Anda di halaman 1dari 15

Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

ANALISIS SISTEMIK PENYELENGGARAAN


TAMAN BACAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN SEMARANG
Melati Indri Hapsari
P2PNFI Regional II Semarang
melatikesling06@yahoo.co.id

Abstrak
Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya
ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan
bacaan, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses
terhadap bahan-bahan bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti
tersedianya bahan-bahan bacaan yang memenuhi, kebutuhan masyarakat.
Sedangkan kemudahan akses adalah tersedianya saran dan prasarana
dimana masyarakat dapat dengan mudah memperoleh bahan bacaan dan
informasi tentang bahan bacaan. TBM yang ada belum dimanfaatkan secara
maksimal dan optimal oleh masyarakat. Sebagian TBM yang kurang
diminati oleh warga belajar lebih pada karena pengelolaan yang kurang
maksimal dan kurangnya motivasi masyarakat untuk membaca. Tujuan
dari penelitian ini adalah melakukan eksplorasi konsep dan filosofi Taman
Bacaan Masyarakat yang telah ada di Kabupaten Semarang, melakukan
eksplorasi penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten
Semarang, melakukan telaah kritis penyelenggaraan Taman Bacaan
Masyarakat di Kabupaten Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik dengan
jenis penelitian eksploratif. Subyek penelitian adalah tokoh-tokoh kunci
dalam penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat. Data terutama
dikumpulkan dengan observasi, yang didukung oleh wawancara mendalam
dan studi dokumentasi.Analisis data yang digunakan adalah analisis model
interaktif yang meliputi menyusun transcript hasil wawancara mendalam,
melakukan reduksi data, memberikan kode, pengelompokan data, display
data, verifikasi data, hasil studi dokumentasi. Kriteria keabsahan data
dengan menggunakan kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas,
transferabilitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut. Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan
berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat. Untuk
pemahaman konsep tidak semua penyelenggara dan pengelola TBM di
Kabupaten Semarang ini paham betul konsep dan tujuan mendirikan TBM.
Mereka cenderung menjadikan TBM sebagai program pelengkap saja di
lembaga penyelenggara misalnya PKBM. TBM yang ada beranekaragam
keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi dana yang
ada.Komponen-komponen penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari pola
penyelenggaraan, sistem evaluasi, pengelola, dukungan, jaringan kerja
sama, motivasi, pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua komponen
tersebut kondisinya berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara
masing-masing. Dalam pelaksanaannya TBM yang ada mempunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan dan terutama kritik

29
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

yang banyak dilontarkan lebih berkaitan dengan keseriusan penyelenggara


dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM agar lebih profesional.
Profesionalisme tersebut berkaitan dengan pengelola TBM dalam mengelola
dan beranekaragamnya bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kelebihan TBM yang ada terutama bagi TBM yang berlokasi
jauh dari perkotaan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan akan bahan bacaan.

Kata kunci: analisis, taman bacaan masyarakat (TBM), Semarang.

Pendahuluan
Membaca adalah hal yang sangat fundamental dalam proses belajar dan
pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari bagaimana
seseorang dapat memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya untuk
memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Membaca pada era
globalisasi ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk
perilaku seseorang. Dengan membaca seseorang dapat menambah informasi
dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Oleh karena itu, tidak
diragukan lagi apabila melek huruf (literat) menjadi salah satu indikator dalam
indeks pembangunan yang akan mengukur kualitas suatu negara.
Namun demikian, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini
bisa diperhatikan dari data berikut. Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2003 dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca
bangsa Indonesia. Data itu menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur
di atas 15 tahun yang membaca koran hanya 55,11 persen. Sedangkan yang
membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen,
buku pelajaran sekolah 44,28 persen dan yang membaca buku ilmu pengetahuan
lainnya hanya 21,07 persen. Data BPS lainya juga menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi. Orang lebih memilih
televisi dan mendengarkan radio. Malahan kecenderungan cara mendapatkan
informasi lewat membaca stagnan sejak 1993. Hanya naik sekitar 0,2 persen.
Jauh jika dibandingkan dengan menonton televisi yang kenaikan persentasenya
mencapai 211, 1 persen. Data 2006 menunjukkan bahwa orang Indonesia yang
membaca untuk mendapatkan informasi baru 23,5 persen dari total penduduk.
Sedangkan, dengan menonton televisi sebanyak 85,9 persen dan mendengarkan
radio sebesar 40,3 persen. (guahira.or.id)
Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan
oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga
ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan
bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan
bacaan yang memenuhi, kebutuhan masyarakat. Sedangkan kemudahan akses
adalah tersedianya saran dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan

30
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bahan bacaan.


TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat
bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk
memperoleh bahan bacaan. Di samping itu, TBM berperan dalam meningkatkan
minat baca, menumbuhkan budaya baca dan cinta buku bagi warga belajar dan
masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan
pemberantasan buta aksara yang antara lain karena kurangnya sarana yang
memungkinkan para aksarawan baru dapat memelihara dan meningkatkan
kemampuan baca tulisnya. TBM juga ditujukan untuk memperluas akses dalam
memberikan kesempatan kepada masyarakat mendapatkan layanan pendidikan
(Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
Sejauh ini TBM yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal dan opti-
mal oleh masyarakat. Sebagian TBM yang kurang diminati oleh warga belajar
lebih pada karena pengelolaan yang kurang maksimal dan kurangnya motivasi
masyarakat untuk membaca. Kabupaten Semarang adalah wilayah di propinsi
Jawa Tengah dengan jumlah Taman Bacaan Masyarakat yang cukup banyak yaitu
sekitar 19 buah. Dari data tersebut sebagian TBM yang ada masih berjalan aktif
dan melayanai pengunjung namun banyak pula yang hanya menjadi gudang buku
(Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2009).
Berdasarkan pada data dan fakta sebagaimana diuraikan di atas, maka
perlu kiranya dilakukan kajian secara sistemik mengenai penyelenggaraan TBM
di Kabupaten Semarang, sehingga dapat diketahui profil dan komponen-
komponen penyelenggaraannya, untuk kemudian dicoba dikaji secara mendalam
untuk merumuskan kelebihan dan kekurangan guna perbaikan sistem yang sudah
ada dalam kerangka menyusun rekomendasi bentuk atau model yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan filosofi Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di
Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten
Semarang?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan penyelenggaraan Taman Bacaan
Masyarakat di Kabupaten Semarang?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan eksplorasi konsep dan filosofi
Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di Kabupaten Semarang, melakukan
eksplorasi penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang,
melakukan telaah kritis penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di
Kabupaten Semarang.

31
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memperoleh
gambaran profil penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di
Kabupaten Semarang, memperoleh bahan kajian untuk menyusun rekomendasi
bentuk atau model Taman Bacaan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat.

Tinjauan Pustaka
Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan berbagai
jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai tempat
penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus
sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat.(Depdiknas,
2008)
Penyelenggaraan Taman Bacaan masyarakat (TBM) bukan hanya untuk
mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya
Taman Bacaan Masyarakat diharapkan dapat membantu warga belajar dalam
menimba ilmu pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan warga belajar dalam
kehidupannya. Agar dapat menunjang masyarakat dan warga belajar gemar
membaca, maka dalam pengadaan bahan bacaan di TBM harus
mempertimbangkan selera dan kebutuhan warga belajar.
Membaca merupakan upaya yang ampuh untuk memperoleh akses
langsung guna memperoleh ilmu dan pengetahuan serta penguasaan teknologi.
Upaya tersebut, sangat bergantung pada intensitas minat baca bagi setiap
individu. Minat baca merupakan wujud kecenderungan jiwa yang dapat membuat
seseorang menjadi senang dan tertarik terhadap bahan bacaan yang dipilihnya.
Menurut Bond (dalam Sumadi, 1987) minat baca adalah gambaran tentang
cakupan isi, aktivitas, dan intensitas seseorang dalam membaca bacaan yang
telah dipilih. Tingkers (1975: 309) mendefinisikan minat baca sebagai
kecenderungan jiwa yang diperoleh secara bertahap untuk merespon secara
selektif, positif dan disertai dengan rasa puas terhadap hal-hal khusus yang
dibaca. Dengan demikian, minat baca adalah suatu kecendrungan jiwa yang
diperoleh dengan cara bertahap untuk merespon kegiatan secara selektif dan
positif, yang membuat seseorang menjadi tertarik dan merasa puas terhadap
bacaan yang dipilihnya.
Selanjutnya Suryabrata (1989:18) mengatakan bahwa kebiasaan
membaca seseorang diakui atau tidak sangat berkaitan dengan minat baca yang
dimilikinya. Lebih jauh ia mengatakan bahwa seseorang yang berminat terhadap
sesuatu akan bersungguh-sungguh melakukan sesuatu yang diminatinya. Begitu
juga dengan minat baca seseorang terhadap suatu bacaan. Apabila ia berminat
terhadap sesuatu bacaan, maka akan bersungguh-sungguh membaca bacaan
yang diminatinya untuk mendapatkan berbagai informasi atau tujuan lain dari
hasil bacaan itu.
Selanjutnya David (1984:199) mengatakan bahwa pada masa sekarang

