I. Definisi
Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Kerusakan jaringan yang nyata misalnya terjadi pada nyeri akibat luka operasi.
Berpotensi rusak misalnya pada nyeri dada karena penyakit jantung (Angina Pectoris) dimana
timbul nyeri sebagai pertanda akan terjadi kerusakan atau berpotensi rusak pada otot- otot
jantung bila tidak ditangani secara benar. Menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
misalnya nyeri yang timbul setelah sembuh dari penyakit herpes (Neuralgia Pasca Herpetica),
dimana terjadi nyeri meskipun tidak ada kerusakan jaringan.
Rasa nyeri adalah masalah unik, karena sebagai suatu tanda mekanisme perlindungan
diri, contoh sederhana bila tangan menyentuh bara api maka pada orang normal akan merasakan
panasnya bara api kemudian secara spontan akan menjauhkan tangan dari sumber panas tersebut.
Bisa dibayangkan seandainya kita tidak bisa merasakan panas atau nyeri maka tangan kita akan
terbakar.
Bila nyeri tidak ditangani secara benar maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan
lebih lanjut, contohnya nyeri setelah operasi, nyeri setelah sembuh dari penyakit herpes, bila
tidak ditangani secara benar maka akan menjadi nyeri kronis yang merupakan permasalahan
besar dan sulit ditangani karena terjadi perubahan ekspresi dari saraf- saraf. Nyeri seperti inilah
yang diklasifikasikan sebagai nyeri kronis yang ditandai dengan adanya persepsi nyeri tanpa
kerusakan jaringan.
II. Klasifikasi
Berdasarkan mekanismenya, nyeri dibagi menjadi nyeri akut, nyeri kronik dan nyeri
kanker. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya berlangsung beberapa hari
sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama inflamasi adalah: rubor (kemerahan jaringan),
kalor (kehangatan jaringan), tumor (pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio
laesa (kehilangan fungsi jaringan). Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu
berlangsungnya lama atau merupakan kelanjutan dari proses akut, dimana nyeri masih
berlangsung meskipun kerusakan jaringan sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi
dari nyeri akut dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri berlangsung
terus- menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana kanker tidak ditangani.
B. Respon Tingkahlaku
a. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
b. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
c. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &
tangan)
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak
sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)
C. Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi
atau arti nyeri bagi klien.
Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain :
1) Bahaya atau merusak
2) Komplikasi seperti infeksi
3) Penyakit yang berulang
4) Penyakit baru
5) Penyakit yang fatal
6) Peningkatan ketidakmampuan
7) Kehilangan mobilitas
8) Menjadi tua
9) Sembuh
10) Perlu untuk penyembuhan
11) Hukuman untuk berdosa
12) Tantangan
13) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
14) Sesuatu yang harus ditoleransi
15) Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi,
pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial budaya
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda
terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat
menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien
dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas
karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
VIII. Penatalaksanaan
Metoda pengobatan nyeri, sesuai dengan step ledder dari WHO maka untuk mengatasi
nyeri ringan digunakan obat anti inflamasi non steroid, untuk mengatasi nyeri sedang digunakan
obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid lemah dan untuk mengatasi
nyeri berat digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid kuat.
Selain pengobatan diatas kadang dibutuhkan juga pengobatan tambahan diantaranya obat
sedatif bila nyeri disertai stress, pengobatan akupunktur untuk mengatasi nyeri kronik, sampai
blok anestesi.
Metoda pengobatan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rectal, transdermal,
sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus). Cara yang sering digunakan dan
paling digemari ialah intramuscular opioid. Metoda regional misalnya dengan epidural opioid
atau intraspinal opioid. Kadang- kadang digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi sebelum
pembedahan selesai misalnya pada sirkumsisi atau pada luka operasi usus buntu (apendektomi).
Begitu pentingnya pengetahuan nyeri, maka saat ini nyeri merupakan tanda vital kelima,
setelah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal :
87.
2. Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
3. Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.
4. Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm :
123-136.
5. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
6. Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Hlm 1502-1533.