Anda di halaman 1dari 25

• Contoh Kasus

• Pengusaha memberi hadiah pernikahan ke


sanak keluarga PNS ?
• Perlukah memberi cinderamata kepada
Guru sekolah?
• Bolehkah Bantuan Fasilitas Diberikan
kepada PNS untuk melakukan inspeksi ?
• Bolehkah seorang PNS menerima tawaran
perjalanan wisata ?
GRATIFIKASI
& ANTI KORUPSI

Direktorat Gratifikasi
Komisi Pemberantasan Korupsi

Disampaikan Pada Perkuliahan SPEAK


Tangerang, 12 Feb 2010
Pelaporan Gratifikasi

Korupsi Seringkali berasal dari kebiasaan yang tidak disadari
oleh Pegawai Negeri dan Pejabat Penyelenggara Negara,
Misal: penerimaan hadiah oleh Pejabat dan Keluarganya dalam
suatu acara pribadi, menerima pemberian tertentu seperti
diskon yang tidak wajar atau fasilitas perjalanan.

Banyak orang berpikir dan berpendapat bahwa pemberian itu
sekedar tanda terima kasih dan sah-sah saja.

Namun perlu disadari, bahwa pemberian tersebut selalu terkait
dengan jabatan yang dipangku oleh penerima serta
kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan dari pemberi.

Karena itulah Undang-undang mengatur tentang Gratifikasi
yaitu pemberian dalam arti luas kepada Pegawai Negeri dan
Pejabat Penyelenggara Negara.
PENGERTIAN GRATIFIKASI

Menurut UU No.31/1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, Penjelasan


Pasal 12 b ayat (1), Gratifikasi adalah :

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi


pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di


luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Pemberian hadiah (Gratifikasi)

Uang ( dalam segala bentuk dan semua jenis mata
uang ).

Barang yang mempunyai nilai ( misal : Perhiasan,
rumah, mobil, HP, dll), termasuk Perjalanan Wisata
(Tour), barang promosi, discount terhadap pembelian
barang tertentu, saham, dll.

Pinjaman : berupa rumah, mobil, uang, dll.

Pengobatan : rawat jalan, rawat inap & pengobatan
gigi.

Keanggotaan dalam club-club OR atau Sosial.

Asuransi : Jiwa, Kecelakaan, Pendidikan, dll.


( c s/d f, biasanya juga disebut “benefit non tunai” )
Budaya Tata Krama
& Sopan Santun
 Agama : Hadiah Lebaran/Natal.
 Etnik : Pendirian sekolah di daerah asal.
 Komunitas : Hadiah perkawinan.
 Keluarga : Hadiah ulangtahun atau uang saku tour.
 Jabatan : Keuntungan bisnis.
 Tekanan : Pengaruh jabatan

 Ucapan terima kasih : Pekerjaan sudah


dibantu.
EMPIRIS

 Ada yang berpendapat bahwa


penerimaan Gratifikasi tersebut di atas
sangat erat hubungannya dengan
penghasilan PN atau Pegawai Negeri
yang “belum cukup”, sehingga sangat
terbuka kemungkinan PN masih
menerima gratifikasi tersebut.
Dilemma
 Pejabat/Pegawai Negeri
 Kami tidak mempunyai anggaran untuk
lembur
 Kami telah membantu perusahaan anda
 Kami tidak mempunyai
anggaran/anggaran habis
 Perusahaan
 Kami perlu segera menyelesaikan pekerjaan
 Kami akan membayar selama itu legal
 Hal ini bertentangan dengan prinsip kami
 Kode etik melarang kami untuk melakukan
hal seperti itu
 Kami sangat concern terhadap reputasi
Pemerasan dalam Jabatan
Pasal 12 UU No. 31/99 jo. UU No. 20/2001

Pejabat Pengusaha/
Masyarakat
Penyuapan
Pasal 5,6, & 11 UU No. 31/99 jo. UU No. 20/2001

Pengusaha/
Pejabat Masyarakat
Gratifikasi
Pasal 12B,12C & 13 UU No. 31/99 jo. UU No.
20/2001

Pejabat Pengusaha/
Masyarakat
Dasar Hukum : UU 31/1999 jo. UU 20/2001
Pasal 12B ayat (1) berbunyi :
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sbb. :

Yang nilainya Rp 10 juta atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan
oleh penerima gratifikasi (Pembalikan beban
pembuktian)