32
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

dan akan datang kegiatan membaca harus digalakkan sejalan dengan pesatnya
perkembangan pendidikan itu sendiri. Ia menambahkan bahwa salah satu usaha
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui kegemaran dan kegiatan
membaca. Karena media bacaan yang tersedia tidak akan berarti apabila tidak
dibaca. Minat baca menurutnya akan berperan sebagai kekuatan yang akan
mendorong (motivating force) seseorang untuk belajar.
Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal
kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir
dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
Secara operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca adalah suatu
perhatian yang kuat dan mendalam yang disertai dengan perasaan senang
terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan seseorang untuk membaca
dengan kemauannya sendiri. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca,
kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan
yang pernah dibaca. Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah
sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri seseorang terhadap buku
bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi
membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
Mulyani (1981) berpendapat bahwa tingkat perkembangan seseorang yang
paling menguntungkan untuk pengembangan minat membaca adalah pada masa
peka yaitu sekitar usia 5 – 6 tahun. Kemudian minat membaca ini akan
berkembang sampai dengan masa remaja. Ada dua kelompok besar faktor yang
mempengaruhi minat membaca seseorang, yaitu faktor personal dan faktor
institusional (Purves dan Beach, dalam Harris dan Sipay, 1980). Faktor personal
adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang, yaitu meliputi usia, jenis
kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis.
Sedangkan faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri seseorang, yaitu
meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status
sosial ekonomi dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang disekitarnya.
Untuk meningkatkan peran TBM dalam menumbuhkan minat baca
masyarakat disekitar TBM perlu ada perbaikan. Perbaikan ini diharapkan akan
memotivasi masyarakat untuk berkunjung dan membaca koleksi TBM. Perbaikan
yang dapat dilakukan antara lain: Pertamtddffdta, koleksi TBM terus ditingkatkan
baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kedua, sarana atau perabot TBM perlu
dilengkapi, TBM dapat dilengkapi dengan pendingin udara, televisi dan komputer
multimedia. Ketiga, masalah SDM TBM juga perlu mendapat perhatian. TBM
harus dikelola oleh tenaga yang memiliki keahlian ilmu perpustakaan, dokumentasi
dan informasi. Keempat, peningkatan dana untuk mengatasi masalah
keterbatasan koleksi, sarana TBM. (Hakim, 2009)
Sebagai institusi yang memiliki koleksi pengetahuan melalui koleksi buku
yang disediakan, TBM perlu berupaya agar masyarakat tertarik untuk mengujungi
TBM tersebut. Untuk itu pengelola TBM perlu membuat kegiatan yang dapat

33
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

menarik perhatian masyarakat, antara lain:


