Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti kita ketahui, korosi merupakan permasalahan universal. Hampir
seluruh negara didunia menghadapi permasalahan yang sama yang menyerang
infrastruktur negaranya. Tidak hanya negara berkembang, negara maju pun
terdesak untuk menyisihkan anggarannya untuk mengatasi permasalahan terhadap
korosi. Hal itu dikarenakan korosi tersebut akan mengakibatkan terdegradasinya
suatu material, atau merusak suatu material dengan menurunkan kualitas suatu
material sehingga tidak dapat digunakan secara optimal, dan ujung–ujungnya pun
dapat mengakibatkan kegagalan dan pastinya mengancam keselamatan umat
manusia.
Material secara umum digunakan dalam berbagai keperluan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan upaya meningkatkan taraf hidupnya.
Hal ini merupakan suatu keadaan yang tidak bisa dibantah, dan oleh karena itu
teknologi material telah berkembang pesat di dunia ini dan Indonesia sebagai
suatu negara yang sedang berkembang harus turut serta dalam penggunaan
teknologi material ini secara optimal dan juga mengembangkan teknologi material
secara aktif.
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan
dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam
besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju korosi ;

1
1. Faktor metalurgi (berhubungan dengan nature dari materialnya
2. Faktor termodinamika (berkaitan dengan tingkat energi internal dan
eksternal)
3. Faktor Lingkungan (berkaitan dengan jenis media)
4. Faktor fisik (berkaitan dengan bebtuk dan sifat fisiknya) dan,
5. Faktor kimia (berkaitan dengan komposisi kimia)
Salah bentuk korosi yang terjadi pada logam adalah korosi merata. Yaitu
jenis korosi yang menyerang seluruh permukaan logam dan terlokalisasi merata
hampir ke semua bagian logam yang terpapar atau terbuka ke lingkungan dan
berlangsung dengan laju yang hampir sama. Jenis korosi ini semestinya tidak
berbahaya, karena dalam kenyataanya korosi ini terlihat secara visual dan hanya
dipermukaan tidak sampai ke struktur dalam suatu material, sehingga dapat
dilakukan suatu tindak lanjut guna menangani korosi yang tampak ini.
Dengan terfokus pada pengamatan korosi ini setidaknya dapat memberikan
gambaran pada praktikan proses sebenarnya dari korosi merata ini, yang tentunya
dengan memperhatikan gejala–gejala yang terjadi guna menganalisis segala hal
yang berhubungan dengan korosi ini secara berkelanjutan.

1.1 Tujuan Percobaan


Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lingkungan sekitar
dalam proses korosi.

1.3 Batasan Masalah


Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa bentuk-bentuk korosi yang ada
dan lingkungan yang menimbulkan proses korosi yang lingkupnya cukup luas,
maka pada praktikum laboratorium metalurgi I kali ini hanya dibatasi pada korosi
merata (uniform corrosion) untuk logam berupa paku baja dengan sampel udara,
air PAM, dan larutan NaCl.

