga peranan ekonomi muncul sebagai sesuatu yang eksplisit sejak tahun 1961, ROC baik
secara eksplisit ataupun implicit menghubungkan antara paket bantuan terhadap pengakuan.
Taiwan disinyalir merupakan donor tunggal dan terbesar bagi Haiti, Grenada, St. Kitts dan
Nevis, dan St. Vincent dan Grenadines.
Pengakuan universal melalui pemerintahan negara lain bisa dipandang sebagai norma
internasional, dengan kesetaraan kedaulatan berdiri sebuah prinsip dasar hubungan
internasional. Kesetaraan kedaulatan dianggap sebagai konsep normatif yang bisa memiliki
status ontologi di dalam legalitas struktur dan sistem internasional. Sewaktu kedaulatan
sebuah negara secara informal telah diakui oleh sebagian besar pemerintahan maka
pemerintahan lainnya juga pasti akan ikut memberikan pengakuan.
Memang saat tensi perang dingin cukup memperkuat hubungan dengan ROC, namun
setelah perang dingin berakhir, hal ini juga mulai menghapusnkan motivasi ideology untuk
terus mendukung ROC. Misalnya saja, Indonesia pada tahun 1991 kembali menjalin
hubungan diplomatic dengan Beijing setelah 25 tahun tidak memiliki tensi hubungan
diplomatik, Arab Saudi juga memulai hubungan pada tahun 1992. Singapura juga secara
cultural mengakui PRC dikarenakan populasinya yang mayoritas merupakan etnis Cina.
Sementara ROC terus menerus mengupayakan persaingan demi mempertahankan
kedaulatannya, PRC juga selalu memandang setiap pergerakan sebagai ancaman. PRC akan
selalu menganggap setiap gerak-gerik Taiwan sebagai upaya untuk membangkang dan
membebaskan diri dari kedaulatan PRC di mana PRC tidak akan pernah memberikan
legitimasi kepada ROC yang secara terang-terangan menentang program one China policy.
C. KESIMPULAN
Paket bantuan juga mempunyai nilai diplomatik yang terbatas dalam situasi ini di
mana negara-negara penerima bantuan dai ROC dan PRC dapat selalu membuat permintaan
yang lebih dan lebih tinggi lagi. Negara-negara powerless ini seperti memanfaatkan
kerenggangan hubungan antara ROC dan PRC untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Mereka akan memberikan pengakuan ke pihak yang memberikan supply lebih banyak dan
lebih signifikan bagi kepentingan nasional negara mereka sendiri.
Dapat disimpulkan dari analisa yang dilakukan terhadap kasus ROC dan PRC ini
bahwa “in diplomacy, you can’t buy friends, you can only rent them”. Meskipun
mendapatkan pengakuan melalui cara ini kurang memberikan pengaruh jangka panjang,
namun ternyata cara ini masih menjadi jalan utama yang ditempuh untuk memperoleh
pengakuan. PRC sendiri masih menggunakan checkbook diplomacy ini sebagai jalan yang
bisa ditempuh untuk semakin mengisolasi posisi ROC. Sama halnya dengan ROC yang
menggunakan teknik diplomasi seperti ini untuk melindungi eksistensinya. Disaat ROC telah
membuat kemajuan yang substansial dalam memajukan hubungan tidak resminya, yang mana
akan jauh lebih krusial bagi keamanan jangka panjang ROC, kelajutan fokus terhadap
hubungan resmi dengan ekonomi yang memakan biaya tinggi di beberapa kasus justru kontra
produktif bagi ROC.