1. Sosialisasi melalui organisasi-organisasi masyarakat yang ada.
2. Membuat leaflet sebagai alat promosi.
3. Mengupayakan agar selalu terjadi sirkulasi buku.
4. Menyediakan bahan bacaan atau bahan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
5. Menyediakan bahan bacaan yang merangsang keingintahuan masyarakat.
6. Mengadakan berbagai jenis lomba bagi pengujung.
7. Memberikan penghargaan kepada pengunjung setia.
8. Mengupayakan kelengkapan TBM dengan media belajar lain (TV, APE, VCD
Player, dll) bila memungkinkan.
9. Mendesain TBM sebagai tempat yang menarik untuk didatangi.
10.Menyediakan tempat yang nyaman dan santai untuk membaca.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik dengan jenis
penelitian eksploratif. Pendekatan kualitatif naturalistik dalam penelitian memiliki
makna memahami peristiwa dalam kaitannya dengan orang dalam situasi
tertentu. (Moleong, 2002:33). Jenis penelitian ini dipilih karena diarahkan pada
latar penelitian dan individu secara holistik, yang kemudian akan ditemukan data
dan fakta secara alamiah dengan kenyataan-kenyataan di lapangan yang
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari konteksnya.
Subyek penelitian adalah tokoh-tokoh kunci dalam penyelenggaraan
Taman Bacaan Masyarakat, yang antara lain: Pengambil kebijakan tentang
pendidikan, Pemerhati dan praktisi pendidikan terutama TBM, Penyelenggara
TBM, Pengelola TBM, Masyarakat Pengguna TBM. Lokasi penelitian ini adalah
Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah.
Data terutama dikumpulkan dengan observasi, yang didukung oleh
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Tahap-tahap umum yang
dilaksanakan dalam rangka pengumpulan dan analisis data digambarkan
sebagai berikut: (Miles & Huberman, 1992) 1) Menyusun transcript hasil
wawancara mendalam, 2) Melakukan reduksi data, 3) Memberikan kode, 4)
Pengelompokan data, 5) Display data, 6) Verifikasi data, 7) Hasil studi
dokumentasi. Kriteria utama untuk menjamin keterpercayaan/kebenaran hasil
penelitian Lincoln dan Guba (dalam Riyanto, 2007) yaitu: kredibilitas,
dependabilitas, konfirmabilitas, transferabilitas.

Hasil dan Pembahasan


Manajemen dalam TBM bukan sekedar kegiatan menempatkan buku-buku
di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks, berkelanjutan dan selalu
berubah. Kegiatan manajemen adalah kegiatan yang mencerminkan adanya
sebuah sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor untuk

34
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

mendukungnya. Dengan manajemen yang diharapkan TBM dapat berperan


sesuai fungsinya dengan maksimal. Tetapi kenyataan di lapangan manajemen
TBM belum berjalan dengan baik . Hal tersebut diperkuat dengan penyataan
seorang informan di bawah ini.
“TBM sangat strategis untuk meningkatkan budaya baca walaupun di
lapangan belum berjalan secara maksimal bahakan ada istilah TBM bukan
Taman Bacaan Masyarakat tetapi ‘Tempat Buku Menumpuk’.”
Beberapa faktor yang dapat ditemui dalam sebuah proses manajemen
TBM diantaranya adalah kebijakan dan prosedur, manajemen koleksi, pendanaan
dan pengadaan, manajemen fasilitas, sumber daya manusia, perencanaan.
1. Prosedur dan kebijakan
Prosedur merupakan ‘cara’ atau ‘bagaimana’ kegiatan dan aksi-aksi
akan dapat mengimplementasikan sebuah rencana spesifik atau menjalankan
sebuah kebijakan. Kebijakan sendiri mengarah pada ‘mengapa’ atau ‘apa’
prinsip-prinsip dari organisasi (TBM). Kadang kala sebuah kebijakan terhadap
TBM sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di lingkungannya, baik dari
masyarakat, penyelenggara, dinas pendidikan dan departemen pendidikan.
Salah satu kebijakan yang berhubungan dengan pembudayaan
kegemaran membaca adalah Undang-Undang no 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan bahwa budaya gemar membaca menjadi tanggung jawab
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah.
Sebagai pengelola TBM maka perlu secara jelas memahami
bagaimana mengelola TBM secara efektif, dimana kebijakan yang ada harus
dijalankan, dan prosedur harus dapat merekleksikan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Kebijakan disini termasuk didalamnya pendanaan, pengelolaan,
dukungan untuk pengelola dan faktor-faktor lain yang berhubungan. Hal-hal
yang perlu dilakukan pengelola kaitannya dengan prosedur dan kebijakan
adalah:
a. Melihat kembali sumber-sumber yang dimiliki dan mendefinisikannya
sesuai kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang ada. Apabila TBM
tersebut dibawah suatu organisasi penyelenggara misalnya PKBM maka
TBM tersebut harus mengakomodasi kebijakan organisasi penyelenggara.
b. Melihat, memperhatikan dan memperbaharui prosedur-prosedur yang ada
dalam rangka kepuasan pelanggan.
Kepuasan pelanggan menjadi kunci utama suksesnya suatu TBM. Karena
apabila pelanggan merasa puas maka pelanggan tersebut dipastikan akan
datang lagi TBM dan dapat menjadi pengunjung tetap. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan informan.
“Pelayanannya cukup memuaskan bagi pengunjung, karena jka ada
orang bertanya langsung ditanggapi dengan ramah.”
c. Membuat pernyataan visi dari TBM yang sesuai dengan kebijakan yang