1.4 Sistematika Penulisan

2
Penulisan dalam laporan praktikum ini berisi 5 bab, antara lain : Bab I
Pendahuluan membahas tentang latar belakang, tujuan percobaan dari praktikum
ini, ruang lingkup percobaan dari praktikum ini dan sistematika penulisan dari
praktikum ini. Bab II tinjauan pustaka membahas tentang teori pendukung
percobaan. Bab III Metode Penelitian membahas tentang diagram alir percobaan,
alat dan bahan, dan prosedur percobaan. Bab IV data percobaan dan pembahasan
berisi tentang data hasil percobaan yang telah dilakukan dan setelah itu dilakukan
analisa dalam pembahasan. Bab V berupa kesimpulan membahas tentang inti dari
praktikum yang dilakukan. Daftar Pustaka membahas tentang referensi buku
acuan yang digunakan praktikan dalam menyusun laporan ini. Serta lampiran
berupa contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, dan gambar alat serta
bahan dan blanko percobaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Korosi
Korosi secara umum merupakan Degradasi logam atau kerusakan material
padat karena lingkungannya. Lingkungan yang dapat menimbulkan proses korosi
pada material padat, lingkupnya sangat luas, misalnya lingkungan laut,
lingkungan bawah tanah, lingkungan suhu tinggi, lingkungan mekanik dan lain
sebagainya. [Deny Jones.1992]
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan
dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam
besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak
faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda
bila masih bersih dari oksida. Korosi merupakan penurunaan kualitas yang
disebabkan oleh reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat
di alam.
Laju korosi bergantung pada suhu, konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula
partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti tegangan.
Korosi dapat dianggap sebagai proses balik dari pemurnian logam atau ekstraksi.
Pada umumnya logam yang terdapat di alam berbentuk senyawa, seperti senyawa
oksida, sulfida, karbonat dan silikat. Energi logam sangat rendah dalam bentuk
senyawa. Sedangkan dalam keadaan unsur tunggal, logam mempunyai
ketidakstabilan sehingga energinya (energi potensial) sangat besar. Unsur-unsur

4
logam bersenyawa dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan dengan
melepaskan energi. Misalkan untuk mereduksi besi oksida yang terdapat di alam
menjadi unsur (bahan) besi dibutuhkan energi termal. Dengan demikian, keadaan
unsur besi tersebut mempunyai energi yang tinggi. Oleh karena itu, secara spontan
logam besi akan bereaksi kembali dengan oksigen yang terdapat di alam
membentuk besi oksida
Ditinjau dari tampilan visual maupun tampilan secara mikro, bentuk-bentuk
korosi dapat dilihat pada gambar 1, berdasarkan tampilan visual maupun tampilan
mikro bentuk-bentuk korosi dapat diklasifikasikan atas:
1) Grup I: Bentuk korosi yang mampu diidentifikasi dengan mata telanjang,
misalnya korosi merata (uniform corrosion), korosi sumuran (pitting
corrosion), korosi celah (crevice corrosion), dan korosi dwi logam atau
galvanis (galvanic corrosion).
2) Grup II: Bentuk korosi yang dapat diamati dengan bantuan alat speksial,
misalnya korosi erosi (erosion corrsion), korosi kavitasi (cavitation
corrosion), korosi gesekan (fretting corrosion), dan korosi batas butir
(intergranular corrosion).
3) Grup III: Bentuk korosi yang hanya dapat diamati secara mikroskopik,
misalnya exfoliation, dealloying, stress corrosion cracking, dan fatigue
corrosion .

5
Gambar 1. Bentuk-bentuk korosi berdasarkan tampilan visual dan mikro

Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak di seluruh


permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata
akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian
langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan
kerja, dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa
yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung antara lain
berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive
maintenance).
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam
yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah
dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
yang lebih tinggi.

6
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali
dengan pembentukan lapisan pasif di permukaannya, pada antar muka lapisan
pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif
secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi
korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya
sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan (struktur) patah
mendadak.
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme tejadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi
merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi
oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) didalam celah habis, sedangkan oksigen(O2)
didalam celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan
dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam didalam celah menjadi
anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
Korosi retak tegang, korosi retak fatik, dan korosi akibat pengaruh hidrogen
adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh
lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami
tegangan tarik statis di lingkungan tertentu, seperti baja tahan karat sangat rentan
terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutkan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan berulang
di lingkungan korosif, sedangkan korosi akibat pengaruh hidrogen terjadi karena
berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan. Korosi intergranular adalah
bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur
logam di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik
apabila diberi perlakuan panas.
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali
dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu
yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada

7
logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang
yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam besi tuang
akan menyebabkan paduan tersebut menjadi berpori dan lemah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
Kombinasi antara fluida yang korosif dan kecepatan aliran yang tinggi
menyebabkan terjadinya korosi erosi, seperti pada pipa baja yang digunakan untuk
mengalirkan uap yang mengandung air. Pengukuran laju korosi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Pengukuran yang paling sederhana biasanya dilakukan
dengan cara mengukur kehilangan logam (berdasarkan perbedaan berat).
Meskipun demikian beberapa metode pengukuran laju korosi yang dapat
diterapkan antara lain adalah dengan mengukur ion logam yang terdapat di
lingkungan, mengukur konduktivitas lingkungan, mengukur berat jenis
lingkungan atau berdasarkan reaksi dengan metode elektrokimia.
Begitu banyak bentuk-bentuk korosi yang dapat terjadi, oleh karena itu korosi
harus dikenali dengan baik untuk dikendalikan. Sehingga diharapkan dapat
meningkatkan umur (life time) peralatan yang digunakan dan dapat menghindari
terjadinya akibat kegagalan material.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Logam berlaku sebagai sel yang
memberikan elektron atau anoda dan lingkungannya sebagai penerima elektron
atau katoda .

2.2 Pengertian Korosi Merata


Korosi merata (uniform corrosion) adalah bentuk korosi yang umum terjadi
yaitu logam akan mengalami kerusakan dengan laju yang sama di seluruh
permukaan. Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena tampilannya
serangannya yang menyeluruh dan seragam di semua permukaan logam. Korosi
ini terjadi jika lingkungan korosif mempunyai akses yang sama ke seluruh bagian
dari permukaan logam dan secara thermodinamika logamnya harus mempunyai
komposisi kimia yang sama. Akan tetapi kondisi ini tidak berlaku umum. Pada

8
umumnya korosi merata ini tidak mempunyai sifat protektif mandiri yang baik,
sehingga mekanisme korosi di semua tempat berlangsung tanpa hambatan yang
berarti. Sebagai contoh korosi merata pada baja karbon rendah dalam larutan
berair, mekanismenya dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
1. Pada awalnya ada interaksi antara larutan berair dengan permukaan baja
yang bebas membentuk sel korosi mikro yang bersifat elektrokimia,
dimana butir kristal logam akan bertindak sebagai katoda karena
mempunyai energi yang relatif lebih rendah daripada unsur karbon atau
senyawa karbida dibatas butir.
2. Reaksi elektrokimia lebih lanjut akan terjadi antara butir kristal sebagai
anoda karena mempunyai energi yang lebih tinggi daripada produk korosi
tahap pertama.
3. Produk korosi yang sifatnya tidak melekat pada permukaan logam dasar,
akan mengakibatkan reaksi korosi secara elektrokimia berlangsung
berkelanjutan.
Kerugian korosi merata ini besar karena jumlah logam yang terkorosi besar,
sedangkan keuntungannya adalah mudah dilihat secara visual dan umur logam
mudah ditentukan sehingga korosi ini mudah dikendalikan.

Gambar 2. Korosi merata secara skematik [Sumber: www.tis-gdv.de/tis-


e/misc/1korro.gif. 2 Desember 2010. 20.00]

9
Gambar 3. Tampilan korosi merata [Sumber : www.corrosion-
club.com/uniform.htm, 2 Desember 2010. 20.00]

2.3 Mekanisme Korosi Merata


Korosi dalam larutan electrolyte merupakan proses elektrokimia. Teori ini
didasarkan pada terbentuknya sel listrik bila permukaan metal ditutupi electrolyte.
Metal yang terkorosi meninggalkan logam di daerah anoda sebagai kation logam
yang larut atau diubah menjadi padatan. Reaksi oksidasi anoda ini diikuti oleh
reduksi oleh unsur-unsur pokok elektrolit di katoda. Anoda dan katoda dapat
berupa logam yang sama atau logam yang berbeda ( korosi bimetal ).
Beda potensial antara anoda dan katoda merupakan gaya gerak listrik dari aksi
korosi. Besarnya arus ditentukan oleh beda potensial sirkuit terbuka antara anoda
dan katoda, besarnya polarisasi elektrokimia yang terjadi di anoda dan katoda dan
tahanan listrik larutan.
Korosi besi dalam media asam dan larutan garam netral ditulis menurut reaksi:
Fe(metal) ------ Fe2+(aq) + 2e ………………………………(1)
Dalam larutan asam tanpa oksigen reaksi katoda:
2H+ + 2e(metal) -----H2(gas)..................................................(2)
Dalam larutan garam netral, tidak terjadi pelepasan hidrogen dan reaksi katoda
merupakan reduksi oksigen larut:
½ O2 + H2O + 2e(metal) ----- 2(OH)-.................................(3)
Dengan demikian reaksi anoda sama, reaksi katoda dapat berbeda tergantung
kemampuan oksigen mencapai metal. Jika kandungan oksigen dalam larutan
garam netral dikurangi berarti laju reaksi (3) berkurang. Ini berarti laju korosi besi
berkurang (cathodic control) karena perpindahan muatan di anoda harus sama di
katoda. Hal yang sama juga terjadi bila anoda tidak larut dengan mudah karena

