id
Logika
Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran.
Karena itu pikiran merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan
kebenaran bentuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanya menyatakan serta mengandaikan
adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki
serta dirumuskan dalam logika.
Secara singkat logika dapat dikataka sebagai ilmu pengetahuan dan kemampuian untuk
berpikir lurus. Ilmu pengetahuan sendiri adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok
tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan
penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan menunjukkan
sebab musababnya.
Logika juga termasuk dalam ilmu pengetahuan yang dijelaskan diatas. Kajian ilmu logika
adalah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat
berpikir seperti itu, logika menyelidiki, merumuskan, serta menerapkan hukum-hukum yang
harus ditepati. Hal ini menunjukkan bahwa logika bukanlah sebatas teori, tapi juga
merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek.
Ini sebabnya logika disebut filsafat yang praktis.
Objek material logika adalah berfikir. Yang dimaksud berfikir disini adalah kegiatan pikiran,
akal budi manusia. Dengan berfkir, manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang
telah diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ia dapat memperoleh kebenaran.
Pengolahan dan pegearjaan ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan,
membandingkan, serta menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya.
Tetapi bukan sembarangan berfikir yang diselidiki dalam logika. Dalam logika berfikir
dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat merupakan
objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus dan tepat, apabila pemikirn itu sesuai
dengan hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam logika.
Dengan demikian kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan aman. Semua ini
menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Macam-macam logika
Logika dapat dibedakan atas dua macam, namun keduanya tidak dapat dipisahkan.
a. Logika Kodratiah
Akal budi (pikiran) bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara spontan. Tetapi dalam
hal-hal tertentu (biasanya dalam masalah yang sulit), akal budi manusia maupun seluruh diri
manusia bisa dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subjektif. selain itu, perkembangan pengetahuan manusia sendiri sangat terbatas.
Hal-hal ini menyebabkan kesesatan tidak terhindarkan. Walaupun sebenarnya dalam diri
manusia sendiri juga ada kebutuhan untuk menghindari kesesatan tersebut. Untuk
menghindari kesesatan itulah, dibutuhkan ilmu khusus yang merumuskan azaz-azaz yang
harus ditepati dalam setiap pemikiran, yaitu logika ilmiah.
b. Logika Ilmiah
Logika ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus dan mempertajam akal
budi, juga menolong agar akal budi bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih
aman. Dengan demikian kesesatan dapat dihindarkan, atau minimal bisa dikurangi dengan
kadar tertentu. Logika inilah, yang dimaksud mempunyai hukum-hukum atau azaz-azaz yang
harus ditepati.
Dalam penyelidikan hukum-hukum logika, dapat diuraikan bahwa pemikiran manusia terjadi
tiga unsur. Yaitu pengertian-pengertian atau kata, kemudian kata atau pengetian itu disusun
itu sedemikian tupa sehingga menjadi keputusan-keputusan. Akhirnya keputusan-keputusan
itu disusun menjadi penyimpulan-penyimpulan.
Sumber : http://best1alone.blogspot.com
Logika atau dalam terminologi Indonesia disebut “filsafat berpikir” secara umum merupakan
suatu studi tentang manusia, karena yang berpikir itu adalah manusia dan berpikir merupakan
tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai tujuan yaitu untuk tahu. Tahu ini bukanlah suatu
alat atau daya pada manusia yang dipunyainya sejak lahir seperti mata, telinga atau alat
indera lainnya, melainkan tahu itu merupakan suatu tindakan yang mempunyai hasil yang
disebut sebagai pengetahuan. Adapun alat atau dayanya disebut pikir, budi atau akal.
Berpikir tidak dilakukan manusia sejak lahirnya, walaupun kemampuan itu ada, tetapi pada
umumnya mengikuti perkembangan fisik manusia secara biologis. Jadi kemampuan berpikir
pada manusia merupakan kemampuan potensial. Berpikir pada prakteknya tidaklah terlalu
mudah; dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa mungkin orang salah dalam berpikir, bukan
karena pengetahuannya yang salah, melainkan karena jalan pikirannya yang tidak lurus atau
tidak menurut aturan. Misalkan dikatakan terhadap seseorang yang berbelanja agak berlebih-
lebihan serta tidak menawar-nawar; ‘ah itu orang Jakarta’, hal yang demikian itu disebut
tidak logis, sebab walaupun mungkin benar bahwa orang yang berbelanja demikian itu orang
Jakarta, tapi tidak semua orang Jakarta selalu bertindak demikian kalau berbelanja.
Sebaliknya jika dikatakan orang: A sama dengan B, dan B sama dengan C, maka A sama
dengan C. Itu segera nampak kelurusan dari jalan pikiran tersebut, logislah itu, kata orang.
Jadi rupa-rupanya adalah aturan berpikir yang tak boleh dilanggar. Suatu tugas ilmiah
mencari aturan berpikir ini supaya dikatahui, kalau ada pelanggaran aturan atau
penyelewengan dari jalan berpikir yang lurus, maka dicobalah oleh para ahli pikir untuk
memenuhi tugas itu, hasilnya memang bermanfaat sekali bagi manusia yang hendak berpikir.
Pengetahuan itu merupakan bagian dari filsafat dan disebut orang dengan istilah “logika”.
Tugas logika ialah memberikan penjelasan bagaimana orang seharusnya berpikir. Ada juga
yang mengatakan bahwa logika itu mengutarakan teknik berpikir, yaitu cara yang sebenarnya
untuk berpikir.
--Obyek Logika--
Oleh karena yang berpikir itu manusia, maka lapangan penyelidikan logika ialah manusia itu
sendiri. Tetapi manusia itu disoroti dari sudut tertentu, yaitu budinya atau pikirnya. Budi atau
pikir ini masih juga disoroti dari beberapa sudut. Misalnya ditanyakan, dapatkah budi itu
mencapai kebenaran, dalam arti persesuaian pengetahuan dengan obyeknya, dan kalau
sekiranya dapat, sampai dimanakah kemampuam budi itu mencapai kebenaran? dapatkah
sampai seratus persen, ataukah hanya sebagian saja? Ada pula pertanyaan, bagaimanakah
manusia dengan budinya mencapai pengetahuan?, dan seperti telah dikatakan di atas, dapat
pula dipersoalkan, bagaimanakah aturan berpikir itu? Semuanya pertanyaaan yang
bersangkutan erat dengan budi manusia, sehingga dapatlah semuanya disebut logika, dan
karena ada bermacam-macam sudut pandang, maka ada bermacam-macam logika pula, serta
ada yang memberikan nama bermacam-macam juga. Bermacam-macam logika itu berlainan
satu sama lain, disebabkan oleh karena obyek fomalnya yang berlainan.
Adapun yang dimaksud dengan istilah logika di sini ialah fisafat budi (manusia) yang
mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan
semestinya (dengan seharusnya). Jadi obyek formal logika ialah mencari jawab: Bagaimana
manusia dapat berpikir dengan semestinya?.
Ref: diadaptasi dari Poedjawijatna (1992) Logika Filsafat Berpikir. Rineka Cipta, Jakarta