Anda di halaman 1dari 10

OLEH :

KELOMPOK 9
1. Mifta Khurokhma (10101377)
2. Eka Fatur Rizki (10101382)
3. Deppy Librata (09101356)
4. Joko Santoso (10101071)
5. Ryan Hidayat (10101359)
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kahadirat ilahi rabbi, Allah SWT Tuhan
semesta alam. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada baginda Nabi besar
kita, Nabi Muhamad SAW beserta keluarga (ahlubait), sahabat (ahlusunah wal jamaah)
serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin
Pada kesempatan kali ini kami dari kelompok 9 akan berusaha mencoba
membahas suatu materi yang sudah ditugaskan kepada kami yaitu tentang “Syari’at
Islam”. Pembahasan ini sangat penting karena merupakan hukum islam yang harus
diketahui oleh seluruh umatnya.
Syari’at Islam
Demikianlah pengantar singkat tentang makalah kami, tidak ada kesempurnaan
dalam diri manusia kecuali Allah SWT semata. Masukan serta kritikan berguna bagi
kami, guna penyempurnaan pembahasan yang telah kami lakukan, Terima kasih dan
Akhirul Kalam.

04 Desember 2010

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang paling tinggi derajatnya.


Manusia diberi hidayat yaitu hidayat naluri, hidayat panca indera, hidayat akal, dan
hidayat agama. Berbeda dengan makhluk-makhlukk Allah yang lainnya.
Dari hidayat-hidayat yang diberikan oleh Allah SWT tersebutlah, manusia
diberikan tugas untuk memanfaatkan semua yang diberikan oleh Allah kepada Manusia
dengan baik untuk kehidupan yang lebih baik. Dan untuk kelangsungan kesejahteraan
hidup manusia itu sendiri.
Segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki aturan, ketentuan, dan
keterbatasan. Allah menetapkan ketentuan-ketentuan atau hukum-hukum itu agar
makhluk-makhluknya tidak melebihi batas yang nantinya akan merugikan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, Allah menurunkan Rasulnya beserta kitabnya agar manusia
dapat mempelajari hukum-hukum itu yang dalam Al-Qur’an disebut dengan Syari’at
Islam untuk menghindari pelencengan atau cara yang salah dalam menjalani hidup
yang membuat manusia tidak mampu meraih kemenangan di dunia dan akhirat.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Syari’at Islam beserta hal-
hal yang berkaitan dengannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syari’at Islam

Syari’at bisa disebut syir’ah. Artinya secara bahasa adalah sumber air
mengalir yang didatangi manusia atau binatang untuk minum. Perkataan “syara’a
fiil maa’i” artinya datang ke sumber air mengalir atau datang pada syari’ah.
Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah
yang diturunkan untuk manusia.
Kata “syara’a” berarti memakai syari’at. Juga kata “syara’a” atau “istara’a”
berarti membentuk syari’at atau hukum. Dalam hal ini Allah berfirman, “Untuk
setiap umat di antara kamu (umat Nabi Muhammad dan umat-umat sebelumnya)
Kami jadikan peraturan (syari’at) dan jalan yang terang.” [QS. Al-Maidah (5): 48]
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan)
tentang urusan itu (agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang yang tidak mengetahui.” [QS. Al-Maidah (5): 18].
“Allah telah mensyari’atkan (mengatur) bagi kamu tentang agama
sebagaimana apa yang telah diwariskan kepada Nuh.” [QS. Asy-Syuuraa (42): 13].
Sedangkan arti syari’at menurut istilah adalah hukum-hukum (peraturan)
yang diturunkan Allah SWT melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia,
agar mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke
jalan yang lurus.
Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at
Islam (asy-syari’atul islaamiyatu), istilah bentukan ini berarti, syari’at Islam adalah
hukum-hukum peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah SWT untuk umat
manusia melalui Nabi Muhammad SAW, baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah
Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.
B. Hal-hal yang Berkaitan dengan Syari’at Islam
1. Sunatullah
a. Pengertian Sunatullah.
Sunatullah terdiri dari dua suku kata, yaitu sunnah dan Allah. Sunnah
diantara artinya adalah kebiasaan. Jadi sunatullah adalah kebiasaan-kebiasaan
atau ketetapan-ketetapan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Kata
sunatullah dan yang sejenisnya seperti sunnatuna, sunnatu al-awwalin
terlulang sebanyak tiga belas kali dalam Al-Qur’an. Jika dipukulratakan
secara statistik, semua kata tersebut berbicara dalam konteks kemasyarakatan.
Sunatullah atau disebut juga hukum alam, hukum kemasyarakatan, atau
ketetapan-ketetapan Allah menyangkut situasi kemasyarakatan, tidak dapat
dialihkan dan diubah oleh siapapun. Sunatullah ini sudah berlaku juga untuk
umat-umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW dan berklaku secara umum
serta terus-menerus terjadi. Hal ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an yang
artinya:
…tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunah
(Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-
kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, sekali-kali
kamu tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.