10
misalnya ada suatu lapis penghalang, reaksi dikendalikan oleh faktor ini (anodic
control).
Produk proses anoda dan katoda sering bereaksi lebih lanjut menghasilkan
produk korosi yang kelihatan misalnya: ion hydroxyl pada reaksi katoda (2) dalam
perjalanannya bertemu dengan ion ferrous, bersatu membentuk ferrous hydroxide
yang selanjutnya bereaksi dengan oksigen dalam larutan membentuk ferric
hydroxide.

2.4 Pengendalian Korosi Merata


Laju korosi dapat diturunkan dengan perlindungan melalui penambahan
inhibitor pada larutan. Teknik-teknik perlindungan seperti proteksi katoda dan
anoda, pelapisan, inhibitor, dan pemilihan material sering digunakan sebagai cara
perlindungan korosi paling efektif.
Pengetahuan mengenai karakteristik korosi dan laju korosi pada logam dan
paduan logam sebagaimana ditunjukkan dalam literatur atau yang diukur melalui
teknik elektrokimia ataupun melalui pengurangan berat logam memungkinkan
dilakukannya pemilihan material yang baik. Cara terbaik untuk menghindari
terjadinya korosi merata adalah dengan melakukan penanganan langsung pada
bagian logam yang terkorosi sebelum korosi ini menyebar ke semua permukaan
logam. Deret volta merupakan urutan logam-logam (ditambah hidrogen)
berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya.

Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut
semakin mudah teroksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam
deret volta, maka logam tersebut semakin mudah tereduksi. Oleh karena itu, untuk
melindungi suatu logam dari reaksi oksidasi (perkaratan) maka logam tersebut
perlu dihubungkan dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut
dalam deret volta atau disebut sebagai perlindungan katodik. Larutan garam suatu
logam yang berada di bagian kiri dapat bereaksi dengan logam yang berada di
bagian kanan. Contohnya larutan FeCl3 (feri chloride) boleh mengikis Cu (copper
atau tembaga). Berikut ini adalah cara-cara mengendalikan korosi merata.

11
1. Seleksi material yang tepat
Langkah awal yang paling umum dilakukan dalam usaha pengendalian
korosi merata adalah seleksi material atau paduan yang paling sesuai untuk
lingkungannya. Dalam langkah ini, kita harus mengetahui ketahanan korosi
logam-logam yang sering digunakan dan sifat-sifat logam dalam lingkungan
yang lebih spesifik, misalnya dalam lingkungan asam anorganik, asam
organik, basa, dan beberapa lingkungan lainnya. Untuk mengetahui hal
tersebut kita dapat melihat literatur-literatur yang telah ada.
Perlu diingat bahwa kecepatan korosi hanya salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan material. Dalam bidang perekayasaan sifat
mekanis benda kerja umumnya merupakan pembata utama pemilihan material
atau paduan. Oleh karena itu, biasanya dalam bidang perekayasaan sukar
mendapat benda kerja yang mempunyai ketahanan korosi yang tinggi dalam
lingkungannya.
Penambahan unsur paduan dalam rangka meningkatkan ketahanan
korosi mungkin dilakukan dengan membuat logam menjadi pasif, bersifat
lebih katodik, netral atau bahkan lebih protektif dengan menambahkan
inhibitor.
2. Rancangan benda kerja
Rancangan benda kerja harus memperhatikan segi kekuatan dan
kemungkinan pembentukannya dilakukan bersamaan dengan pengendalian
korosinya karena biaya pengendalian korosi akan tergantung dari hasil
rancangan. Dalam pengerjaan rancangan benda kerja perlu diperhatikan
pembatas-pembatas agar kecenderungan korosi dapat diminimumkan. Salah
satunya adalah dengan menyederhanakan bentuk benda kerja.
3. Alterasi lingkungan
Pengaturan lingkungan dapat mengurangi kecepatan korosi. Bentuk-
bentuk alterasi lingkungan korosif yang sering dilakukan adalah dengan
menurunkan temperatur, menurunkan kecepatan aliran, penghilangan oksigen
atau oksidatoir lainnya atau dengan memperkecil konsentrasi ion-ion agresif
seperti eliminasi ion khlorida. Selain itu, penambahan inhibitor juga termasuk
alterasi lingkungan.

12
4. Inhibitor
Inhibitor adalah suatu zat yang bila ditambahkan dalam jumlah yang kecil
kedalam lingkungan korosif, akan menghambat atau menurunkan kecepatan
korosi. Macam-macam inhibitor antara lain adalah inhibitor katodik, inhibitor
anodik dan inhibitor campuran.
a. Inhibitor anodik
Anion inhibitor berpindah ke anoda dan membentuk lapisan pasif
yang menghambat terjadinya reaksi anodik. Contohnya: khromat,
nitrit, silikat, benzoat dan lain-lain.
b. Inhibitor katodik
Kation inhibitor berpindah ke katoda dan membentuk lapisan pasif
yang menghambat terjadinya reaksi katodik. Contohnya: Ca(HCO3),
ZnSO4, poliphospat dan lain-lain.
c. Inhibitor campuran
Inhibitor ini berfungsi untuk menghambat reaksi katodik dan anodik.
Contohnya: arsenat, triazols, selenat dan lain-lain.
5. Proteksi katodik dan anodik
Proteksi katodik adalah penurunan potensial antar muka ke daerah imun
(ke daerah lebih katodik) dapat dilakukan dengan menghubungkan benda
kerja dengan anoda korban (sacrificial anode) atau dengan memberikan arus
yang dipaksakan (impress current)
6. Pelapisan
Guna mencegah kontak antara logam dengan lingkungannya, sering
digunakan pelapisan pada permukaan logam dengan bahan metalik, anorganik
ataupun organik yang relatif tipis. Beberapa cara pelapisan yang umum
dilakukan yaitu :
a) Pelapisan logam: elektrodeposisi, penyemprotan logam dengan nyala
api (flame spraying), pelapisan logam mekanik (cladding), pelapisan
dengan pencelupan (hot dipping), dan depresi dari uap logam
b) Pelapisan anorganik : penemprotan, difusi atau konversi kimia
c) Pelapisan organik : pengecatan, pelapisan dengan vernish dan
lacquer.

13
Khusus pelapisan dengan bahan logam dan anorganik, harus di lakukan
selengkap mungkin sehingga terhindar dari keadaan porous (berpori) atau
cacat-cacat pelapisan lainnya.

BAB III
METODE PERCOBAAN

1.1 Diagram Alir

14

15
Dari percobaan yang telah dilakukan, penulis dapat menggambarkan
diagram alir (flowchart) percobaan korosi merata sesuai percobaan yang telah
dilakukan di laboratorium metalurgi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
gambar 4.

Mengamplas 4 paku dan menimbang berat setiap paku

Menyiapkan botol dan memberi nomor


pada tiap botol

Memasukkan paku ke tabung 1 yang kontak langsung dengan


udara

Memasukkan paku ke tabung 2 hingga terendam air PAM

Memasukkan paku ke tabung 3 hingga terendam dengan air


mendidih

Memasukkan paku ke tabung 4 hingga terendam dengan larutan


NaCl dan diamkan selama 3 hari

Amati perubahan pada hari ke 4,5 dan 6

Literatur
Pembahasan

15
Kesimpulan

Gambar 4. Diagram alir percobaan korosi merata


3.2 Alat & Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
1. Botol air minum 4 buah
2. Neraca teknis
3. Pemanas air
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Paku baja tidak berlapis 4 buah
2. Air PAM
3. NaCl

3.3 Prosedur Percobaan


1. Menempatkan botol air minum dan beri nomor urut.
2. Memasukkan sepotong paku ke dalam masing-masing botol.
3. Membiarkan paku 1 kontak langsung dengan udara.
4. Merendam seluruh paku dalam botol 2 dengan air PAM dan menutup botol.
5. Merendam seluruh paku dalam botol 3 dengan air PAM yang mendidih,
kemudian botol ditutup.
6. Menyiapkan larutan NaCl 3%.
7. Merendam seluruh paku dalam botol 4 dengan larutan NaCl.
8. Membiarkan selama 3 hari.
9. Mengamati perubahan yang terjadi pada hari ke 4, 5 dan 6.
10. Membuat kesimpulan.

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

16
Tabel dibawah ini menggambarkan tentang proses terjadinya korosi pada 4
batang paku logam dengan berbagai kondisi yang berbeda. selama 3 hari
pengamatan, didapat hasil seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Data Pengamatan


Hari/ Tabel pengamatan
tanggal Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sample 4
Selasa, Terjadi korosi Terdapat korosi Terdapat Terdapat
30/11/2010 pada bagian pada sebagian korosi pada korosi pada
kepala paku dan badan paku sebagian sebagian
celah kepala daerah besar daerah
paku kepala paku kepala paku
dan badan dan hampir
paku seluruh
badan paku
Rabu, Korosi masih Terdapat korosi Korosi Bagian
1/12/2010 sama pada dihampir semua terjadi pada kepala paku
bagian kepala badan paku bagian atas semakin
dan celah pada dikepala paku semakin tebal
kepala paku terdapat korosi banyak serta korosinya,
namun hanya juga. Namun badan paku. bagian
sedikit bagia bawah atau Namun ujung permukaan
ujung paku belum paku belum badan paku
terkorosi hampir
merata
Kamis, Korosi terjadi Korosi pada Bagian atas Bagian
2/12/2010 paling banyak bagian atas paku paku kepala paku
di celah kepala hampir merata semakin sedah
paku, dan dan permukaan, banyak terkorosi
bagian atas namun bagian terkorosi, semua, badan
paku ada sedikit ujung tidak bagian badan paku pun
terkorosi korosi terkorosi
semakin semua,

17
tebal. namun ujung
paku tidak.

Sampel Berat awal (W0) Berat Selisih berat Jumlah Laju


(gram) akhir (gram) hari korosi
(W1) (gram/hari
(gram) )
I 8,6 8,61 0,01 6 0,00167
II 10,63 10,81 0,18 6 0,03
III 11,3 11,59 0,29 6 0,0483
IV 10,83 10,9 0,07 6 0,01167

Tabel 2. Laju korosi merata

4.2 Pembahasan
Laju korosi bergantung pada suhu, konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula
partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti tegangan. Korosi dapat
dianggap sebagai proses balik dari pemurnian logam atau ekstraksi. Pada
umumnya logam yang terdapat di alam berbentuk senyawa, seperti senyawa
oksida, sulfida, karbonat dan silikat. Energi logam sangat rendah dalam bentuk
senyawa. Sedangkan dalam keadaan unsur tunggal, logam mempunyai
ketidakstabilan sehingga energinya (energi potensial) sangat besar. Unsur-unsur
logam bersenyawa dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan dengan
melepaskan energi. Misalkan untuk mereduksi besi oksida yang terdapat di alam
menjadi unsur (bahan) besi dibutuhkan energi termal. Dengan demikian, keadaan
unsur besi tersebut mempunyai energi yang tinggi
[http://didikurniawan.wordpress.com. 5/12/2010. 8.00]
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan
meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit
yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari
lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan

18
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang
dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
senyawa an-organik maupun organik [http://wheliardianto.blogspot.com.
5/12/2010. 08.00].
Untuk praktikum ”Korosi Merata” digunakan paku sebagai sampel korosi dan
udara, air PAM, dan larutan NaCl sebagai sampel lingkungan korosinya. Setelah
diamati selama tiga hari, didapat hasil sebagai berikut:
1). Pada hari pertama sampel pada botol 1 yang dibiarkan kontak dengan udara
mengalami perubahan yaitu mengalami korosi. Hal ini terjadi karena udara
disekitarnya dapat mengakibatkan korosi atau paku yang dipakai bekas
praktikum oleh praktikan yang lain yang dicelupkan kedalam tabung yang
berisi air atau larutan NaCl. Begitu pula hari ke kedua dan ketiga.
2). Pada hari pertama sampel pada botol 2 yang direndam dengan air PAM dan
ditutup botolnya sudah terjadi korosi, terjadi di sebagian badan paku tapi tidak
pada ujung paku. Pada hari kedua keadaan sampel hampir semua sudah
terkorosi, namun ujung paku belum nampak. Pada hari ketiga hampir semua
badan paku terkorosi, bagian atas dari paku pun hampir semua terkorosi.
3). Pada hari pertama sampel pada botol 3 paku yang direndam dengan air PAM
yang mendidih dan ditutup. Terjadi korosi di kepala paku dan bagian badan
paku juga sudah terlihat korosi. Pada hari kedua korosi pada bagian atas paku
sudah banyak, tapi bagian ujung paku belum terkorosi. Pada hari ketiga,
bagian atas paku sudah mulai merata serta korosi sudah mulai menyebar di
sebagian badan paku, tapi pada bagian ujung paku tidak terkorosi.
4). Pada hari pertama sampel pada botol 4 paku yang direndam dengan larutan
NaCl terjadi korosi di sebagian badan paku. Pada hari kedua korosi sudah
menebal pada bagian kepala paku dan pada bagian permukaan badan
pakumulai merata dan terjadi rontokan-rontokan bekas korosi hal ini terjadi
semakin tebalnya korosi yang menempel sehingga korosi mengalami
rontokan. Pada hari ketiga terjadi perubahan yang signifikan larutan NaCl
menjadi warnanya kuning pekat, bagian kepala paku terkorosi merata, pada
bagian permukaan badan paku juga merata, namun di ujung paku tidak.

19
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat dijelaskan dalam grafik
sebagai berikut ;

Gambar 5. Grafik hubungan antara sampel dan selisih berat


Dari grafik pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pada sampel yang
diletakkan pada lingkungan yang berbeda, maka selisih berat sampelnya pun
berbeda. Dimana pada paku ke 3 yang diletakkan pada lingkungan air PAM yang
mendidih slisih beratnya paling besar, yang artinya laju korosi pada air PAM yang
mendidih lebih cepat. Padahal pada teori sampel yang diletakkan pada kondisi
lingkungan yang bersifat garam akan lebih cepat terkorosi, namun pada percobaan
ini paku yang berada pada kondisi garam selisih beratnya kecil. Hal ini
disebabkan banyak korosi yang berguguran atau mengendap pada larutan NaCl,
sehingga korosi yang mengendap tidak ikut dalam proses penimbangan. Karena
NaCl merupakan larutan elektrolit sehingga dapat mempercepat laju korosi.

20
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan pembahasan yang telah


dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Laju korosi pada masing-masing paku sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya.
2. Pada media yang korosif contohnya air laju korosinya lebih cepat, apalagi
ditambah dengan senyawa garam, laju korosinya akan Sangat cepat terjadi.
Sedangkan pada paku yang berada pada media kering atau kontak
langsung dengan udara proses terkorosinya sangat lama.
3. Untuk mengurangi proses laju korosi. Bentuk-bentuk alterasi lingkungan
korosif yang sering dilakukan adalah dengan menurunkan temperatur,
menurunkan kecepatan aliran, penghilangan oksigen atau oksidator
lainnya atau dengan memperkecil konsentrasi ion-ion agresif seperti
eliminasi ion klorida.
Dalam melakukan percobaan, ketelitian merupakan hal yang sangat penting
misalnya dalam penimbangan sampel paku, sehingga nantinya akan mendapatkan
hasil yang baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Denny A. Jones.1992. Prinicple and Prevention of Corrosion. New York ;


Macmillan Publishing Co.
D.L. Graver (Ed.). 1985. Corrosion Data Survey-Metals Section, Sixth Edition.
Houston ; NACE International
Oediyani.S. 1999. Diktat Kursus Korosi-Degradasi Material Dan Struktur
Logam. Cilegon ; FT. Untirta.

www.corrosion-club.com/uniform.htm
www.eaa.net/img/transportation/corrosion3.jpg
www.didikurniawan.wordpress.com
www.tis-gdv.de/tis-e/misc/1korro.gif
www.wheliardianto.blogspot.com

22
LAMPIRAN

23
Lampiran 1. Contoh Perhitungan
Rumus =
∆W = W0 − W1

Dimana : selisih berat (gram)


∆W =

W0 = berat awal (gram)


W1 = berat akhir (gram)
Laju korosi = g/hari
Jumlah hari = 6 hari

a. Pada paku I
Berat awal (W0) = 8,6 gram
Berat akhir (W1) = 8,61 gram
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0

= 8,61 – 8,6
= 0,01 gram
Waktu pengamatan = 7 hari
Laju korosi =
∆W
hari

Laju korosi = 0,01/6 = 0,00167 gram/hari


b. Pada paku II
Berat awal (W0) = 10,63 gram
Berat akhir (W1) = 10,81 gram

24
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0

= 10,81 – 10,63
= 0,18 gram
Waktu pengamatan = 6 hari
Laju korosi = 0,18/6 = 0,03 gram/hari
c. Pada paku III
Berat awal (W0) = 11,3 gram
Berat akhir (W1) = 11,59 gram
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0

= 11,3 – 11,59
= 0,29 gram
Waktu pengamatan = 6 hari
Laju korosi = 0,29/6 = 0,0483 gram/hari
d. Pada paku IV
Berat awal (W0) = 10,83gram
Berat akhir (W1) = 10,9 gram
Selisih berat (∆ W) =
W1 − W0

= 10,9 – 10,83
= 0,07 gram
Waktu pengamatan = 6 hari
Laju korosi = 0,07/6 = 0,01167 gram/hari

25
Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan korosi merata?
Jawab :
Korosi merata ( uniform corrosion ) adalah bentuk korosi yang umum terjadi
yaitu logam akan mengalami kerusakan dengan laju yang sama di seluruh
permukaan. Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena tampilannya
serangannya yang menyeluruh dan seragam di semua permukaan logam.
2. Buat uraian singkat tentang hubungan korosi dan lingkungan yang berbeda?
Jawab :
Udara itu sendiri tidak korosif terhadap metal misalnya baja di dalam udara
bersih, terlihat perubahan warna, karena nyatanya ia sangat lambat diserang
korosi. Contoh plat baja yang diekspose pada udara di pedesaan di Inggris
memerlukan waktu 20 tahun untuk menghabiskan baja setebal 1mm dan
diperkirakan hal yang sama pada udara bersih dan kering memerlukan ribuan
tahun.
Penyebab korosi di atmosfer yang serius ialah adanya oksigen, air dan
pengotor udara tertentu. Oksigen selalu ada di atmosfer dan aksesnya ke
permukaan metal tidak terbatas. Oleh sebab itu faktor kendali korosi atmosfer
lebih ditentukan oleh air dan pengotor udara
3. Apakah fungsi dari NaCl

26
Jawab :
Sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya korosi

Lampiran 3.Gambar Alat dan Bahan

Gambar 6. Paku baja yang terkorosi

Gambar 7. Neraca teknis

27
Gambar 8. Botol air minum

28

Anda mungkin juga menyukai