A. PENDAHULUAN
X/3
sebaliknya kawasan perdesaan memerlukan pelayanan prasarana
dan sarana dari perkotaan. Kawasan perkotaan merupakan sumber
modal, informasi, pengetahuan dan teknologi yang dapat
meningkatkan kualitas hidup dan tingkat produktivitas di kawasan
perdesaan. Meningkatnya kualitas kehidupan di perkotaan harus
mampu ikut meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di
perdesaan.
X/4
menghadapi perubahan dinamis tersebut, dan diselenggarakan
dalam sebuah sistem tata ruang yang mantap.
X/5
karena itu, kemampuan organisasi pengelolaan kota diupayakan
untuk ditingkatkan secara terus menerus.
X/6
adalah pada penyediaan prasarana dan sarana dasar perdesaan yang
bertumpu kepada konsep dari masyarakat, oleh masyarakat, dan
untuk masyarakat. Pada desa-desa yang potensial berkembang
dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
diversifikasi kegiatan ekonomi serta pembukaan jaringan trans-
portasi untuk meningkatkan aksesibilitas. Upaya untuk mengem-
bangkan desa-desa tertinggal dilakukan melalui sebuah program
khusus yaitu Inpres Desa Tertinggal (IDT).
X/7
berpenghasilan rendah. Upaya pemenuhan kebutuhan dasar tersebut
dalam Repelita VI dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan
kualitas hunian dan lingkungan permukiman, pemberian pelayanan
kebutuhan prasarana dasar (air bersih, persampahan, drainase, dan
air limbah), dan program-program perintisan di bidang perumahan,
yaitu pembangunan rumah sederhana (RS), rumah sangat sederhana
(RSS) dan rumah inti, perbaikan kampung, dan pemugaran
perumahan desa, yang kesemuanya bertujuan mendorong
peningkatan produktivitas penduduk di perkotaan maupun di
perdesaan.
X/8
antara lain melalui pelaksanaan program nasional makanan
tambahan anak sekolah (PMT-AS), peningkatan pelayanan
prasarana dan sarana di perdesaan terutama pada desa-desa
tertinggal yang dikembangkan dengan bertumpu pada peranserta
masyarakat serta penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan
melalui kegiatan-kegiatan IDT.
X/9
perkotaan dan perdesaan; tercapainya keseimbangan pertumbuhan
pembangunan antarwilayah, kawasan, desa dan kota; serta
mantapnya lembaga perekonomian di perkotaan dan perdesaan
dalam menciptakan struktur perekonomian yang lebih kuat. Sasaran
lainnya adalah meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan; meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat termasuk semakin berkurangnya jumlah penduduk
miskin baik di perkotaan maupun di perdesaan; serta meningkatnya
mutu lingkungan hidup di kawasan perkotaan dan perdesaan
sehingga mendukung pembangunan berkelanjutan.
X/10
a. Pembangunan Perkotaan
X/11
b) pembangunan prasarana dan sarana kota, c) pengembangan
ekonomi perkotaan; d) peningkatan pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan; e) peningkatan peranserta masyarakat; f) pemantapan
keuangan perkotaan; g) pemantapan kelembagaan pemerintahan
kota; dan h) penataan ruang, pertanahan, dan lingkungan perkotaan.
b. Pembangunan Perdesaan
X/12
2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Sampai Dengan
Tahun Keempat Repelita VI
a. Pembangunan Perkotaan
X/13
dijabarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), (b)
penataan kota untuk kota besar yang mempunyai fungsi menunjang
kegiatan ekonomi nasional/wilayah (c) penataan kota menengah serta
kota di sekitar kawasan cepat berkembang yang berfungsi sebagai
kota penyangga, dan (d) pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana
dasar bagi masyarakat yang bertempat tinggal di kota yang terletak
di luar kawasan cepat berkembang.
X/14
kota strategis ini diupayakan untuk ditingkatkan dan dimantapkan
peran dan fungsinya. Dari jumlah tersebut terdapat kota-kota di
sejumlah 13 kawasan andalan di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
yang diprioritaskan pengembangannya dengan pendekatan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Selanjutnya,
akan ditingkatkan pengembangan kota-kota kecil dan kota-kota
menengah dalam sistem kota-kota dalam kawasan andalan serta
peningkatan keterkaitan kota dan desa serta kawasan (rural-urban
linkages) yang didukung oleh peningkatan pelayanan prasarana dan
sarananya.
X/15
Prasarana Kota Terpadu (P3KT) atau Integrated Urban
infrastructures development program (IUIDP). Penekanan program
ini adalah pada peningkatan kemampuan pemerintah daerah dalam
pengelolaan urusan-urusan yang menjadi tanggungjawabnya secara
otonom dalam pembangunan prasarana. Pemerintah pusat berperan
memberikan pembinaan teknis sedangkan perencanaan dan
implementasinya merupakan tugas dan wewenang pemerintah
daerah.
X/16
Keseluruhan sub-sub program ini dikoordinasikan dalam
bentuk kegiatan/paket-paket proyek pembangunan perkotaan atau
Urban Development Program (UDP) yang sebagian besar dibiayai
dari bantuan luar negeri.
X/ 17
keempat pelaksanaan Repelita VI (1997/98) paket UDP telah
mencakup 27 propinsi yang meliputi 223 Dati II dan 326 kota.
X/18
Dari segi kebijaksanaan pemberdayaan pemerintah daerah,
sejak tahun 1996/97 telah dikembangkan dalam Inpres Dati II,
komponen Bantuan Prasarana Dasar Perumahan dan Permukiman
(Inpres BPDP) dimana pemerintah daerah tingkat II menjadi
pengelola utama kegiatan tersebut.
X/19
menengah, kecil, dan tradisional termasuk koperasi melalui
pendekatan kemitraan, (d) perluasan kesempatan kerja terutama bagi
tenaga kerja setempat.
X/20
pengangguran di perkotaan. Disektor konstruksi, perumahan dan
permukiman, banyak pekerja kasar dan buruh akan menganggur
akibat adanya pemutusan hubungan kerja. Ditambah lagi dengan
pengangguran dari sektor industri untuk pekerja pabrik dan industri
lainnya. Untuk menanggulangi masalah pengangguran di perkotaan
antara lain akan diarahkan komponen pekerjaan fisik di hampir
semua paket UDP menjadi paket-paket pemeliharaan dan perbaikan
kecil pada prasarana dan sarana perkotaan yang dapat dikerjakan
secara padat karya dan menggunakan peralatan sederhana yang
dapat diproduksi setempat. Pelaksanaan paket padat karya di
perkotaan ini dilakukan pada seluruh propinsi dan khususnya pada
sekitar 131 daerah tingkat II yang terkait dalam UDP tersebut.
Penanganan paket padat karya ini pada dasarnya dititik beratkan
untuk mengatasi pengangguran pekerja konstruksi dan buruh kasar
pada sisa tahun anggaran 1997/98, yang dilanjutkan pada tahun
anggaran 1998/99 dengan diperluas pada para buruh dan pekerja
industri, pabrik terutama buruh-buruh /pekerja wanita.
X/2I
dalam maupun di luar negeri (D3, S1, S2 dan S3). Kerjasama
dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri antara lain
dengan Amerika Serikat, Belanda, Perancis, Australia, dan Inggris
untuk pengelolaan dan pembangunan perkotaan telah menghasilkan
tenaga-tenaga terdidik yang mempunyai jenjang pendidikan di atas.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI hampir sekitar 1.500
tenaga telah dididik dalam berbagai jenjang pendidikan di lembaga-
lembaga pendidikan di dalam dan di luar negeri.