Dan juga ayat yang lain yang artinya :


Sebagai suatu sunatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu.

b. Jenis-jenis Sunnah
1.) Sunnah Tadarruj
Sunnah ini maksudnya adalah bahwa segala sesuatu dialam ini
berjalan dengan berangsur- step by step - Allah memberikan contoh
misalnya bahwa Dia telah menciptakan alam ini dalam 6 hari. Padahal
Allah dengan kekuasaan-Nya bisa saja menciptakannya tanpa
memerlukan waktu, dengan 'kun fayakun". Tapi itulah sunnah Allah.
Contoh lain dalam Al-Qur'an adalah ketika Allah akan
mengharamkan minuman keras (alkohol), diharamkanya secara
berangsur. Pertama turun ayat 219 dari surat Al-Baqarah. Dalam ayat ini
tidak dinyatakan bahwa arak itu haram. Lalu turun ayat 43 dari surat
An-nisa . Disini juga hanya diharamkan minum hanya kalau mau salat.
Baru setelah itu turun ayat 90 dari surat Al-Maidah, yang
mengharamkan secara tegas segala bentuk minuman yang memabukkan.

2.) Sunnah Ajal.


Sunnah ajal ini hampir sama dengan sunnah tadarruj. Bahwa
segala sesuatu itu ada ajalnya (batas waktu, saat yang sudah ditentukan.
(10:49) (13:38) (29:53). Para ahli sosiology misalnya mengatakan
bahwa umur (masa) satu generasi adalah antara 25 sampai dengan 35
tahun. Kalau kita perhatikan masa yang berlaku dari mulai turunnya ayat
"Iqra" sampai dengan turunnya "Hari ini Aku sempurnakan untukmu
agamamu.." (5:3) dan (2:281) yaitu ayat-ayat yang terakhir turun, adalah
23 tahun. Jadi itulah umurnya Da'wah yang telah mampu untuk
mengadakan perubahan, dan meletakan pedoman hidup bagi manusia.

3.) Sunnah Tadawul Al-Hadhori.


Maksudnya adalah sunnah perputaran kebudayann atau
peradaban. Didalam Al-Qur'an setelah Allah SWT mengkisahkan apa
yang terjadi dalam perang Uhud, dimana ada sunnah yang dilanggar
oleh kaum muslimin yang menjadi sebab kekalahan mereka, maka Allah
berkata: " Katakanlah itu (kekalahan ) dari (kesalahan) dirimu sendiri.."
(3:165). Namun setelah itu Allah langsung meneruskan dengan ayat
yang mangandung "sunnah perputaran kebudayaan", : (139-140).
4.) Sunnah Mudafa’ah.
Sunnah ini diambil dari firman Allah SWT "Dan sekiranya Allah
tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain,
tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-
ramah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid yang didalamnya banyak
disebut nama Allah?" (22:40).
Para ahli tafsir berpendapat bahwa pada saat vacumnya keadilan
dan hukum Islam, maka Allah tidak akan membiarkan satu penzolim
menguasai manusia semua, tapi mesti ada penzolim-penzolim yang lain.
Disela-sela konfrontasi dan pertarungan antara mereka, maka akan
timbul kebangkitan dan pembinaan kebudayaan. Apabila ummat Islam
hari ini pandai bergaul dengan Sunnah tolak menolak ini, maka mereka
akan mendapatkan keuntungan dan kesuksesan yang besar bagi Islam,
meskipun mereka dalam posisi lemah dan berantakan. Yang penting
pandai bergerak untuk mengambil posisi yang menentukan.

5.) Sunnah Taskhir


Maksudnya sunnah pandai menggunakan saran dan prasarana
yang diciptakan oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah telah menciptakan
manusia berbeda-beda dalam keahlian dan hoby-hobynya. Ada yang jadi
Insinyur, pegawai, kuli, dokter dsb. Misalnya seorang Insinyur harus
pandai menggunakan para kuli. Karena Insinyur itu bagaikan otak dalam
badan, dan kuli bagaikan tangannya. Jendral harus pandai mengarahkan
prajuritnya dalam peperangan. Jendral mengeluarkan perintah, dan
prajurit melaksanakannya.
Allah berfirman: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan bagi mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan mereka atas
sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat
mempergunakkan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan." (43:32)

