V Tinjauan dasar anastesi adalah menetapkan keadaan nyaman, tenang, dan stabilitas fisiologis yang reversible pada pasien sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan suatu prosedur, yang mana tanpa terciptanya keadaan tersebut, Prosedur akan menyakitkan, menakutkan dan membahayakan. 2. 2nastesi Umum 1. 2nastesi inhalasi 2. 2nastesi intravena B. 2nastesi Lokal V anastesi umum : hilangnya kesadaran yang ditunjukkan oleh deskripsi singkat singkat yang membangkitkan gambat, memori, atau perasaan kuat, mengantuk. V anastesi lokal : bekerja memblok konduksi sinyal di sekitar saraf V !bat ² obat ini digunakan untuk menekan SSP sampai ke suatu tingkat memadai untuk memungkinkan dilakukannya pembedahan dan prosedur lain yang berbahaya atau tidak menyenangkan. V !bat ² obat ini memiliki index terapi rendah / sempit V Bekerja dengan target utama adalah kanal ion bergabung ligan yaitu kanal Cl yang digerbangi oleh neurotransmiter inhibitor G2B2. 1. Stadium I ( St. analgesia) 2. Stadium II (St. Eksitasi) 3. Stadium III (St. !perasi) 4. Stadium IV ( St. Paralisis) V ¢ulai sakit dari induksi sampai hilangnya kesadaran V Walaupun disebut stadia analgesia, tapi sensasi terhadap rangsang sakit tidak berubah, biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa dilakukan V Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata. V ¢ulaidari akhir stadium I dan ditandai dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya, pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi, tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata. dari akhir stadium II, dimana V ¢ulai pernapasan mulai teratur. V ¢ulaidari kegagalan pernapasan yang kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi 2nastesi umum menghasilkan 2 efek fisiologis pada tingkat seluler.
1. dapat menghiperpolarisasi neuron.
2. memiliki efek besar pada fungsi sinaps yang meminimalkan pembangkitan potensial aksi. V Pada konsentrasi klinis : kepekaan reseptor G2B22 terhadap G2B2, sehingga meningkatkan neurotransmisi inhibitori dan menekan aktivitas sistem saraf. V Tdk ada anastesi umum yang berkompetisi dengan G2B2 untuk tempat ikatannya V ¢imetik2 G2B2 itu sendiri yang dapat menghasilkan ketidaksadaran V reseptor G2B2 adalah kanal ion bergabung ligan termasuk glisin dan 2ch nikotinik V anastesi umum yang tidak memiliki efek bermakna terhadap reseptor G2B2 atau glisin adalah ketamin, xenon, dan dinitrogen oksida V senyawa ini bekerja pada reseptor N¢ 2 dengan cara menghambat N¢ 2 V N¢ 2 adalah kanal kation bergerbang glutamat aspartat yang agak selektif u/Ca dan terlibat dalam modulasi respon sinaps jangka panjang. V !nset lambat V Tidak menyenangkan untuk pasien 1. Saluran kalium yang penting dalam mengatur potensial membran istirahat 2. ¢enghiperpolarisasi neuron 3. ¢ekanisme molekular yang terlihat dalam pelepasan neurotransmiter V !nset lebih cepat V Lebih menyenangkan untuk pasien V iberikan intravena V Golongan barbiturat (tiopental), ketamin, fentanil, etomidat, propofol & benzodiazepin (diazepam, midazolam). V thiopental V tiamal V metoksiheksital V iazepam V Lorazepam V midaksolam V fentanil V morfin V etomidat V ketamin V propofol V mencegah atau mengurangi nyeri dengan memutuskan konduksi saraf. V sasaran utama adalah ion Na+ dan protein membran V mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf V memblok konduktansi dengan mengurangi atau mencegah peningkatan yang tinggi pada permeabilitas membran yang dapat tereksitasi oleh Na+ yang secara normal dihasilkan oleh depolarisasi membran V ãerjaanastesi lokal disebabkan o/ interaksi langsung dengan kanal Na atau menutup kanal. V secara umum kerjanya terbatas pada tempat pemberian V digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi yang sesuai, anastesi lokal memblok secara reversibel potensial aksi yang menyebabkan konduksi saraf reversibel pada konsentrasi V ãerjanya yang sesuai secara klinis V Penggunaannya diikuti dengan pemilihan fungsi saraf secara sempurna tanpa bukti adanya kerusakan pada serabut atau sel saraf