Osteomyelitis
Osteomyelitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan
pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi
utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena
itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu.
Pada skenario kali ini kita akan membahas tentang salah satu bagian dari muskutoskeletal
yaitu tentang tulang. Topik yang akan kita bahas yaitu tentang trauma dan osteomielitis.
Selain itu kita juga kita juga akan membahas tentang struktur normal dan fungsional tulang.
Pembahasan pada skenario ini sangat penting bagi mahasiswa kedokteran sebagai wawasan
dasar tentang muskuloskeletas. Oleh karena itu, penulis berharap dengan penulisan laporan
ini penulis bisa mencapai standart kompetensi pada blok muskuloskeletal.
B. Rumusan Masalah
1.Laki-laki 20 tahun
2.Dua tahun lalu patah tulang pada tungkai bawah
Pada skenario disebutkan bahwa ada seorang laki-laki berumur 20 tahun dengan keluhan
nyeri pada tungkai bawah kanan, pyrexia, kemerahan, sinus di kulit yang hilang timbul dan
riwayat patah tulang pada kaki yang sama 2 tahun lalu. Sinus pada pasien mengeluarkan
discharge seropurulen dengan ekskoriasi kulit sekitar sinus.
Kalau dilihat dari keluhan maupun pemeriksaan fisik yang telah disebutkan pada skenario
maka kemungkinan pasien menderita infeksi, hal ini ditandai adanya proses inflamasi, seperti
nyeri, pyrexia, kemerahan (Price and Wilson, 2005), selain itu juga adanya discharge yang
bersifat seropurulen. Jenis infeksi yang diderita oleh pasien adalah infeksi tulang atau yang
biasa disebut dengan osteomyelitis.
Osteomyelitis pada pasien, kemungkinan didapatkan akibatkan patah tulang yang pernah
dialaminya 2 tahun lalu, karena pada beberapa kasus, infeksi tulang merupakan komplikasi
fraktur tulang terbuka, selain itu keputusan pasien untuk mengobati patah tulangnya ke dukun
bukannya ke dokter juga merupakan salah satu penyebabnya.
Discharge seropurulen dan hasil plain foto yang didapat (adanya involucrum dan sequester)
mengindikasikan pasien menderita osteomyelitis pyogenik kronis. Alasan mengapa penulis
berpendapat demikian adalah karena osteomyelitis dibagi dua berdasarkan penyebabnya,
yaitu osteomyelitis pyogenik dan osteomyelitis tuberkulosa (kumar, cotran dan robbins,
2007). Pada osteomyelitis pyogenik, discharge yang dikeluarkan akan bersifat seropurulen.
Sedangkan pada osteomyelitis tuberkulosa akan didaptkan daerah granulomatosa, dengan
discharge seperti keju (kumar, cotran dan robbins, 2007).
Osteomyelitis kronis terjadi sebagai sekuele infeksi akut akibat dari kurangnya pengobatan.
Seiring dengan waktu, terjadi influx sel radang kronis ke dalam fokus osteomyelitis yang
mengawali reaksi penyembuhan berupa pengaktifan osteoklas, proliferasi fibroblast dan
pembentukan tulang baru (kumar, cotran dan robbins, 2007). Tulang nekrotik yang tersisa
yang disebut dengan sekuestrum dapat direabsorpsi oleh aktivitas osteoklas, sedangkan
sekuestrum yang lebih besar akan dikelilingi oleh involucrum, sekuestrum ini juga akan
menyebabkan adanya proses infeksi terus menerus sehingga akan terbentuk saluran sinus
multiple dan hilang timbul (kumar, cotran dan robbins, 2007;de Jong, 2004).
Pada kasus ini sebaiknya dilakukan sekuestrektomi dan debridement serta pemberian
antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi, selain itu pada kasus
osteomyelitis kronik dini biasanya involucrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang
asli yang menjadi sekuester (de Jong, 2004), oleh Karena itu, ekstremitas yang terkena
sebaiknya dilindungi dengan gips untuk mencegah terjadinya fraktur patologik.
Deformitas maupun angulasi yang terjadi pada kaki pasien dapat disebabkan oleh proses
penyembuhan tulang yang salah yang dilakukan oleh dukun. Selain itu juga deformitas dapat
juga disebabkan oleh komplikasi yang disebabkan oleh fraktur tulang terbuka yang salah
satunya adalah osteomyelitis. Hal ini akan sangat berbeda jika pasien langsung mengobati
fraktur/patah tulang yang dialaminya dua tahun lalu ke dokter/rumah sakit.
Mengenai masalah kartu asuransi kesehatan milik pasien yang tidak bisa digunakan, penulis
sejauh ini belum mengerti alasannya, karena keterangan mengenai hal itu kurang dijelaskan
di dalam skenario, apakah memang kartu asuransinya telah kadaluarsa, apakah telah dicabut
izinnya oleh pihak yang bersangkutan ataukah pihak rumah sakit yang tidak mau
menerimanya. Akan tetapi yang jelas, seharusnya pihak rumah sakit bisa lebih memahami
keadaan pasien dan mempermudah jalur birokrasinya.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pasien menderita osteomyelitis pyogenik kronis akibat dari fraktur yang pernah dialaminya
dua tahun lalu.
2. Sebaiknya dilakukan sekuestrektomi, debridement dan pemberian antibiotik yang sesuai
dengan hasil tes kultur dan resistensi.
B. Saran
1. Menasehati supaya masyarakat lebih mempecayakan penanganan masalah kesehatan
kepada dokter.
2. Ada baiknya rumah sakit memperbaiki jalur birokrasinya, jangan sampai slogan
beurecrazy is public enemy menjadi kenyataan.