Bab Komer
Bab Komer
PENDAHULUAN
1
1. Faktor metalurgi (berhubungan dengan nature dari materialnya
2. Faktor termodinamika (berkaitan dengan tingkat energi internal dan
eksternal)
3. Faktor Lingkungan (berkaitan dengan jenis media)
4. Faktor fisik (berkaitan dengan bebtuk dan sifat fisiknya) dan,
5. Faktor kimia (berkaitan dengan komposisi kimia)
Salah bentuk korosi yang terjadi pada logam adalah korosi merata. Yaitu
jenis korosi yang menyerang seluruh permukaan logam dan terlokalisasi merata
hampir ke semua bagian logam yang terpapar atau terbuka ke lingkungan dan
berlangsung dengan laju yang hampir sama. Jenis korosi ini semestinya tidak
berbahaya, karena dalam kenyataanya korosi ini terlihat secara visual dan hanya
dipermukaan tidak sampai ke struktur dalam suatu material, sehingga dapat
dilakukan suatu tindak lanjut guna menangani korosi yang tampak ini.
Dengan terfokus pada pengamatan korosi ini setidaknya dapat memberikan
gambaran pada praktikan proses sebenarnya dari korosi merata ini, yang tentunya
dengan memperhatikan gejala–gejala yang terjadi guna menganalisis segala hal
yang berhubungan dengan korosi ini secara berkelanjutan.
2
Penulisan dalam laporan praktikum ini berisi 5 bab, antara lain : Bab I
Pendahuluan membahas tentang latar belakang, tujuan percobaan dari praktikum
ini, ruang lingkup percobaan dari praktikum ini dan sistematika penulisan dari
praktikum ini. Bab II tinjauan pustaka membahas tentang teori pendukung
percobaan. Bab III Metode Penelitian membahas tentang diagram alir percobaan,
alat dan bahan, dan prosedur percobaan. Bab IV data percobaan dan pembahasan
berisi tentang data hasil percobaan yang telah dilakukan dan setelah itu dilakukan
analisa dalam pembahasan. Bab V berupa kesimpulan membahas tentang inti dari
praktikum yang dilakukan. Daftar Pustaka membahas tentang referensi buku
acuan yang digunakan praktikan dalam menyusun laporan ini. Serta lampiran
berupa contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, dan gambar alat serta
bahan dan blanko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Korosi
Korosi secara umum merupakan Degradasi logam atau kerusakan material
padat karena lingkungannya. Lingkungan yang dapat menimbulkan proses korosi
pada material padat, lingkupnya sangat luas, misalnya lingkungan laut,
lingkungan bawah tanah, lingkungan suhu tinggi, lingkungan mekanik dan lain
sebagainya. [Deny Jones.1992]
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan
dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam
besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak
faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda
bila masih bersih dari oksida. Korosi merupakan penurunaan kualitas yang
disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat
di alam.
Laju korosi bergantung pada suhu, konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula
partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti tegangan.
Korosi dapat dianggap sebagai proses balik dari pemurnian logam atau ekstraksi.
Pada umumnya logam yang terdapat di alam berbentuk senyawa, seperti senyawa
oksida, sulfida, karbonat dan silikat. Energi logam sangat rendah dalam bentuk
senyawa. Sedangkan dalam keadaan unsur tunggal, logam mempunyai
ketidakstabilan sehingga energinya (energi potensial) sangat besar. Unsur-unsur
4
logam bersenyawa dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan dengan
melepaskan energi. Misalkan untuk mereduksi besi oksida yang terdapat di alam
menjadi unsur (bahan) besi dibutuhkan energi termal. Dengan demikian, keadaan
unsur besi tersebut mempunyai energi yang tinggi. Oleh karena itu, secara spontan
logam besi akan bereaksi kembali dengan oksigen yang terdapat di alam
membentuk besi oksida
Ditinjau dari tampilan visual maupun tampilan secara mikro, bentuk-bentuk
korosi dapat dilihat pada gambar 1, berdasarkan tampilan visual maupun tampilan
mikro bentuk-bentuk korosi dapat diklasifikasikan atas:
1) Grup I: Bentuk korosi yang mampu diidentifikasi dengan mata telanjang,
misalnya korosi merata (uniform corrosion), korosi sumuran (pitting
corrosion), korosi celah (crevice corrosion), dan korosi dwi logam atau
galvanis (galvanic corrosion).
