Oleh
ABSTRAK
Kerusakan terumbu karang terutama disebabkan oleh aktivitas
penangkapan ikan, baik yang legal terlebih lagi yang illegal. Upaya-upaya
penelitian untuk mendapatkan alat penangkap ikan alternatif telah dikaji.
Beberapa alternatif peket teknologi penangkapan ikan yang ramah terhadap
terumbu karang, antara lain alat bantu SFS, lampu bawah air, rumpon dan
terumbu buatan. Penggunaan beberapa alternatif alat bantu tersebut diharapkan
mampu menurunkan tekanan pengrusakan terumbu karang terutama di wilayah
proyek COREMAP sehingga sasaran proyek dapat dicapai. Penelitian kaji tindak
perlu dilakukan dalam rangka penerapan paket teknologi yang sesuai dengan
kondisi masing-masing lokasi.
PENDAHULUAN
Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat di daerah
tropis. Meskipun terumbu karang banyak ditemukan di berbagai perairan dunia,
tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik.
Dibandingkan dengan negara tropis lain, Indonesia memiliki keunggulan alam
tersendiri berupa tempat “megabiodiversity” bahkan termasuk paling kaya
keanekaragamaan hayatinya, dalam arti tidak tertandingi oleh negara-negara di
kawasan sub tropis, dan negara-negara maju dibelahan bumi bagian utara
maupun selatan (Kusumaatmaja, 2001).
Pemanfaatan sumberdaya terumbu karang oleh sebagian besar
masyarakat nelayan di daerah pesisir dewasa ini menuju pada suatu pola
degradasi lingkungan berupa kerusakan habitat karena menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan, bahan peledak dan zat kimia beracun
untuk mengeksploitasi berbagai spesies ikan atau organisme lain yang memiliki
nilai ekonomis penting. Hal tersebut lebih diperparah lagi akibat permintaan
eksportir ikan hidup yang harganya sangat menggiurkan.
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 1/17
Permasalahan Lapangan
Ikan-ikan karang selama ini dieksploitasi dengan cara-cara yang merusak
terumbu karang, seperti : bahan peledak, bahan kimia, dan jaring tetapi dengan
mengusir ikan sambil memukulkan bambu ke daerah karang. Akibat kegiatan
eksploitasi yanr merusak tersebut Sugandhy (2000) melaporkan sekitar 61%
areal terumbu karang di Indoensia sudah dalam kondisi rusak, dan hanya sisa
sekitar 7% dalam kondisi sangat baik. McManus et al (1997) melaporkan
kerusakan terumbu karang di Philipina akibat bahan peledak, cianida dan jangkar
kapal berturut-turut sebesar 19%, 8% dan 0,25% pertahun.
Penggunaan alat penangkap ikan yang merusak lingkungan seperti bahan
peledak dan cianida dilakukan oleh nelayan mengingat sampai saat ini belum
ada alat penangkap ikan yang efektif digunakan di daerah terumbu karang.
Penggunaan alat tangkap gill net di sekitar terumbu karang sangat beresiko
tinggi, karena kalau tersangkut sedikit saja di karang, jaring akan robek. Pada
kenyataannya memang sangat sulit menempatkan alat penangkap ikan di daerah
terumbu karang. Sebagai alternatifnya, maka alat penangkap ikan dipasang
diluar daerah terumbu karang dan tidak berhubungan langsung dengan terumbu.
Akan tetapi perlu dicari cara supaya ikan-ikan yang berada di daerah terumbu
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 2/17
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 3/17
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 4/17
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 5/17
Alat bantu bunyi ini tergolong jenis alat yang baru sehingga untuk
memudahkan penyebutan atau pengenalannya secara luas diperlukan istilah
baku/permanen. Oleh karena itu kami memberikan istilah “Sound Frequency
Shock” yang bermakna bunyi pengejut ikan, bagi alat bantu bunyi ini dan untuk
selanjutnya disebut S.F.S.
