Anda di halaman 1dari 10

c

A = contract ulcers,
B = Abses parafaringeal
C = abses peritonsiler
D = barotitis media
E = deviasi septum
F = faringitis
G = kanker laring
H = kanker leher dan kepala
I = kanker leher metastatik
J = kanker nasofaring
K = kanker tonsil
L = laryngitis,
M = neuronitis vestibularis
N = osteosklerosis
O = otitis media akut
P = meniere
Q = tonsillitis
R = tumor syaraf pendengaran
S = vertigo postular
T = sinusitis maksilaris
U = sinusitis frontalis
V = sinusitis etmoidalis
W = sinusitis sfenoidalis
ï    
  
Otitis Eksterna Sirkumskripta terjadi karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel (bisul). Kuman penyebabnya bisanya Stapylococcus aureus
atau Stapylococcus albus.
Gejala Klinis:
1. Adanya benjolan di telinga
2. Telinga nyeri
3. Nyeri saat membuka mulut
4. Pendengaran berkurang

ï     


Otitis Eksterna Difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Infeksi ini juga dikenal
dengan nama "swimmer ear". Bisanya terjadi pada cuaca yang panas dan lembab. Danau, laut, dan kolam
renang pribadi merupakan sumber potensial untuk infeksi ini. Kuman penyebabnya bisanya golongan
Pseodomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab adalah Stapylococcus albus, Escheria koli dan
sebagainya.
Gejala Klinis:
1. Adanya benjolan di telinga
2. Telinga nyeri
3. Pendengaran berkurang
4. Telinga terasa ada cairan
5. Nyeri saat membuka mulut

ï  
Otomikosis yaitu infeksi pada liang telinga yang diakibatkan karena jamur. Dua jenis jamur yang paling
sering ditemukan pada tempat ini adalah Pityrosporium dan Aspergillus (A. niger, A. flavus).
Gejala Klinis:
1. Telinga terasa gatal
2. Telinga terasa penuh

ï      


Otitis Eksterna Maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut difus di liang telinga luar. Bisanya terjadi
pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Bila pada Otitis Media peradangan hanya terbatas pada
kulit, pada Otitis Eksterna Maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dank e
organ sekitarnya.
Gejala Klinis:
1. Telinga bengkak
2. Telinga terasa gatal
3. Telinga nyeri
4. Telinga terasa ada cairan
a     
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila
perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba.
Gejala Klinis:
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga nyeri
3. Telinga terasa ada cairan
4. Telinga berdenging
5. Adanya perasaan berputar (pusing)

ï    ï


Otitis Media Akut terjadi karena fungsi Tuba Eustachius terganggu yang mengakibatkan pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan. Dikatakan juga, pencetus terjadinya OMA karena infeksi saluran nafas atas.
Gejala Klinis:
1. Demam
2. Telinga nyeri
3. Batuk
4. Hidung keluar ingus
5. Badan terasa lesu
6. Pendengaran berkurang
7. Telinga terasa penuh

ï   
 ï

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah.
Gejala Klinis:
1. Telinga terasa ada cairan
2. Telinga keluar nanah
3. Telinga berdenging
4. Pendengaran berkurang

ï   
  
Otitis Media Serosa Akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
diakibatkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain oleh sumbatan tuba
yang secara tiba-tiba seperti pada Barotraoma, infeksi virus pada jalan napas, adanya alergi pada jalan napas
atas dan oleh adiopatik.
Gejala Klinis:
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga terasa penuh
3. Suara sendiri terdengar berbeda
4. Telinga nyeri
5. Telinga terasa ada cairan
6. Telinga berdenging
7. Adanya perasaan berputar (pusing)

ï   
   
Batasan antara kondisi Otitis Media Serosa Akut dan Otitis Media Serosa Kronik hanya pada cara
terbentuknya sekret. Pada Otitis Media Serosa Akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan
disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa
nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Gejala Klinis:
1. Telinga keluar nanah
2. Telinga tidak dapat mendengar sama sekali (tuli)

ï 
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki
stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik.
Gejala Klinis:
1. Telinga berdenging
2. Pendengaran berkurang
3. Adanya perasaan berputar (pusing)
4. Telinga tidak dapat mendengar sama sekali (tuli)
5. Pendengaran lebih baik pada ruangan bising


Meniere merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu berdiri tegak. Penyakit
Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Penyakit ini ditemukan
oleh Maniere pada tahun 1861 dan dia yakin bahwa penyakit ini barada di dalam telinga. Sedangkan pada
waktu itu para ahli banyak menduga penyakit itu berada pada otak. Pendapat Maniere dibuktikan oleh
Hallpike dan Cairn tahun 1938 dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal
pasien Meniere.
Gejala Klinis:
1. Merasa berputar tiap kali berdiri
2. Mual dan muntah
3. Telinga terasa penuh
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga berdenging

  


Polip nasi adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat dan
lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung cairan.
Ada tiga factor terjadinya polip yaitu : adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidungdan
sinus, adanya gangguan keseimbangan vasomotor, dan adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan
edema mukosa hidung.
Gejala Klinis:
1. Terasa ada benjolan di hidung
2. Hidung tersumbat
3. Hidung keluar ingus
4. Gangguan mencium bau
5. Nyeri pada muka

 
 
Septum adalah pembatas lubang hidung kiri dan kanan, merupakan kerangka penunjang yang dilapisi oleh
selaput lendir dan sebagian besar terdiri dari tulang rawan (kartilago). Diperkirakan 80% dari septum
terletak menyimpang dari garis tengah, dan hal ini seringkali tidak diperhatikan. Bentuk septum normal
adalah lurus ditengah rongga hidung. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi
apabila deviasi cukup berat maka akan menyebabkan penyempitan pada salah satu sisi hidung. Dengan
demikian dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.
Gejala Klinis:
1. Hidung bengkok (menyerupai huruf "S" atau "C")
2. Hidung tersumbat
3. Nyeri kepala
4. Nyeri sekitar mata
5. Gangguan mencium bau
6. Sukar bernafas

¢ 
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact
Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, hidung keluar ingus (rinore),
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh lg E.
Gejala Klinis:
1. Bersin-bersin
2. Hidung tersumbat
3. Hidung keluar ingus
4. Hidung terasa gatal
5. Mata gatal dan berair

¢    


Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebkan
oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Keseimbangan vasomotor dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berlangsung temporer seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani
dan sebagainya. Pada pasien Rinitis Vasomotor mekanisme pengatur ini hiperaktif dan cenderung saraf
parasimpatis lebih aktif.
Gejala Klinis:
1. Hidung tersumbat pada pagi hari
2. Hidung keluar ingus

    
Sinisitis Maksilaris biasanya menyusul suatu infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik,
benda asing, dan deviasi septum merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan.
Gambaran radiologik Sinusitis Maksilaris mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya diikuti
opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yng
memenuhi sinus.
Gejala Klinis:
1. pipi atau kelopak mata bawah bengkak
2. Nyeri gigi
3. Demam
4. Nyeri kepala

    


Sinusitis Etmoidalis terisolasi lebih lazim pada anak, sering kali bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Pada
orang dewasa sering bersama-sama dengan Sinusitis Maksilaris serta dianggap sebagai penyerta Sinusitis
Frontalis yang tidak dapat dielakkan.
Gejala Klinis:
1. Nyeri pangkal hidung
2. Nyeri sekitar mata
3. Nyeri pada pelipis
4. Demam
5. Hidung tersumbat

   
Sinusitis Frontalis hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior. Sinus Frontalis
berkembang dari sel-sel udara etmoidalis anterior dan duktus nasalis frontalis yang berlekuk-lekuk berjalan
amat dekat dengan sel-sel ini.
Gejala Klinis:
1. Nyeri pada dahi
2. Dahi dan kelopak mata atas bengkak
3. Demam
4. Nyeri kepala

  
 
Sinusitis Sfenoidalis terisolasi amat jarang. Sinusitis ini dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke
verteks kranium. Namun penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis.
Gejala Klinis:
1. Nyeri di belakang bola mata
2. Demam
3. Nyeri kepala

  
Sinusitis Kronis berbeda dari Sinusitis Akut dalam berbagai aspek, umumnya Sinusitis Kronis sukar
disembuhkan dengan Pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan faktor
predisposisinya. Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung.
Perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa
hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi kronis apabila pengobatan pada Sinusitis Akut
tidak sempurna.
Gejala Klinis:
1. Hidung keluar ingus
2. Tenggorokan gatal
3. Pendengaran berkurang
4. Nyeri kepala
5. Batuk

    


Karsinoma Nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak yang ditemukan di
Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan Karsinoma Nasofaring. Sudah hampir
dapat dipastikan bahwa penyebab Karsinoma Nsofaring adalah virus Epstein-Barr karena pada semua pasien
nasofaring didapatkan titer anti-virus EB yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat,
pasien tumor ganas leher dan kepala lainnya, tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring
yang lain sekalipun.
Gejala Klinis:
1. Hidung keluar darah
2. Adanya benjolan di leher
3. Hidung keluar ingus
4. Hidung tersumbat
5. Telinga berdenging
6. Telinga nyeri

   
Faringitis Akut dapat menyerang semua umur. Penyebab terbanyak radang pada faring adalah kuman
golongan Streptokokus ?hemolitikus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes.
Gejala Klinis:
1. Nyeri saat menelan
2. Nyeri tenggorokan
3. Batuk
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Suara parau
7. Leher bengkak

h  
Radang aku tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus ? hemolitikus, Pneumokokus, Streptokokus
viridian dan Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfornuklear sehingga terbentuk detritus.
Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Telinga nyeri
4. Nyeri sendi-sendi
5. Demam
6. Badan terasa lesu
7. Nafas bau

  !


Abses Peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi Tonsillitis Akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab Tonsilitis.
Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Telinga nyeri
4. Nyeri sendi-sendi
5. Demam
6. Badan terasa lesu
7. Nyeri saat membuka mulut
8. Mual dan muntah
9. Suara sengau
10. Nafas bau
11. Ludah banyak

¢  


Abses Retrofaring biasanya ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun. Hal ini terjadi karena pada
usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa masing-masing 2-5 buah pada sisi kanan dan kiri.
Kelenjar ini menampung aliran limfa dari hidung, sinus paranasal, nasofaring, faring, tuba Eustachius dan
telinga tengah. Pada usia di atas 6 tahun kelenjar limfa akan mengalami atrofi.
Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Demam
4. Nyeri leher
5. Leher kaku
6. Sukar bernafas

r  h  


Penyakit Laringitis Tuberkulosis hampir selalu sebagai akibat tuberkulosis paru. Sering sekali setelah diberi
pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi Laringitis Tuberkulosisnya menetap. Hal ini terjadi karena
struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru sehingga
bila infeksi sudah mengenai kartilago pengobatannya akan menjadi lama.
Gejala Klinis:
1. Keluar keringat pada malam hari
2. Demam
3. Tenggorokan terasa tertekan, panas dan kering
4. Suara parau
5. Nyeri saat menelan
6. Batuk
7. Sukar bernafas

 r 
Sumbatan Laring dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya radang akut dan radang kronis, benda
asing, trauma akibat kecelakaan, tumor laring, atau kelumpuhan nervus rekuren bilateral. Prinsip
penaggulangan Sumbatan Laring adalah dengan menghilangkan penyumbatan dengan cepat atau membuat
jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi.
Gejala Klinis:
1. Suara serak
2. Sukar bernafas
3. Nafas berbunyi ketika menarik nafas
4. Ada cekungan di pangkal leher ketika menarik nafas

 r "
Angina Ludovici adalah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa
pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses sehingga keras pada perabaan
submandibula.
Gejala Klinis:
1. Dasar mulut bengkak
2. Nyeri leher
3. Nyeri tenggorokan
4. Demam

r   
Penyalahgunaan suara, inhalasi uap toksik, dan infeksi menimbulkan Laringitis Akut. Infeksi biasanya
bisanya tidak terbatas pada laring, namun merupakan suatu pan-infeksi yang melibatkan sinus, telinga, lating
dan bronkus. Virus influenza, adenovirus, dan steptokok merupakan organisme penyebab yang tersering.
Gejala Klinis:
1. Nyeri saat menelan
2. Suara serak
3. Badan terasa lesu
4. Demam
5. Batuk

   
Abses Parafaring terjadi karena ruang parafaring mengalami infeksi. Infeksi ini biasa terjadi akibat tusukan
jarum yang telah terkontaminasi kuman pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia atau penjalaran
infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, atau submandibula.
Gejala Klinis:
1. Leher kaku
2. Nyeri leher
3. Demam
4. Suara sengau
5. Nyeri saat menelan

h     
Penyebab Tumor Ganas Esofagus sampai saat ini belum diketahui. Beberapa faktor yang erat hubungannya
dengan timbulnya Tumor Ganas Esofagus adalah makanan yang mengandung zat bersifat karsinogenik
misalnya nitrosamin, alkohol, tembakau, dan makanan yang telah berjamur.
Gejala Klinis:
1. Suara parau
2. Nyeri saat menelan
3. Sukar bernafas
4. Batuk
5. Nyeri punggung

Anda mungkin juga menyukai