2) Grup II: Bentuk korosi yang dapat diamati dengan bantuan alat speksial,
misalnya korosi erosi (erosion corrsion), korosi kavitasi (cavitation
corrosion), korosi gesekan (fretting corrosion), dan korosi batas butir
(intergranular corrosion).
3) Grup III: Bentuk korosi yang hanya dapat diamati secara mikroskopik,
misalnya exfoliation, dealloying, stress corrosion cracking, dan fatigue
corrosion .
5
Gambar 1. Bentuk-bentuk korosi berdasarkan tampilan visual dan mikro
6
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali
dengan pembentukan lapisan pasif di permukaannya, pada antar muka lapisan
pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif
secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi
korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya
sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan (struktur) patah
mendadak.
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme tejadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi
merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi
oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) didalam celah habis, sedangkan oksigen(O2)
didalam celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan
dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam didalam celah menjadi
anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
Korosi retak tegang, korosi retak fatik, dan korosi akibat pengaruh hidrogen
adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh
lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami
tegangan tarik statis di lingkungan tertentu, seperti baja tahan karat sangat rentan
terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutkan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan berulang
di lingkungan korosif, sedangkan korosi akibat pengaruh hidrogen terjadi karena
berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan. Korosi intergranular adalah
bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur
logam di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik
apabila diberi perlakuan panas.
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali
dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu
yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada
7
logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang
yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam besi tuang
akan menyebabkan paduan tersebut menjadi berpori dan lemah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
Kombinasi antara fluida yang korosif dan kecepatan aliran yang tinggi
menyebabkan terjadinya korosi erosi, seperti pada pipa baja yang digunakan untuk
mengalirkan uap yang mengandung air. Pengukuran laju korosi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Pengukuran yang paling sederhana biasanya dilakukan
dengan cara mengukur kehilangan logam (berdasarkan perbedaan berat).
Meskipun demikian beberapa metode pengukuran laju korosi yang dapat
diterapkan antara lain adalah dengan mengukur ion logam yang terdapat di
lingkungan, mengukur konduktivitas lingkungan, mengukur berat jenis
lingkungan atau berdasarkan reaksi dengan metode elektrokimia.
Begitu banyak bentuk-bentuk korosi yang dapat terjadi, oleh karena itu korosi
harus dikenali dengan baik untuk dikendalikan. Sehingga diharapkan dapat
meningkatkan umur (life time) peralatan yang digunakan dan dapat menghindari
terjadinya akibat kegagalan material.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Logam berlaku sebagai sel yang
memberikan elektron atau anoda dan lingkungannya sebagai penerima elektron
atau katoda .
8
umumnya korosi merata ini tidak mempunyai sifat protektif mandiri yang baik,
sehingga mekanisme korosi di semua tempat berlangsung tanpa hambatan yang
berarti. Sebagai contoh korosi merata pada baja karbon rendah dalam larutan
berair, mekanismenya dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
1. Pada awalnya ada interaksi antara larutan berair dengan permukaan baja
yang bebas membentuk sel korosi mikro yang bersifat elektrokimia,
dimana butir kristal logam akan bertindak sebagai katoda karena
mempunyai energi yang relatif lebih rendah daripada unsur karbon atau
senyawa karbida dibatas butir.
2. Reaksi elektrokimia lebih lanjut akan terjadi antara butir kristal sebagai
anoda karena mempunyai energi yang lebih tinggi daripada produk korosi
tahap pertama.
3. Produk korosi yang sifatnya tidak melekat pada permukaan logam dasar,
akan mengakibatkan reaksi korosi secara elektrokimia berlangsung
berkelanjutan.
Kerugian korosi merata ini besar karena jumlah logam yang terkorosi besar,
sedangkan keuntungannya adalah mudah dilihat secara visual dan umur logam
mudah ditentukan sehingga korosi ini mudah dikendalikan.
9
Gambar 3. Tampilan korosi merata [Sumber : www.corrosion-
club.com/uniform.htm, 2 Desember 2010. 20.00]
10
misalnya ada suatu lapis penghalang, reaksi dikendalikan oleh faktor ini (anodic
control).
Produk proses anoda dan katoda sering bereaksi lebih lanjut menghasilkan
produk korosi yang kelihatan misalnya: ion hydroxyl pada reaksi katoda (2) dalam
perjalanannya bertemu dengan ion ferrous, bersatu membentuk ferrous hydroxide
yang selanjutnya bereaksi dengan oksigen dalam larutan membentuk ferric
hydroxide.
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut
semakin mudah teroksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam
deret volta, maka logam tersebut semakin mudah tereduksi. Oleh karena itu, untuk
melindungi suatu logam dari reaksi oksidasi (perkaratan) maka logam tersebut
perlu dihubungkan dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut
dalam deret volta atau disebut sebagai perlindungan katodik. Larutan garam suatu
logam yang berada di bagian kiri dapat bereaksi dengan logam yang berada di
bagian kanan. Contohnya larutan FeCl3 (feri chloride) boleh mengikis Cu (copper
atau tembaga). Berikut ini adalah cara-cara mengendalikan korosi merata.
11
1. Seleksi material yang tepat
Langkah awal yang paling umum dilakukan dalam usaha pengendalian
korosi merata adalah seleksi material atau paduan yang paling sesuai untuk
lingkungannya. Dalam langkah ini, kita harus mengetahui ketahanan korosi
logam-logam yang sering digunakan dan sifat-sifat logam dalam lingkungan
yang lebih spesifik, misalnya dalam lingkungan asam anorganik, asam
organik, basa, dan beberapa lingkungan lainnya. Untuk mengetahui hal
tersebut kita dapat melihat literatur-literatur yang telah ada.
Perlu diingat bahwa kecepatan korosi hanya salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan material. Dalam bidang perekayasaan sifat
mekanis benda kerja umumnya merupakan pembata utama pemilihan material
atau paduan. Oleh karena itu, biasanya dalam bidang perekayasaan sukar
mendapat benda kerja yang mempunyai ketahanan korosi yang tinggi dalam
lingkungannya.
Penambahan unsur paduan dalam rangka meningkatkan ketahanan
korosi mungkin dilakukan dengan membuat logam menjadi pasif, bersifat
lebih katodik, netral atau bahkan lebih protektif dengan menambahkan
inhibitor.
2. Rancangan benda kerja
Rancangan benda kerja harus memperhatikan segi kekuatan dan
kemungkinan pembentukannya dilakukan bersamaan dengan pengendalian
korosinya karena biaya pengendalian korosi akan tergantung dari hasil
rancangan. Dalam pengerjaan rancangan benda kerja perlu diperhatikan
pembatas-pembatas agar kecenderungan korosi dapat diminimumkan. Salah
satunya adalah dengan menyederhanakan bentuk benda kerja.
3. Alterasi lingkungan
Pengaturan lingkungan dapat mengurangi kecepatan korosi. Bentuk-
bentuk alterasi lingkungan korosif yang sering dilakukan adalah dengan
menurunkan temperatur, menurunkan kecepatan aliran, penghilangan oksigen
atau oksidatoir lainnya atau dengan memperkecil konsentrasi ion-ion agresif
seperti eliminasi ion khlorida. Selain itu, penambahan inhibitor juga termasuk
alterasi lingkungan.
12
4. Inhibitor
Inhibitor adalah suatu zat yang bila ditambahkan dalam jumlah yang kecil
kedalam lingkungan korosif, akan menghambat atau menurunkan kecepatan
korosi. Macam-macam inhibitor antara lain adalah inhibitor katodik, inhibitor
anodik dan inhibitor campuran.
a. Inhibitor anodik
Anion inhibitor berpindah ke anoda dan membentuk lapisan pasif
yang menghambat terjadinya reaksi anodik. Contohnya: khromat,
nitrit, silikat, benzoat dan lain-lain.
b. Inhibitor katodik
Kation inhibitor berpindah ke katoda dan membentuk lapisan pasif
yang menghambat terjadinya reaksi katodik. Contohnya: Ca(HCO3),
ZnSO4, poliphospat dan lain-lain.
c. Inhibitor campuran
Inhibitor ini berfungsi untuk menghambat reaksi katodik dan anodik.
Contohnya: arsenat, triazols, selenat dan lain-lain.
5. Proteksi katodik dan anodik
Proteksi katodik adalah penurunan potensial antar muka ke daerah imun
(ke daerah lebih katodik) dapat dilakukan dengan menghubungkan benda
kerja dengan anoda korban (sacrificial anode) atau dengan memberikan arus
yang dipaksakan (impress current)
6. Pelapisan
Guna mencegah kontak antara logam dengan lingkungannya, sering
digunakan pelapisan pada permukaan logam dengan bahan metalik, anorganik
ataupun organik yang relatif tipis. Beberapa cara pelapisan yang umum
dilakukan yaitu :
a) Pelapisan logam: elektrodeposisi, penyemprotan logam dengan nyala
api (flame spraying), pelapisan logam mekanik (cladding), pelapisan
dengan pencelupan (hot dipping), dan depresi dari uap logam
b) Pelapisan anorganik : penemprotan, difusi atau konversi kimia
c) Pelapisan organik : pengecatan, pelapisan dengan vernish dan
lacquer.
13
Khusus pelapisan dengan bahan logam dan anorganik, harus di lakukan
selengkap mungkin sehingga terhindar dari keadaan porous (berpori) atau
cacat-cacat pelapisan lainnya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
14
15
Dari percobaan yang telah dilakukan, penulis dapat menggambarkan
diagram alir (flowchart) percobaan korosi merata sesuai percobaan yang telah
dilakukan di laboratorium metalurgi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
gambar 4.
Literatur
Pembahasan
15
Kesimpulan
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
16
Tabel dibawah ini menggambarkan tentang proses terjadinya korosi pada 4
batang paku logam dengan berbagai kondisi yang berbeda. selama 3 hari
pengamatan, didapat hasil seperti tabel di bawah ini.
17
tebal. namun ujung
paku tidak.
4.2 Pembahasan
Laju korosi bergantung pada suhu, konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula
partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti tegangan. Korosi dapat
dianggap sebagai proses balik dari pemurnian logam atau ekstraksi. Pada
umumnya logam yang terdapat di alam berbentuk senyawa, seperti senyawa
oksida, sulfida, karbonat dan silikat. Energi logam sangat rendah dalam bentuk
senyawa. Sedangkan dalam keadaan unsur tunggal, logam mempunyai
ketidakstabilan sehingga energinya (energi potensial) sangat besar. Unsur-unsur
logam bersenyawa dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan dengan
melepaskan energi. Misalkan untuk mereduksi besi oksida yang terdapat di alam
menjadi unsur (bahan) besi dibutuhkan energi termal. Dengan demikian, keadaan
unsur besi tersebut mempunyai energi yang tinggi
[http://didikurniawan.wordpress.com. 5/12/2010. 8.00]
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan
meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit
yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari
lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan
18
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang
dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
senyawa an-organik maupun organik [http://wheliardianto.blogspot.com.
5/12/2010. 08.00].
Untuk praktikum ”Korosi Merata” digunakan paku sebagai sampel korosi dan
udara, air PAM, dan larutan NaCl sebagai sampel lingkungan korosinya. Setelah
diamati selama tiga hari, didapat hasil sebagai berikut:
1). Pada hari pertama sampel pada botol 1 yang dibiarkan kontak dengan udara
mengalami perubahan yaitu mengalami korosi. Hal ini terjadi karena udara
disekitarnya dapat mengakibatkan korosi atau paku yang dipakai bekas
praktikum oleh praktikan yang lain yang dicelupkan kedalam tabung yang
berisi air atau larutan NaCl. Begitu pula hari ke kedua dan ketiga.
2). Pada hari pertama sampel pada botol 2 yang direndam dengan air PAM dan
ditutup botolnya sudah terjadi korosi, terjadi di sebagian badan paku tapi tidak
pada ujung paku. Pada hari kedua keadaan sampel hampir semua sudah
terkorosi, namun ujung paku belum nampak. Pada hari ketiga hampir semua
badan paku terkorosi, bagian atas dari paku pun hampir semua terkorosi.