Yang nilainya kurang dari Rp 10 juta pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum
PENYELENGGARA NEGARA
(UU No.28 Tahun 1999)
1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara;
2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara;
3. Menteri;
4. Gubernur; Asas Umum
5. Hakim; Penyelenggaraan Negara :
6. Pejabat Negara yang lain sesuai dengan •Asas Kepastian Hukum
•Asas Tertib Penyelenggaraan
peraturan ketentuan perundang-undangan yang Negara
berlaku; •Asas Kepentingan Umum
•Asas Keterbukaan

Duta Besar; •Asas Proporsionalitas

Wakil Gubenur; •Asas Profesionalitas
•Asas Akuntabilitas

Bupati/Walikota.
7. Pejabat lainnya yang memiliki fungsi strategis:

Komisaris, Direksi, Pejabat Struktural
pada BUMN & BUMD;

Pimpinan BI;

Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri

Pejabat Eselon Satu dan pejabat lain yang
disamakan pada lingkungan sipil dan
militer;

Jaksa;

Penyidik;
1. Panitera Pengadilan;
2. Pimpinan Proyek atau Bendahara Proyek
PEGAWAI NEGERI
sesuai dengan UU No.31/1999 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.20/2001.


Pegawai pada MA, MK.

Pegawai pada KEM/ DEPARTEMEN & LPND.

Pegawai pada Kejagung

Pegawai pada BI

Pimpinan dan pegawai pada Sekretariat MPR, DPR, DPD, DPRD
Prop./Dati II.

Pegawai pada Perguruan Tinggi Negeri.

Pegawai pada Komisi atau Badan yang dibentuk berdasarkan UU, Keppres
maupun PP.

Pimpinan dan Pegawai pada Sekr.Presiden, Sekretariat Wk.Presiden,
Sekkab dan Sekmil.

Pegawai pada BUMN, BUMD.

Pegawai pada badan Peradilan.

Anggota TNI dan POLRI serta Pegawai Sipil dilingkungan TNI & POLRI

Pimpinan dan Pegawai dilingkungan Pemda Dati I dan Dati II
Wajib Lapor Gratifikasi
UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001
Pasal 1 huruf d dan e :

Yang dimaksud pegawai Negeri :

“Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu


korporasi yang menerima bantuan dari keuangan
Negara atau daerah; atau
Orang yang menerima gaji atau upah dari
korporasi lain yang mempergunakan modal atau
fasilitas dari negara atau masyarakat “
Uang dan Benda Berharga
Hadiah
Kendaraan Bermotor
Fasilitas
Teknologi
Sanksinya
Pasal 12B ayat (2) UU No. 20/2001
Pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4
tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.
Pengecualian Ketentuan Pidana

 UU 31/1999 jo. UU No. 20/2001 Pasal 12C ayat (1) :

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B


ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Ketentuan Tentang Gratifikasi Bagi Pemberi
UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 Pasal 13 :

Setiap orang yang memberi hadiah atau


janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang
melekat pada jabatan atau kedudukannya,
atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan atau denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
Pelaporan dan Penentuan Pasal 16, 17 & 18
UU No. 30
Status Gratifikasi th. 2002

Penerima Laporan Tertulis Proses


Gratifikasi kepada KPK Penetapan Status
30

H
Pasal Waktu 30 hari Dapat memanggil A
12C kerja Penerima Gratifikasi
R
UU No. sejak diterima I
20 th
2001
Pimpinan KPK K
7 Hari Kerja sejak melakukan E
ditetapkan statusnya penelitian R
J
Menteri A
Keuangan
SK Pimpinan
KPK ttg
Penerima Status Gratifikasi
Gratifikasi
KESIMPULAN

Pelanggaran terhadap penerimaan Gratifikasi


oleh Penyelenggara Negara atau Pegawai
Negeri menurut UU 31/1999 jo. UU No.20
Tahun 2001 Pasal 12B ayat (2) adalah :

TINDAK PIDANA KORUPSI


Anda Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri
Menerima gratifikasi ?

Apabila Anda mengetahui adanya pemberian gratifikasi atau suap kepada


Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri, laporkan kepada KPK
Telp. (021) 2557 8440
Fax. (021) 5289 2448 Attn: Direktorat Gratifikasi
Email : Informasi.Gratifikasi@kpk.go.id
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai