Anda di halaman 1dari 2

Ini Negara Politik bukan Negara Hukum

oleh M Reza S Zaki pada 18 Maret 2011 jam 21:31

INDONESIA yang dibangun oleh para pemikir dan para cendekiawan orde lama sudah
menancapkan sebuah paham yang disebut rechtstaat (negara hukum) bagi Indonesia.

Ketika banyak tokoh seperti Moh Hatta dan Sutan Sjahrir yang mengambil jurusan Fakultas
Hukum di Belanda, mereka membangun sebuah kerangka negara dengan berbagai undang-
undang dan peraturan yang ketika itu juga cukup mempengaruhi politik ketatanegaraan di
Indonesia.

Bangsa Indonesia yang menganut sistem hukum kontinental ini merupakan bagian dari
warisan Belanda yang ketika itu menjajah Indonesia dalam waktu yang cukup panjang.
Warisan hukum ini ternyata tidak begitu menguntungkan bagi Indonesia karena banyak hal
yang sudah terlampau jauh dari perkembangan zaman dan akhirnya menyebabkan penegakan
hukum menjadi bermasalah.

Hal ini juga yang menyebabkan politik mulai masuk dan berkuasa untuk menjadi panglima
dalam setiap segi kehidupan sehingga politiklah yang mengatur kehidupan bernegara ini.
Hukum dari zaman ke zaman mulai mengalami ketumpulan dalam berdialog dengan
kehidupan masyarakat.

Aspek hukum yang mengandung kepastian, kemanfaatan, dan keadilan terasa sebagai retorika
normatif yang masuk ke dalam ingatan kita. Seperti apa yang dikatakan oleh Prof Soedikno
bahwa aspek sosiologis hukum itu harus memuat dua teori, yakni teori kekuasaan dan teori
pengakuan. Alangkah sayangnya ketika kedua teori itu pun tidak berlaku kuat di dalam
kenyataan kehidupan bernegara kita.

Hukum seakan tumpul ke atas dan runcing ke bawah. Banyak kaum proletar yang justru
menjadi korban dari hukum itu sendiri. Akibat dari hukum yang terkooptasi oleh politik, kita
banyak melihat bahwa lembaga-lembaga pemerintahan selalu berfikir pragmatis dalam
menyelesaikan setiap perkara baik besar maupun kecil dengan jalur politik, ketimbang jalur
hukum. Entah apa yang membuat kita berpikir layaknya kaum pengecut seperti itu.

Pada peristiwa yang berbeda, politik juga mengkooptasi dunia lawak, dunia olah raga, dunia
musik, dunia usaha, dan sebagainya. Hadirnya politik yang tidak menyegarkan kemajuan
bangsa membuat banyak pihak begitu kecewa dan ingin melakukan sebuah gugatan sosial
terhadap politik itu sendiri. Saat ini kita amat membutuhkan sebuah pengembalian zaman
yang lebih arif di mana hukum dijadikan panglima dalam mengatur negara ini. Hukum harus
mampu membicarakan kembali aspek kepastian, kemanfaatan, dan keadilan. Hukum harus
mengikuti zaman dan mampu menjawab tantangan zaman.

Kemajuan hukum dalam dunia ini harus diikuti oleh dukungan masyarakat/warganegara yang
cukup kuat agar hukum tidak terpincang-pincang. Law enforcement atau penegakan hukum
merupakan aspek dari realiasi hukum. Seperti teori yang dikeluarkan oleh M. Reza S Zaki
bahwa hukum harus mampu adil dan memberikan nuansa humanis di lingkungan masyarakat
atau sering disebut dengan humanisme justicia.
Teori ini juga menggambarkan bagaimana masyarakat sudah seharusnya menjadikan hukum
sebagai referensi prioritas dalam menyelesaikan perkara. Sebuah paradigma hukum yang
selama ini luntur dikarenakan kooptasi politik yang berlebihan harus segera kita bangkitkan
kembali.

diterbitkan di Media Indonesia

Hari kamis, 17 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai