Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
INSTRUMENTASI
SENSOR BERAT
Oleh :
Tim Penyusun
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didunia industri tidak akan luput dari apa yang namanya sensor, sebab
umumnya industri-industri mempunyai sejumlah mesin-mesin produksi yang
serba otomatis yang digerakan oleh sensor-sensor tersebut sebagai pemberi sinyal
masukan untuk diproses lebih lanjut oleh bagian controler.
Pada sistem kontrol otomatis, sensor ini mutlak diperlukan karena sangat
menunjang untuk membantu/mengontrol gerakan-gerakan mesin agar mesin dapat
berjalan dengan sendirinya, tanpa banyak campur tangan manusia sehingga mesin
dapat bekerja secara efective dan efisien. Pada makalah ini kami akan membahas
lebih dalam mengenai sensor berat.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sensor berat.
2. Mengetahui jenis-jenis sensor berat.
3. Mengetahui aplikasi sensor berat
II. PEMBAHASAN
Pengertian Sensor
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang
mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan
dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari
sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran
listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan
besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem
pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer
Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada sebuah alat
lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser
dalam sebuah sistem pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem
pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.
1.1.1 Definisi-definisi
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang
berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari
perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi
biologi, energi mekanik dan sebagainya..
Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran,
kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor
cahaya, dan lainnya.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan
energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke
sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi
energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi
mekanik, dan sebagainya.
William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang
berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau
sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi.
Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik; tachometer, speedometer
untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas cahaya, dan
sebagainya.
1.1.2 Peryaratan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor
berikut ini : (D Sharon, dkk, 1982)
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah
secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara
kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan
sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya
dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan
dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 1.1 memperlihatkan
hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar
1.1(a). memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b).
adalah tanggapan non-linier.
Temperatur
(masukan)
Temperatur
(masukan)
1 1
0 10 0 10
Tegangan 0 Tegangan 0
(keluaran) (keluaran)
(a) Tangapan (b) Tangapan non
linier linier
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap
kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan
yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan
masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan
dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada
masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor
panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang
berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas
sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya
linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran
keseluruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih peka
pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat
tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen
dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri.
Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri.
Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu
terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 1.2(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam
satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000
siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah
secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”.
Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka
tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri,
karena ia bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.
Temperatu
Rata-
rata
r
50 50
40 Wakt 40
u
1 siklus 30
30
(a) Perubahan
(b) Perubahan cepat
lambat
Gambar 1.2 Temperatur berubah secara kontinyu (D. Sharon, dkk, 1982)
Strain adalah jumlah deformasi dari suatu bagian dalam kaitannya dengan
gaya. Secara rinci strain (e) digambarakn sebagai perubahan panjang, seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini.
“Strain Gauge” pertama kali ditemukan oleh Edward E. Simmons pada 1983
dalam bentuk foil logam yang bersifat insulif (isolasi) yang menempel pada benda
yang akan diukur tekanan beratnya. Secara prinsip apabila strain gauge diberi
tekanan maka tahanan listrik strain gauge akan berubah karena proses deformasi
pada strain gauge dengan besarnya perubahan tahanan listrik tersebut akan
mengikuti esarnya perubahan tekanan yang diterima strain gauge.
Elastisitas strain gauge erupakan perbandingan perubahan panjang terhadap
panjang mula – mula :
Parameter dasar dari strain gauge sensitivitas terhdap starin (tegangan), yan
dinyatakan besaranya sebagai faktor gauge. Faktor gauge merupakan
perbandingan fraksi perubahan resistansi (∆R) terhadap fraksi perubahan panjang
(strain), secara matematis ditulis sebagai berikut :
Gambar 3.1 Diagram blok pengolahan tegangan pada sistem timbang badan
3.2 Sensor berat dan tinggi badan
Pada sistem penimbang tinggi badan ujung-ujung kumparan geser diberikan
tegangan 5 volt sedangkan penggeser menggunakan batang ferit dimana titik
pergeseran ferit tersebut menghasilkan tegangan keluaran berdasar prinsip resistor
pembagi tegangan. Sehingga pada sistem pengukur tinggi badan ini menggunakan
prinsip rangkaian sebagai berikut :
Gambar 3.7
Rangkaian scanning seven segment katoda bersama IC ini masukannya
berupa bilangan biner 4-bit yang ditunjukkan pada oleh bilangan A,B,C,D. Pada
gambar 3.7 bilangan BCD tersebut dikodekan, maka hasilnya akan ditampilkan
pada tujuh segmen. Dua masukan lainnya yaitu masukan uji lampu yang berfungsi
untuk menguji apakah semua lampu segment beroperasi dengan memberi kondisi
rendah (active low). Selanjutnya masukan pengosongan dan pengosongan akan
mematikan semua segmen dan mengosongkan penampil hanya bila berisi 0.
Keduanya diaktifkan oleh masukan rendah (active low). Keluaran dari IC ini juga
merupakan keluaran yang aktif tinggi. Gambar 3.7 memperlihatkan sebuah
pendekode BCD ke tujuh segment digunakan untuk mengendalikan sebuah LED
tampilan tujuh segmen. Untuk menjelaskan rangkaian ini, kita anggap bahwa
masukan BCD adalah D=0, C=1, B=0, A=1, yang berarti BCD untuk 5. Dengan
masukan–masukan ini, keluaran dekoder atau penggerak a,f,g,c,d akan digerakkan
dengan logika tinggi (High) memungkinkan arus melalui bagian LED a,f,g,c, dan
d; yang akan menampilkan angka 5, keluaran b dan e akan low (open), sehingga
bagian LED b dan e tidak menyala.. Karena keluaran dari IC ini aktif tinggi maka
digunakan tujuh segment katoda bersama.