C C
LS
C C
IC 1 IC 2
R
R
R
C
C C C
Alat ini terdiri dari seperangkat peralatan elektronika sebagai input dan
loud speaker berukuran 8 Ohm sebagai output. Loud speaker tersebut telah
dimodifikasi sehingga menjadi kedap air. Sumber tegangan berasal dari accu
berkekuatan 12 Volt. Skema S.F.S dan sistim kerjanya secara skematik dapat
dilihat pada diagram converter berikut (Gambar 1). Alat ini mampu menghasilkan
bunyi sebesar 33.000 Hz, dengan kekuatan volume sebesar 10 dB
Prinsip kerja S.F.S ini adalah bunyi yang dikeluarkan dirambatkan melalui
medium cair dengan kecepatan perambatannya 5 kali lebih besar dibandingkan
dengan medium perambatan di udara, yaitu sebesar 1500 m/dt. Hal ini
disebabkan karena partikel-partikel pada medium cair lebih rapat atau saling
terkait, sehingga suatu getaran yang menyentuh satu partikel akan
mempengaruhi partikel yang lain. Berdasarkan sudut pandang teoritis maka
dapat dipahami bahwa semakin renggang kerapatan partikel sebuah medium
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 6/17
Hasil penelitian Iqbal (2003) dengan alat bantu SFS diperoleh hasil tangkapan
sebanyak 12 jenis dengan total berat 75,9 kg, sementara yang tanpa alat bantu
hanya 8 jenis dengan berat 56,6 kg. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan jumlah hasil tangkapan yang menggunakan alat bantu SFS
jauh lebih besar dari pada tanpa alat bantu, baik dari segi jenis ikan, jumlah ikan
maupun berat hasil tangkapan.
Lampu
Banyak faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha perikanan
light fishing diantaranya adalah : peman-tulan, penyerapan, refraction, extinction,
peristiwa lainnya dari cahaya yang dihasilkan oleh lampu yang mengenai
permukaan perairan (Ayodhyoa, 1976). Tak kalah pentingnya adalah faktor
disain, tata letak lampu dan penentuan lokasi dan faktor kesesuaian alat dengan
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 7/17
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 8/17
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 9/17
1800
Fish number (kg)
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Red
ta
.
p.
s
sp
.
sp
sp
sp
ep
ia
rs
o
er
br
us
ic
s
lig
la
ru
ng
fim
llig
on
Se
Lo
te
Yellow
lo
tre
uw
ap
la
la
el
as
ec
ts
el
in
Ka
in
Blue
rd
rd
Sa
Sa
Fish species
Gambar 2. Perbandingan jumlah hasil & jenis ikan hasil tangkapan pada warna
lampu berbeda.
Powe ace merupakan batterei kering, mempunyai ukuran yang relatif lebih
kecil dan lebih ringan dibandingkan dengan accu. Selain itu power ace juga
sudah dilengkapi dengan rangkaian khusus yang memungkinkan alat tersebut di
charge langsung pada sumber arus AC 220 volt. Berdasarkan data teknis, alat
tersebut dapat dipakai selama 10 hari terus menerus dalam sekali ckarge
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 10/17
3500
Fish number (kg)
3000
2500
2000 Dry battery
1500 Wet battery
1000
500
0
us
sp
ta
s
sp
.
sp
p
m
ia
m
ce
a
so
br
s
al
en
lig
gi
ru
hy
fim
th
Lo
n
ra
te
op
lo
ac
ap
hy
la
lla
en
br
el
Sp
ec
ne
in
m
er
rd
u
di
llig
cr
Sa
r
Sa
tr e
ar
as
l
Se
R
Fish species
Gambar 3. Perbandingan jumlah dan jenis ikan hasil tangkapan pada jenis
baterei yang berbeda.