35
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

ada.
Diharapkan ke depan TBM dapat mempunyai visi dan misi sendiri
dengan tetap mengakomodasi visi dan misi organisasi penyelenggara.
Yang terpenting bahwa setiap membuat sebuah kebijakan atau
prosedur harus selalu mempertimbangkan visi, kebutuhan dan keadaan dari
masyarakat dan lembaga penyelenggara. Karena pada prinsipnya TBM harus
dapat mencerminkan visi dan misi sebuah lembaga penyelenggara.
Pengembangan prosedur dalam rangka pengelolaan TBM diharapkan
sangat sederhana. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan yang
mempunyai wewenang pengambilan kebijakan di lingkungan Dinas
Pendidikan di bawah ini.
“Pola penyelenggaraan diharapkan sangat sederhana misalnya
manajemen yang sederhana sehingga setiap masyarakat yang
membutuhkan dapat langsung mengakses, buku-buku yang disediakan
sebaiknya buku-buku yang menceritakan pengalaman yang berhasil
terutama pengalaman yang berguna untuk meningkatkan ekonomi.”

2. Manajemen koleksi
Manajemen koleksi merupakan area kunci dari tanggung jawab
pengelola. Koleksi sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah bahan pustaka
atau sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola dan diolah dengan kriteria tertentu.
Pengelolaan koleksi yang baik akan menentukan sukses tidaknya sebuah
TBM. Karena tanpa dikelola dengan baik, maka koleksi akan tetap menjadi
kumpulan atau tumpukan buku yang tidak bermakna. Salah satu karakteristik
dari sebuah koleksi TBM adalah beragamnya jenis sumber atau bahan pustaka
tergantung pada kebutuhan masyarakat sekitar TBM, ukuran dan jumlah
koleksi, bagaimana cara mengaksesnya dan keterbaruan. Banyak hal
sebetulnya yang dapat dilakukan untuk mengelola koleksi, mulai dari
pengadaan, pengolahan teknis (seperti inventarisasi, klasifikasi, pelabelan,
penempatan, pemilihan) dan memang tentunya itu membutuhkan perhatian
yang serius dari pengelola. Dalam manajemen koleksi sebetulnya jumlah buku
suatu hal yang menjadi sangat prinsip, akan tetapi lebih penting bagaimana
koleksi itu dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak. Koleksi yang tersedia
harus selektif dan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang menjadi
target sasaran, yaitu masyarakat pada umumnya termasuk koleksi untuk anak-
anak, remaja dan dewasa baik dalam bentuk fiksi/hiburan maupun yang
sciencetis.
Beberapa hal yang masuk dalam manajemen koleksi diantaranya
adalah:
a. pemetaan koleksi
b. seleksi kebijakan dan prosedur
c. kegiatan katalogisasi

36
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

d. pemilahan
e. rencana pengembangan koleksi
Kegiatan manajemen koleksi tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan
oleh semua TBM yang ada. Karena untuk melaksanakan kegiatan manajemen
koleksi tersebut membutuhkan waktu yang cukup banyak maka pengelola
TBM merasa tidak sanggup. Alasan pengelola TBM tidak sanggup karena
menjadi pengelola TBM hanya sampingan jadi waktu yang ada kadang habis
untuk melayani pengunjung, sedangkan penyelenggara kalau mengharuskan
pengelola untuk melaksanakan semua manajemen koleksi merasa sungkan
karena tidak honor khusus yang memadai bagi pengelola TBM. Hal tersebut
sesuai dengan penyataan seorang informan.
“....tenaga pengelola itu sendiri nyambi semua dan tidak mendapat
honor. Jadi mau tidak mau kalo kita akan mengadministrasikan secara
profesional tidak nyampai waktunya sementara saya punya pekerjaan yang
bayak lah antara formal dan nonformal semua harus saya kerjakan, kemudian
kalau saya mau perintah mengadministrasikan sekian banyak dengan cuma-
cuma begitu saja ya juga perasaan gitu.”
3. Pendanaan dan Pengadaan
Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi ‘momok’ bagi
sebagian pengelola TBM dalam mengembangkan TBM. Dana diperlukan
dalam rangka pertumbuhan dan pengembangan TBM secara global. Agar
TBM yang ada tetap eksis dan senantiasa tidak ditinggalkan oleh masyarakat
penggunanya, maka pemerintah secara concent harus dapat menyuplai dana
secara berkesinambungan.
Untuk itu masalah pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin.
Melalui sebuah ‘assesment’ terhadap koleksi dan tujuan pengembangan pro-
gram, sebuah rencana pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam
sebuah dokumen perencanaan bagi TBM. Selanjutnya apabila dana tersebut
sudah ada maka tugas dari pengelola TBM untuk merancang dan mengawal
penggunaan dana yang ada. Hal itu harus dilakukan sistematis dan sesuai
dengan prosedur yang sudah ada. Kegiatan pendanaan ini sangat erat
hubungannya dengan sebuah kegiatan pengadaan. Pengadaan di TBM dapat
meliputi pengadaan koleksi, fasilitas, ruang, alat maupun lainnya.
Kenyataan di lapangan, pendanaan menjadi faktor penghambat utama
dalam penyelenggaraan TBM. TBM yang ada hanya mengantungkan bantuan
sosial dari pemerintah yang jumlahnya sangat terbatas, bantuan dari
penyelenggara. Karena TBM dalam melayani pengunjung biasanya gratis
tanpa dipungut biaya karena yang dilayani merupakan masyarakat yang
kurang mampu sehingga tidak ada pemasukan sama sekali bagi TBM. Tetapi
ada juga TBM yang memunggut biaya peminjaman buku walaupun sangat
sedikit untuk biaya perawatan buku.

37
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

4. Fasilitas
Fasilitas TBM menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan TBM. Seringkali yang menjadi masalah TBM adalah masalah
‘ketiadaan’ atau ‘ketidakberdayaan’ fasilitas. Mulai dari ketiadaan tempat,
ketiadaan koleksi, ketiadaan saran pendukung, dan sarana prasarana lainnya.
Namun yang penting dalam pengelolaan fasilitas harus diperhatikan 3 hal yakni
nyaman (comfort), terbuka (welcome), kemudahan bagi pengguna (user-
friendly).
Idealnya TBM mempunyai semua fasilitas tersebut, dari tempat yang
nyaman dan terbuka untuk semua lapisan masyarakat, koleksi dan sarana
pendukung yang ada dapat memudahkan bagi pengunjung untuk mencari dan
memanfaatkan koleksi yang ada.

5. Manajemen Sumber Daya Manusia


Faktor lain yang penting dalam pengelolaan TBM adalah masalah
sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya. Sering ditemui bahwa
pekerjaan yang berhubungan dengan TBM ‘hanya’ menjadi kerjaan
‘sampingan’ sehingga tidak dikelola secara baik. Sumber daya manusia atau
pengelola TBM tidak harus orang yang ahli di bidang perpustakaan
(Pustakawan), masyarakat pada umumnya dapat mengelola TBM. Syarat
utama mereka harus dapat mengikuti perkembangan informasi atau ilmu
pengetahuan yang ada. Maka dalam hal ini diperlukan sumber daya manusia
yang aktif, kreatif serta mampu menerima serta mengolah perkembangan
tersebut dengan baik. Untuk mencapai SDM yang optimal dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya diperlukan wawasan serta gambaran pengelolaan TBM.
Untuk itu pemerintah melalui lembaga yang diberi kewenangan senantiasa
mengadakan pelatihan-pelatihan di bidang ilmu perpustakaan secara berkala.
SDM atau pengelola TBM merupakan kunci utama dalam kesuksesan
sebuah TBM. Inovasi dan ide-ide kreatifnya akan membawa TBM menjadi
TBM yang berdayaguna dan juga nyaman digunakan oleh masyarakat.
Pengelola harus benar-benar memahami seluk beluk membaca seperti
prinsip-prinsip membaca, karakteritik membaca yang baik, kesiapan
membaca, cara-cara memotivasi pengunjung agar senang membaca.
Selama ini pengelola TBM yang ada dituntut untuk mau dan mampu
mengelola TBM dengan baik tetapi tidak dibarengi dengan penghargaan yang
layak bagi mereka. Honor untuk mereka tidak jelas jumlah dan waktu
pemberian, kebanyakaan mereka hanya kerja sosial. Oleh karena itu,
penyelenggara dalam rangka merekrut pengelola persyaratan utamanya
adalah mereka mau bekerja sosial. Karena persyaratan tersebutlah yang
menyebabkan penyelenggara biasanya kesulitan untuk merekrut pengelola.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari informan di bawah ini.
“...Teman yang saya ajak yang memiliki jiwa sosial karena memang