3). Pada hari pertama sampel pada botol 3 paku yang direndam dengan air PAM
yang mendidih dan ditutup. Terjadi korosi di kepala paku dan bagian badan
paku juga sudah terlihat korosi. Pada hari kedua korosi pada bagian atas paku
sudah banyak, tapi bagian ujung paku belum terkorosi. Pada hari ketiga,
bagian atas paku sudah mulai merata serta korosi sudah mulai menyebar di
sebagian badan paku, tapi pada bagian ujung paku tidak terkorosi.
4). Pada hari pertama sampel pada botol 4 paku yang direndam dengan larutan
NaCl terjadi korosi di sebagian badan paku. Pada hari kedua korosi sudah
menebal pada bagian kepala paku dan pada bagian permukaan badan
pakumulai merata dan terjadi rontokan-rontokan bekas korosi hal ini terjadi
semakin tebalnya korosi yang menempel sehingga korosi mengalami
rontokan. Pada hari ketiga terjadi perubahan yang signifikan larutan NaCl
menjadi warnanya kuning pekat, bagian kepala paku terkorosi merata, pada
bagian permukaan badan paku juga merata, namun di ujung paku tidak.
19
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat dijelaskan dalam grafik
sebagai berikut ;
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
www.corrosion-club.com/uniform.htm
www.eaa.net/img/transportation/corrosion3.jpg
www.didikurniawan.wordpress.com
www.tis-gdv.de/tis-e/misc/1korro.gif
www.wheliardianto.blogspot.com
22
LAMPIRAN
23
Lampiran 1. Contoh Perhitungan
Rumus =
∆W = W0 − W1
a. Pada paku I
Berat awal (W0) = 8,6 gram
Berat akhir (W1) = 8,61 gram
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0
= 8,61 – 8,6
= 0,01 gram
Waktu pengamatan = 7 hari
Laju korosi =
∆W
hari
24
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0
= 10,81 – 10,63
= 0,18 gram
Waktu pengamatan = 6 hari
Laju korosi = 0,18/6 = 0,03 gram/hari
c. Pada paku III
Berat awal (W0) = 11,3 gram
Berat akhir (W1) = 11,59 gram
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0
= 11,3 – 11,59
= 0,29 gram
Waktu pengamatan = 6 hari
Laju korosi = 0,29/6 = 0,0483 gram/hari
d. Pada paku IV
Berat awal (W0) = 10,83gram
Berat akhir (W1) = 10,9 gram
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0
= 10,9 – 10,83
= 0,07 gram
Waktu pengamatan = 6 hari
Laju korosi = 0,07/6 = 0,01167 gram/hari
25
Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan korosi merata?
Jawab :
Korosi merata ( uniform corrosion ) adalah bentuk korosi yang umum terjadi
yaitu logam akan mengalami kerusakan dengan laju yang sama di seluruh
permukaan. Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena tampilannya
serangannya yang menyeluruh dan seragam di semua permukaan logam.
2. Buat uraian singkat tentang hubungan korosi dan lingkungan yang berbeda?
Jawab :
Udara itu sendiri tidak korosif terhadap metal misalnya baja di dalam udara
bersih, terlihat perubahan warna, karena nyatanya ia sangat lambat diserang
korosi. Contoh plat baja yang diekspose pada udara di pedesaan di Inggris
memerlukan waktu 20 tahun untuk menghabiskan baja setebal 1mm dan
diperkirakan hal yang sama pada udara bersih dan kering memerlukan ribuan
tahun.
Penyebab korosi di atmosfer yang serius ialah adanya oksigen, air dan
pengotor udara tertentu. Oksigen selalu ada di atmosfer dan aksesnya ke
permukaan metal tidak terbatas. Oleh sebab itu faktor kendali korosi atmosfer
lebih ditentukan oleh air dan pengotor udara
3. Apakah fungsi dari NaCl
26
Jawab :
Sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya korosi
27
Gambar 8. Botol air minum
28