Anda di halaman 1dari 15

KONFERENSI TINGKAT TINGGI

ASIA AFRIKA
(KTT ASIA AFRIKA)

Cecil. P
Elysia
Raniwidia
Livia
Jessica . R
Gabriella Aldora. M
KTT ASIA AFRIKA
- Disebut juga Konferensi Bandung.
- Sebuah konferensi tingkat tinggi antara negara
negara di Asia dan Afrika.
- Diselenggarakan: Indonesia, Myanmmar, Sri
Lanka, India, dan Pakistan.
- Koordinator : Drs. Roeslan Abdulgani.
- 18 April 1955 – 24 April 1955, di Gedung
Merdeka, Bandung.
TUJUAN KTT ASIA AFRIKA

Mempromosikan kerjasama
ekonomi dan kebudayaan Asia
Afrika, dan melawan
kolonialisme/neokolonialisme
AS, Uni Soviet, atau negara
imperialis lainnya.
Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan
serta asas-asas yang termuat didalam piagam PBB
(Perserikatan Bangsa-bangsa)

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial


semua bangsa.

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan


semua bangsa, besar maupun kecil.

4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam


soalan-soalan dalam negeri negara lain.

5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan


diri sendiri secara sendirian mahupun
secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan
kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah
satu negara-negara besar, (b) Tidak melakukan campur tangan
terhadap negara lain.

7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi mahupun


penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau
kemerdekaan politik suatu negara.

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara


damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau
penyelesaian masalah hukum , ataupun lain-lain cara damai,
menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai
dengan Piagam PBB.

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.

10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional


Kilas Balik
- 23 Agustus 1953 : PM Ali Sostroamidjojo mengusulkan
kerjasama antara negara Asia – Afrika

- 25 April 1954 – 2 Mei 1954 : Berlangsung persidangan Kolombo


di Sri Lanka. Di sini, Indonesia memberikan usulan perlu
adanya konferensi Asia-Afrika.

- 28 -29 Desember 1954 : adanya Persidangan Bogor.


Merumuskan tentang tujuan persidangan dan tamu yang
diundang.

- 18 – 24 April 1955 : diselenggarakan KTT Asia Afrika di


Bandung
Pelopor KTT Asia-Afrika

Ali Sostroamdijojo – PM Indonesia


Jawaharlal Nehru – PM India
John Kotelawala – PM Sri Lanka
Muhammad Ali Bogra – PM Pakistan
Negara-negara yang terlibat
1. Indonesia
2. Afghanistan
3. Kamboja
4. RRC / Cina
5. Mesir
6. Ethiopia
7. India
8. Filipina
9. Birma
10. Pakistan
11. Srilanka
12. Vietnam Utara
13. Vietnam Selatan
14. Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand
18. Turki
19. Iran
20. Irak
21. Sudan
22. Laos
23. Libanon
24. Liberia
25. Thailand
26. Ghana
27. Nepal
28. Yordania
29. Jepang
Pernyataan yang melahirkan Konferensi Asia Afrika :
"We have now indeed arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is
therefore that we Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to
discuss those crucial problems of the peoples we represent. There are the very
problems which urge Indonesia to propose that another conference be convened
wider in scope, between the African and Asian nations. I am convinced that the
problems are not only convened to the Asian countries represented here but also
are of equal importance to the African and other Asian countries".

("Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejarah umat manusia. Oleh karena
itu kita lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu di sini untuk
membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh
masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia
mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara
negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak
hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di sini, tetapi juga sama
pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan Asia lainnya").
Gerakan Non-Blok
suatu organisasi internasional yang terdiri
dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak
Menganggap dirinya beraliansi dengan atau
terhadap blok kekuatan besar apapun.
TUJUAN:
menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial,
dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam
perjuangan mereka
menentang imperialisme, kolonialisme, neo-
kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala
bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi,
interferensi atau hegemoni dan
menentang segala bentuk blok politik.
Sejarah Gerakan Non-Blok
Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali oleh Perdana
Menteri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954
di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima
pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
membentuk relasi Sino-India yang disebut
dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian
digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip
tersebut adalah:
• Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
• Perjanjian non-agresi
• Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
• Kesetaraan dan keuntungan bersama
• Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari
sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah
konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada
tahun 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak
pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka
untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat
Timur.
Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin
dunia: Josip Broz
Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indon
sia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit
Jawaharlal Nehru perdana menteri India,
dan Kwame Nkrumah dari Ghana.

Anda mungkin juga menyukai