X/22
penggunaan sumber daya air yang lebih efisien dan berkelanjutan
dilaksanakan khususnya di kota-kota besar antara lain melalui
Gerakan Sadar Lingkungan (Darling), Gerakan Hemat Air dan
melalui diseminasi berbagai informasi. Sementara itu, penyuluhan
kepada masyarakat yang dikaitkan dengan kesadaran hukum
dilaksanakan dalam kerangka pelaksanaan Gerakan Masyarakat
Sadar Hukum (Kadarkum).
X/23
kemitraan dalam pengelolaan persampahan dan 8 kota untuk
penanganan air limbah. Jakarta dan Medan telah mengembangkan
kerjasama kemitraan dengan swasta dalam pengelolaan pelayanan
air bersih sementara itu Surabaya, Tangerang, Malang dan kota-
kota lainnya sedang dalam proses.
X/24
Proyek-proyek percontohan pengembangan kawasan yang
bertumpu pada masyarakat (community based area development)
telah dikembangkan antara lain di Yogyakarta, Pontianak, Ujung
Pandang, Medan, dan Bandung, yang didukung oleh berbagai
lembaga multilateral dan bilateral.
X/25
RETIPATDA ini diterapkan terutama di kota-kota yang terlibat
dalam pelaksanaan program pembangunan prasarana kota terpadu
(P3KT). Pemerintah Daerah Tingkat II bertanggungjawab dalam
penyusunan RETIPATDA ini. Pada akhir Repelita V (1993/94)
telah disusun RETIPATDA untuk 63 Dati II.
X/26
Dalam tahun kelima Repelita VI, direncanakan untuk
melanjutkan peningkatan kemampuan aparat daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan RETIPATDA dengan mengembang-
kan alternatif sumber-sumber pendanaan baru yang dapat
diupayakan daerah antara lain dari masyarakat termasuk dunia
usaha.
X/27
awal sampai dengan tahun keempat Repelita VI, penyusunan
LIDAP telah mencapai 167 Dati II termasuk di dalamnya kota-kota
di wilayah Kawasan Timur Indonesia, Surabaya, Semarang-
Surakarta, wilayah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan di
wilayah Sulawesi, Jabotabek, serta Bali.
X/28
Penghargaan ADIPURA diberikan untuk meningkatkan
peranserta masyarakat dalam memelihara kebersihan dan
keindahan kawasan perkotaan yang didukung oleh ketertiban dan
kedisiplinan masyarakat. Dari awal Repelita VI sampai dengan
tahun keempat, penghargaan ADIPURA telah diberikan kepada 264
kota.
b. Pembangunan Desa
X/29
berorientasi pasar; dan e) penyuluhan bagi masyarakat perdesaan
dalam rangka peningkatan keserasian lingkungan hidup di desa.
Dalam program ini, perhatian khusus diberikan kepada anak usia
didik dan remaja serta pemuda putus sekolah, terutama di desa-desa
tertinggal.
X/30
Kegiatan pengembangan ketrampilan masyarakat perdesaan
untuk menyiapkannya agar mampu memasuki pasaran kerja
dilaksanakan dengan upaya pelatihan dan magang di bidang
produksi, pengolahan, pemasaran barang dan jasa yang didukung
oleh pengembangan sektor-sektor terkait, terutama dengan
pertanian, kehutanan, pertambangan, industri kecil, perdagangan
dan pariwisata.
X/31
pembangunan perumahan dan permukiman yang terdiri dari para
santri, pramuka dan para pemuda. Disamping itu, dikembangkan
pula kader pembangunan desa (KPD) di seluruh desa, serta kader
konservasi alam dan kelompok pelestari sumber daya alam
(KPSDA) di beberapa desa yang berfungsi sebagai penggerak,
pembina, dan pembimbing masyarakat dalam menumbuhkan dan
mengembangkan prakarsa dan keswadayaan masyarakat desa.
X/32
Peningkatan kesehatan ibu hamil dan anak balita di perdesaan
dilaksanakan antara lain melalui upaya penanggulangan masalah
anemia gizi besi (AGB) dengan cara pemberian tablet besi bagi ibu
hamil resiko tinggi di desa-desa tertinggal, pemberian suplementasi
zat besi pada balita, pemberian vitamin A dosis tinggi kepada anak
balita dua kali setahun serta penyuluhan gizi pada ibu hamil, serta
upaya-upaya pendukung lainnya.
X/33
3) Program Peningkatan Teknologi Perdesaan
X/34
4) Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat
X/35
Peningkatan peranserta masyarakat di perdesaan didukung
pula dengan semakin mantapnya kelembagaan masyarakat
perdesaan, antara lain LKMD, KUD, PKK, dan juga kelompok-
kelompok masyarakat lainnya, seperti : pesantren, kelompok
agama, kelompok remaja, kelompok petani dan pemakai air,
Karang Taruna dan sebagainya.
X/36
pembangunan dan peningkatan sarana lingkungan permukiman
perdesaan, dan perbaikan fasilitas lainnya antara lain pasar desa,
pendidikan, dan peribadatan.
X/37
sektor ekonomi di desa tertinggal melalui pembangunan prasarana
yang meliputi pembangunan jalan, jembatan, tambatan perahu serta
sarana air bersih dan sanitasi lingkungan. Sampai dengan tahun
keempat Repelita VI, dialokasikan dana sebesar Rp. 80 miliar
untuk menjangkau 939 desa yang berada di 91 kabupaten/
kotamadya di 21 propinsi di luar Jawa dan Bali. Hasil fisik selama
dua tahun (tahun 1996/97 dan 1997/98) terdiri dari: jalan sepanjang
3.463,2 kilometer; 775 unit jembatan; 52 unit tambatan perahu, dan
13 unit alat penyeberangan. Di samping itu, telah dilakukan
pembangunan prasarana lingkungan yang meliputi sanitasi
lingkungan dan air bersih yang telah menjangkau 9.633 desa yang
tersebar di 26 propinsi (kecuali DKI Jakarta). Selanjutnya
penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada Program Desa
Tertinggal pada Bab Pembangunan Daerah dan Transmigrasi (Bab
IX).
X/38
kecamatan. Tujuannya adalah untuk membangkitkan dan membina
prakarsa masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan desa. Salah satu upaya untuk memberdayakan
LKMD antara lain adalah melalui pelaksanaan Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) yang
memberi kepercayaan kepada LKMD untuk bertindak sebagai
pemilik dan penanggungjawab kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana di desa.
X/39
dan makin efektifnya pengelolaan pembangunan perumahan dan
permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
meningkatnya peranserta masyarakat, koperasi, dan dunia usaha
dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman
termasuk pendanaannya; makin meningkatnya kesempatan usaha
dan lapangan kerja dalam industri penunjang pembangunan
perumahan dan permukiman; dan terciptanya lingkungan
perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman
dengan segala fasilitas lingkungan permukimannya.
X/40
kecil; penambahan pelayanan air bersih di perdesaan di 22.000 desa
dengan jumlah penduduk terlayani sebesar lebih dari 16,5 juta
orang penduduk desa.
X/41
pembangunan perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh
masyarakat luas; menyelenggarakan pembangunan perumahan dan
permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
meningkatkan peranserta masyarakat dalam penyediaan pelayanan
perumahan dan permukiman; mengembangkan sistem pendanaan
perumahan dan permukiman terutama yang dapat membantu
masyarakat berpenghasilan rendah; memantapkan pengelolaan
pembangunan perumahan dan permukiman secara terpadu; dan
mengembangkan perangkat peraturan perundang-undangan
pendukung.
X/42
a. Program Pokok
X/43
peraturan (Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 1996)
yang memberikan keringanan pembebasan retribusi ijin mendirikan
bangunan (IMB) dan pungutan-pungutan lain yang dikenakan atas
pembangunan RS/RSS.
X/44
properti di Indonesia sebagai pengganti lembaga hipotik dan
credietverband, yang memberikan jaminan hukum kepada
pengembang, bank, dan pemilik atas bangunan, baik berupa hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai atas
tanah negara.