38
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

honornya tidak jelas.....”


“Tidak adanya honor untuk pengelola.”

6. Perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
manajemen TBM. Untuk itu mulailah selalu dengan perencanaan dalam
pengelolaan TBM. Perencanaan akan menentukan sejauh mana TBM dapat
berjalan baik. TBM yang ada di Kabupaten Semarang hampir sebagian besar
tidak melakukan perencanaan dengan baik, hal tersebut terbukti dengan tidak
semua TBM mempunyai program kerja. Mereka hanya melakukan kegiatan
rutin melayani pengunjung yang datang dan melayani peminjaman.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan TBM


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan TBM
adalah:
1. Minat masyarakat
Faktor minat masyarakat sangat menentukan terhadap pemanfaatan
TBM. Dengan adanya minat masyarakat terutama dalam hal membaca buku-
buku yang tersedia di TBM maka dengan sendirinya TBM tersebut turut
membantu kebutuhan masyarakat akan informasi. Karena bagaimanapun
lengkap dan baik sarana dan fasilitas yang ada pada TBM tidak akan
bermanfaat sebagaimana yang diinginkan kalau tidak ada minat masyarakat
untuk memanfaatkannya terutama minat baca masyarakat terhadap buku-buku
TBM.
TBM dapat menumbuhkan minat baca masayarakat dengan
menjadikan TBM bersifat aktif dan kondusif. TBM dapat mengadakan
kelompok baca, bedah buku, story telling, berbagai macam perlombaan misal:
membuat cerpen, membuat dan baca puisi, bedah buku. Untuk merangsang
masyarakat agar rajin berkunjung ke TBM dan meminjam buku, TBM dapat
memberikan hadiah atau penghargaan kepada pengunjung/anggota TBM
yang paling rajin datang dan meminjam buku yang diadakan secara berkala.
Misalnya tiap semester atau tiap tahun.
Kegiatan yang sudah dilakukan oleh penyelenggara dan pengelola
TBM di Kabupaten Semarang dalam memotivasi minat baca masyarakat
antara lain mengadakan lomba-lomba, membentuk kelompok membaca
warga belajar, memberikan layanan APE bagi anak-anak, menyediakan buku
cerita anak bagi anak didik PAUD, mengadakan sosialisasi, mendorong
warga belajar program kesetaraan untuk datang ke TBM melalui tugas-tugas
yang diberikan.

2. Tenaga pengelola
Faktor ini sangat memegang peranan yang sangat menentukan

39
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

berhasil tidaknya sebuah TBM. Oleh karena itu untuk membuat TBM
bermanfaat sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuannya, maka para pengelola,
penyelenggara bisa menyadari akan kepentingan dan kedudukan TBM bagi
masyarakat, memahami keperluan masyarakat dan kemudian menguasai liku-
liku kegiatan dan teknik pekerjaan perpustakaan itu sendiri.
Pada umumnya di TBM yang menjadi obyek penelitian ini, pengelola
TBM diserahkan kepada salah satu tutor yang diberi tanggung jawab
mengelola TBM disamping tugas mengajarnya yang utama. Walaupun hanya
tugas sampingan, tetapi pengelola TBM tersebut perlu memenuhi persyaratan
tertentu misalnya menguasai ilmu mengelola TBM, mampu menyebarluaskan
misi da pencapaian tugas TBM serta membina dan meningkatkan minat baca
masyarakat. Dengan adanya kecakapan dan pengetahuan serta moral para
pengelola TBM, maka dengan sendirinya pengelolaan TBM juga akan baik
sesuai dengan haparan.