Rumpon
Rumpon adalah suatu bangunan yang menyerupai popohonan yang
dipasang pada suatu tempat di tengah laut. Rumpon terdiri dari empat
komponen utama yaitu pelampung, tali jangkar, tali pengikat, atraktor dan
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 11/17
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 12/17
Terumbu Buatan
Terumbu karang sebagai suatu ekosistem alami, memiliki mfungsi dan
peranan yang penting bagi kehidupan hayati laut dan bagi kehidupan masyarakat
komunitas pantai. Selama ini terumbu karang dimanfaatkan secara semena-
mena menggunakan teknik pemanfaatan yang merusak dengan bahan-bahan
kimia, peledak dan ditambang untuk berbegai keperluan. Luas keseluruhan
terumbu karang Indenesia sekitar 7500 km2, pada saat ini diperkirakan sekitar
60% mengalami kerusakan, 33% masih bagus dan sisanya 7% sangat bagus
(Puslitbang Perikanan, 1994). Dengan demikian maka kondisi sekarang ini
dapat di prediksi luasan terumbu karang yang masih bagus tentunya akan
semakin menurun, mengingat penggunaan alat-alat illegal masih terus
digunakan.
Batasan terumbu buatan, adalah struktur atau kerangka yang sengaja
dipasangkan ke dalam laut yang ditujukan sebagai tempat berlindung dan habitat
bagi organisme laut, atau sebagai pelindung pantai. Fungsi utama dari terumbu
buatan adalah :
1. Menarik dan mengumpulkan organisme (ikan dan non-ikan) sehingga
lebih mudah dan efisien upaya penangkapannya; dan berguna juga
sebagai wisata bahari;
2. Melindungi organisme kecil, anakan ikan dan ikan muda terhadap
pemanenan dan penangkapan yang lebih dini;
3. Melindungi kawasan asuhan terhadap cara-cara pemanfaatan dan
penangkapan yang bersifat merusak;
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 13/17
PENGEMBANGAN
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 14/17
Penutup
SFS, lampu, rumpon dan terumbu buatan hanyalah sebagai alat bantu
dalam mengarahkan (mengusir/menarik) ikan ke arah jaring, sehingga ikan-ikan
terperangkap pada jaring. Keramahan alat terhadap terumbu karang tergantung
dari bagaimana nelayan menempatkan jaring di sekitar terumbu karang atau di
atas terumbu karang. Ukuran mata jaring juga sangat menentukan tingkat
selektivitas alat tangkap. Kaji tindak paket teknologi tersebut perlu dilakukan di
lapangan untuk dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi masing-masing lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Akamatsu, T., Nakamura, K., Miroi, H., and Watanabe, M. 1996. Effects of
Underwater Sounds on Escape Behaviour of Steller Sea Lions. Fisheries
Science, 62(4) : 503-510.
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 15/17
Arimoto, T., Choi, SJ., and Choi, Y.G. 1999. Trends and Perspectives for
Fishing Technology Research Towards the Sustainable Development. In
Proceeding of 5th International Symposium on Efficient Application and
Preservation of Marine Biological Resources. OSU National University,
Japan. Pp 135-144.
Haliapina, 1995. Struktur Komunitas, Komposisi Jenis dan Ukuran Ikan Karang
Yang Tertangkap Dengan Alat Mini Muro – Ami (Salibu) Berdasarkan
Daerah Penangkapan di Daerah Barru. Makassar.
Jennings, S., E.M. Grandcourt, N.V.C. Polunin. 1995. The effects of fishing on
the diversity, biomass and trophic structure of Seychelles’ reef fish
communities. Coral reef 14: 225-235.
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 16/17
Najamuddin dan A. Assir, 1993. Studi Penggunaan Lampu Neon dalam Air
dengan Daya yang Berbeda pada Perikanan Purse Seine di Laut Flores,
Sulawesi Selatan. Buletin Torani 3 (3): 74-88.
Najamuddin, Natsir Nessa, Mahfud Palo, Muh. Yusran, Metusalach dan Andi Assir.
1994. Studi Penggunaan Lampu Neon dalam Air dengan Warna yang
Berbeda pada Perikanan Purse Seine di Laut Flores, Sulawesi Selatan.
Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan II(7) : 68 - 84.
Lokakarya Agenda Penelitian, COREMAP II Kab Selayar, 9-10 Sept 2006 17/17