X/45
dilaksanakan mulai tahun pertama Repelita VI. Selama 4 tahun
Repelita VI telah dibangun prasarana dasar permukiman di 1.102
desa termasuk di 400 desa-desa pusat pertumbuhan, yakni 74% dari
sasaran Repelita VI. Sisa sasaran ini akan diupayakan pada tahun
kelima Repelita VI.
X/46
pertama sampai dengan tahun keempat Repelita VI, telah
dilaksanakan peremajaan kawasan kumuh seluas 623 ha. Pada tahun
kelima Repelita VI akan diupayakan peremajaan kawasan kumuh
seluas 200 ha sehingga melebihi sasaran Repelita VI.
a) Penanganan Drainase
X/47
pada 589 kota, yang dapat melayani penduduk sebesar 11,36 juta
jiwa (Tabel X-5 dan Tabel X-5 A).
b) Pengelolaan Persampahan
X/48
Sejak tahun pertama sampai dengan tahun keempat Repelita
VI, telah dilaksanakan pembangunan dan pengelolaan air limbah
perkotaan pada 350 kota yang melayani 7,3 juta jiwa (Tabel X-5
dan Tabel X-5 A). Pembangunan dan pengelolaan air limbah pada
kota metropolitan dan besar sampai dengan tahun keempat Repelita
VI telah melampaui target Repelita VI yakni sebesar 177%.
Sedangkan untuk kota-kota sedang dan kecil, sampai dengan tahun
keempat Repelita VI telah mencapai 182 kota atau sekitar 92 %
dari sasaran yang bersangkutan. Pada tahun kelima Repelita VI
akan ditangani 62 kota yang sebagian besar adalah kota sedang dan
kecil yang mencakup pelayanan pada penduduk sejumlah 8 juta
jiwa.
X/49
Pada akhir Repelita V, telah dihasilkan tambahan kapasitas
produksi air bersih sebesar 3.495 liter/detik, dengan sambungan
rumah sebanyak 575.026 unit dan hidran umum sebanyak 4.291
unit yang dapat melayani tambahan penduduk sebanyak 5,8 juta
orang. Sejak tahun pertama sampai dengan tahun keempat Repelita
VI, kapasitas produksi air bersih dapat ditingkatkan sebesar 24.982
liter/detik, sambungan rumah 1,4 juta unit, dan hidran umum
30.569 unit dengan penduduk terlayani sebanyak 12,32 juta jiwa
(Tabel X-7 dan Tabel X - 7A).
X/50
Medan, Padang, Bengkalis, Palembang, Bandar Lampung,
Kabupaten Lampung Selatan, DKI Jakarta, Kabupaten Cirebon,
Semarang, Surabaya dan sekitarnya, Kabupaten Sidoarjo,
Kabupaten Tabanan, Kabupaten Pontianak, Kotif Bontang,
Balikpapan, Ujung Pandang, dan Manado. Minat swasta terhadap
investasi di bidang penyediaan air bersih cukup besar, namun
dihadapi beberapa kendala seperti kesepakatan harga jual air (tarif
air) dan kepastian hukum dalam berusaha. Dalam rangka
meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam
penyediaan dan pengelolaan air bersih, telah diterbitkan Keputusan
Presiden Nomor 7 Tahun 1998 Tentang Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha Swasta Dalam Pembangunan dan atau Pengelolaan
Infrastruktur yang mengatur tata-cara kerjasama mulai dari tahap
penyiapan proyek sampai dengan pelaksanaan kerjasama.
X/51
penyusunan rencana dan program strategis pembangunan prasarana
dan sarana perumahan dan permukiman bagi 111 kawasan andalan
nasional dalam Sistem Tata Ruang Nasional serta penyempurnaan
dan pemantapan sistem data dan informasi pembangunan perumahan
dan permukiman di perkotaan.
X/52
pembakuan peraturan perundang-undangan di bidang tata
bangunan, pembinaan dan pengawasan teknis, termasuk kegiatan
bantuan teknis pengelolaan dan pembangunan bangunan gedung
negara, penyusunan peraturan bangunan setempat dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
X/53
b. Program Penunjang
X/54
2) Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan
dan Permukiman
X/55
4) Program Penataan Ruang
X/56
status hukum atas tanah dan penyediaan data dasar pertanahan yang
konsisten.
D. PENUTUP
X/57
ketersediaan prasarana dan sarana, pelayanan pendidikan dan
kesehatan, perbaikan perumahan dan permukiman, dan peningkatan
kelembagaan ekonomi di kota dan desa.
X/58
Pembangunan perumahan dan permukiman pada Repelita VI
telah meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat
serta meningkatkan kemampuan pengelolaan dan pemeliharaan
prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang telah
dibangun. Pembangunan rumah sederhana (RS) dan rumah sangat
sederhana (RSS) pada Repelita VI telah mencapai 551.277 unit
yang berarti telah melampaui sasaran Repelita VI sebesar 500.000
unit. Pembangunan drainase, pengelolaan persampahan,
pengelolaan air limbah, serta pengelolaan air bersih pada Repelita
VI telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
lingkungan permukimannya, serta meningkatkan peranserta
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan permukiman yang sehat.
Pembangunan dan perbaikan saluran drainase dalam Repelita VI
telah dilaksanakan pada 589 kota yang berarti telah melampaui
sasaran Repelita VI sebanyak 220 kota. Pengelolaan persampahan
telah dilaksanakan pada 449 kota yang berarti telah melampaui
sasaran Repelita VI sebanyak 220 kota serta melayani 12,88 juta
jiwa yang melampaui sasaran Repelita VI sebanyak 11,60 juta jiwa.
Pengelolaan air limbah selama Repelita VI telah dilaksanakan di
350 kota yang berarti telah melampaui sasaran Repelita VI
sebanyak 209 kota. Produksi air bersih di perkotaan dalam Repelita
VI berhasil ditingkatkan sebesar 24.982 liter/detik dari sasaran
Repelita VI sebesar 30.000 liter/detik, dengan penduduk perkotaan
terlayani sebanyak 21,57 juta jiwa dari sasaran Repelita VI sebesar
22 juta jiwa.
X/59
VI sasaran ini akan diupayakan untuk dipenuhi. Pembangunan dan
pengelolaan air limbah perdesaan selama Repelita VI telah
mencapai 9.115 desa dan melayani 3,1 juta jiwa dari sasaran
Repelita VI sebesar 7.000 desa dan 4 juta jiwa.
X/60
TABEL X – 1
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA
KREDIT PEMILIKAN RUMAH OLEH BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
(unit rumah)
X/61
GRAFIK X – 1
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA MELALUI KPR OLEH BTN
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/62
TABEL X – 1.A
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA
KREDIT PEMILIKAN RUMAH OLEH BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1968, 1973/74, 1978/79 1983/84, 1988/89
(unit rumah)
X/63
TABEL X – 2
PEMBANGUNAN KAWASAN
PENGEMBANGAN DESA TERPILIH PUSAT
MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/64
TABEL X – 3
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK) PERBAIKAN KAMPUNG
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
X/65
GRAFIK X – 2
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK/
PERBAIKAN KAMPUNG
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/66
TABEL X – 4
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/68
TABEL X – 4.A
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1968, 1973/74, 1978/79 1983/84, 1988/89
X/70
Lanjutan Tabel X – 5
X/70 a
TABEL X – 5.A
PELAKSANAAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1988/89
X/71
TABEL X – 6
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PERDESAAN
MELALUI PENGELOLAAN SETEMPAT
MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1994/95 – 1997/98
X/72
TABEL X – 7
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I PER TAHUN
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/73 a
GRAFIK X – 4
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/74
TABEL X – 7.A
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I PER TAHUN
1968, 1973/74, 1978/79 1983/84, 1988/89
X/75
TABEL X – 8
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN PER TAHUN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/76
Lanjutan Tabel X – 8
X/76 a
GRAFIK X – 5
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
X/77