2. Fiqih
Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, seperti dalam firman Allah:
“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS. An Nisa: 78)
dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang,
merupakan tanda akan kepahamannya.” (Muslim no. 1437, Ahmad no. 17598,
Daarimi no. 1511)
Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:
1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan
dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at
agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-
nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa
ijma’ dan ijtihad.
2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi
tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum
(Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau
sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang
ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri
(yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan
lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-
sunnahnya).
Al-Fiqh adalah sekumpulan hukum syar’i yang wajib dipegangi oleh
setiap muslim dalam kehidupan praktisnya. Hukum-hukum ini mencakup urusan
pribadi maupun sosial, meliputi:
1. Al-Ibadah, yaitu hukum yang berkaitan dengan shalat, haji dan zakat.
2. Al-Ahwal asy-Syahsiyyah, yaitu hukum yang berkaitan dengan keluarga sejak
awal sampai akhir.
3. Al-Mu’amalat, yaitu hukum yang berkaitan dengan hubungan antar manusia
satu dengan yang lain seperti hukum akad, hak kepemilikan, dan lain-lain.
4. Al-Ahkam as-Sulthaniyah, yaitu hukum yang berkaitan dengan hubungan
negara dan rakyat.
5. Ahakmus silmi wal harbi, yaitu yang mengatur hubungan antar negara.
Sesungguhnya kompleksitas fiqh Islam terhadap masalah-masalah ini dan
sejenisnya menegaskan bahwa Islam adalah jalan hidup yang tidak hanya
mengatur agama, tetapi juga mengatur negara.

3. Ushul Figh
a. Pengertian Ushul Figh
Menurut Istitah yang digunakan oleh para ahli Ushul Fiqh ini, Ushul
Fiqh itu ialah, suatu ilmu yang membicarakan berbagai ketentuan dan kaidah
yang dapat digunakan dalam menggali dan merumuskan hukum syari'at
Islam dari sumbernya. Dalam pemakaiannya, kadang-kadang ilmu ini
digunakan untuk menetapkan dalil bagi sesuatu hukum; kadang-kadang untuk
menetapkan hukum dengan mempergunakan dalil Ayat-ayat Al-Our'an dan
Sunnah Rasul yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, dirumuskan
berbentuk "hukum Fiqh" (ilmu Fiqh) supaya dapat diamalkan dengan mudah.
Demikian pula peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang ditemukan dalam
kehidupan dapat ditentukan hukum atau statusnya dengan mempergunakan
dalil.

b. Topik-topik dan ruang lingkup yang dibicarakan dalam pembahasan ilmu


Ushul Fiqh ini meliputi:
Bentuk-bentuk dan macam-macam hukum, seperti hukum taklifi (wajib,
sunnat, mubah, makruh, haram) dan hukum wadl'i (sabab, syarat, mani',
'illat, shah, batal, azimah dan rukhshah).
Masalah perbuatan seseorang yang akan dikenal hukum (mahkum fihi)
seperti apakah perbuatan itu sengaja atau tidak, dalam kemampuannya
atau tidak, menyangkut hubungan dengan manusia atau Tuhan, apa
dengan kemauan sendiri atau dipaksa, dan sebagainya.
Pelaku suatu perbuatan yang akan dikenai hukum (mahkum 'alaihi)
apakah pelaku itu mukallaf atau tidak, apa sudah cukup syarat taklif
padanya atau tidak, apakah orang itu ahliyah atau bukan, dan sebagainya.
Keadaan atau sesuatu yang menghalangi berlakunya hukum ini meliputi
keadaan yang disebabkan oleh usaha manusia, keadaan yang sudah terjadi
tanpa usaha manusia yang pertama disebut awarid muktasabah, yang
kedua disebut awarid samawiyah.
Masalah istinbath dan istidlal meliputi makna zhahir nash, takwil dalalah
lafazh, mantuq dan mafhum yang beraneka ragam, 'am dan khas, muthlaq
dan muqayyad, nasikh dan mansukh, dan sebagainya.
Masalah ra'yu, ijtihad, ittiba' dan taqlid; meliputi kedudukan rakyu dan
batas-batas penggunannya, fungsi dan kedudukan ijtihad, syarat-syarat
mujtahid, bahaya taqlid dan sebagainya.
Masalah adillah syar'iyah, yang meliputi pembahasan Al-Qur'an, As-
Sunnah, ijma', qiyas, istihsan, istishlah, istishhab, mazhabus shahabi,
al-'urf, syar'u man qablana, bara'atul ashliyah, sadduz zari'ah, maqashidus
syari'ah/ususus syari'ah.
Masa'ah rakyu dan qiyas; meliputi. ashal, far'u, illat, masalikul illat, al-
washful munasib, as-sabru wat taqsim, tanqihul manath, ad-dauran, as-
syabhu, ilghaul fariq; dan selanjutnya dibicarakan masalah ta'arudl wat
tarjih dengan berbagai bentuk dan penyelesaiannya.

Anda mungkin juga menyukai