Perancangan sistem software
Pada sistem perangkat lunak ini berisi tahap-tahap perancangan program
pada mikrokontroller AT89C51. Dimana didalam IC program ini merupakan otak
dari sistem yang ingin daijalankan pada perancangan alat timbangan digital ini.
Untuk merancang suatu pengalamatan program terlebih dahulu harus disisun
suatu diagram alir agar pengalamatan program terorganisir dengan baik
didalamnya. Diagram alir dalam perancangan sofware ini sebagai berikut :
Gambar 3.8 Diagram alir perancangan software.
Pada diagram alir diatas terdapat beberapa instruksi yang harus dipilih oleh
operator penimbang. Saklar mode dimaksudkan untuk memilih jenis pengukuran
yang ingin dilakukan (berat atau tinggi), pada sistem ini untuk membedakan mode
pengukuran berat dilakukan dengan menghubungkan dengan ground pada saklar
yang terhubung dengan port P1.0. Sedangkan untuk pengukuran tinggi badan
dilakukan dengan menguhubungkan dengan VCC pada saklar yang terhubung
dengan port P1.0 tersebut.
Setelah mode dipilih ADC akan membaca besaran masukan baik berat
maupun tinggi untuk dialamatkan pada mikrokontroller AT89C51. Pada IC
program ini dilakukan pengolahan data biner tersebut menjadi alamat suara dan
alamat BCD untuk mengaktifkan sevensegment. Pengalamatan suara
diterjemahkan melalui ISD 1420 menjadi output suara yang terangkai berdasar
alamat masukannya. Data yang dihasilkan oleh suara ataupun seven segment ini
merupakan data pengukuran yang dilakukan. Untuk melakukan pengukuran lagi
dilakukan dengan menekan saklar mode pengukuran kembali yang sekaligus
sebagai reset dari sistem yang telah dilakukan.
1.3 Aplikasi Sensor Berat
Aplikasi sensor berat dan pengontrolan motor servo pada robot pembuat
kopi otomatis berbasis mikrokontroler avr atmega 8535.
Robot banyak digunakan dalam kebutuhan sehari-hari, baik di industri
maupun di rumah tangga, salah satunya difungsikan sebagai pembuat kopi
otomatis. Adapun tujuan dari pembuatan robot pembuat kopi otomatis adalah
untuk mengetahui prinsip kerja sensor berat yang merupakan input dari
mikrokontroler AVR ATMega 8535, serta mempelajari prinsip kerja motor servo
sebagai penggerak yang merupakan output dari mikrokontroler AVR ATMega
8535. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa beban dari berat dapat mengubah
nilai tegangan pada sensor berat. Dari hasil deteksi sensor berat akan menuju ke
mikrokontroler AVR ATMega 8535 yang akan mengeksekusi input sensor berat
agar memerintahkan robot untuk bergerak. Dari data tersebut dapat dianalisa
bahwa semakin besar berat yang dideteksi maka semakin besar nilai tegangan
yang dihasilkan. Kesimpulan dari proyek akhir ini bahwa sensor berat dapat
mendeteksi berat dengan pengubahan sifat mekanis (tekanan) menjadi energi
listrik. Pada saat sensor berat belum mendeteksi berat (0 gram) maka tegangannya
sebesar 0,2 volt, pada saat mendeteksi berat cangkir (200 gram) maka tegangan
sebesar 1 volt sedangkan pada saat mendeteksi berat cangkir dengan penambahan
berat air (400 gram) maka tegangan sebesar 2,2 volt.
Aplikasi lain dari sensor berat antara lain:
a. Timbangan digital
b. Timbangan berat badan
c. Timbangan per
d. Alat pelengkap robot
e. Penyortir buah
f. Pengatur pemasukan batubara pada mesin pembersih/penghancur
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sensor berat adalah suatu alat yang dapat mendeteksi berat dan kemudian
diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Sensor berat ini termasuk bagian dari
sensor mekanis.
2. Sensor berat terbagi dari load cell dan strain gauge.
3. Aplikasi sensor berat salah satunya adalah pengontrolan motor servo pada
robot pembuat kopi otomatis berbasis mikrokontroler avr atmega 8535.
Timbangan digital, timbangan berat badan, timbangan per, alat pelengkap
robot, penyortir buah, pengatur pemasukan batubara pada mesin
pembersih/penghancur.
DAFTAR PUSTAKA
Couch. Leon W., 1997, Digital and Analog Communication Systems, Prentice
Hall International Inc.
http://id.mt.com/id/en/home/products/Industrial_Weighing_Solutions/load_cells_a
nd_weigh_modules.html?sem=08010123. Diakses tanggal 7 April 2011
http://id.mt.com/id/en/home/products/Industrial_Weighing_Solutions/load_cells_a
nd_weigh_modules/s_cells_tension_cells.html. Diakses tanggal 7 April
2011
http://id.mt.com/id/en/home/products/Industrial_Weighing_Solutions/load_cells_a
nd_weigh_modules/canister_ring_LC.html. Diakses tanggal 7 April 2011
http://id.mt.com/id/en/home/products/Industrial_Weighing_Solutions/load_cells_a
nd_weigh_modules/double_ended_beam.html. Diakses tanggal 7 April
2011