3. Koleksi TBM
Keadaan koleksi TBM sebenarnya erat kaitannya dengan maksud
didirikannya TBM itu sendiri. Maka dalam pengadaan bahan koleksi harus
mempertimbangkan apa maksud didirikannya.
TBM yang berada di Kabupaten Semarang ini, koleksi yang dimiliki
masih sangat terbatas, mereka paling banyak mempunyai buku-buku Paket
untuk program kesetaraan, jumlah buku-buku yang menarik masyarakat
misalnya buku tentang keterampilan, buku-buku hiburan (fiksi) sangat kurang.
4. Gedung dan fasilitas TBM
Mengenai keadaan gedung TBM ini yang harus diperhatikan adalah
letak, jumlah ruangan dan tata ruangnya. Letak TBM diharapkan strategis
sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Keadaan
bangunan diharapkan mampu menahan berat perabotan dan isinya, tahan
api dan tahan bakar, cukup banyak celah untuk memungkinkan memberi
penerangan secara alamiah dan tanpa banyak tiang serta penyekat.
Selain gedung, fasilitas TBM merupakan hal yang penting, yang
dimaksudkan adalah segala perkakas yang digunakan dalam
penyelenggaraan TBM selain buku-buku dan bahan pustaka. Perlengkapan
atau fasilitas ini meliputi rak buku, rak surat kabar, rak majalah, meja sirkulasi,
lemari/kabinet katalog, papan display, papan pengumuman, meja baca dan
perlengkapan lainnya yang digunakan secara tidak langsung.
Selain kelengkapan fasilitas TBM tersebut, yang perlu diperhatikan
adalah penataan ruangan TBM sehingga memberikan kelancaran bagi
pengelola dalam menyelenggarakan TBM, juga pengunjung pada umumnya.
Sudah saatnya kondisi TBM yang ada diperbaiki. Perbaikan ini akan
memotivasi masyarakat untuk berkunjung dan membaca koleksi TBM. Perbaikan

40
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

yang dapat dilakukan antara lain, Pertama, koleksi TBM terus ditingkatkan baik
dari segi kuantitas maupun kualitas. Sudah saatnya TBM tidak hanya berisi buku-
buku Paket B dan C, koleksi TBM juga dapat berupa buku-buku bacaan yang
mampu menarik minat masyarakat untuk membacanya. Selain itu TBM dapat
juga melengkapi koleksinya dengan koleksi audiovisual sehingga tidak
memberikan kesan layanan yang monoton.
Kedua, sarana atau perabotan TBM perlu dilengkapi, TBM dapat
dilengkapi dengan komputer multimedia dengan layanan internet. Perabotan
TBM perlu didesain dan disusun dengan baik sehingga dapat memberikan kesan
nyaman bagi pengunjung. Ketiga, masalah SDM TBM juga perlu mendapatkan
perhatian. Pengelola perlu mendapatkan pelatihan teknis yang berhubungan
dengan ilmu perpustakaan agar dapat mengelola dan mengembangkan TBM
berdasarkan kaidah ilmu perpustakaan.
Keempat, sebenarnya masalah keterbatasan koleksi, sarana TBM serta
minimnya SDM TBM disebabkan karena keterbatasan dana. Keterbatasan dana
menyebabkan TBM tidak mampu membeli buku, melengkapi sarana TBM serta
membayar tenaga profesional untuk mengelola TBM. Pemerintah perlu
memberikan perhatian bagi pengembangan TBM. Perhatian itu dapat diwujudkan
dalam bentuk pemberian dana bantuan pengembangan TBM, kebijakan yang
merangsang perkembangan TBM serta penghargaan kepada mereka yang
berjasa dalam mengembangkan TBM. TBM juga dapat menyusun proposal
pengembangan TBM dan mengajukan ke perusahaan, instansi atau individu yang
memiliki perhatian di bidang pendidikan, minat baca dan TBM.
Kelima, peningkatan promosi penggunaan TBM sehingga masyarakat
tahu dan mau memanfaatkan jasa layanan TBM yang ada. Masyarakat kurang
tahu tentang kegunaan TBM, begitu juga dengan bahan pustakanya. Masyarakat
membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke TBM. Promosi yang
kurang diketahui dari pemahaman beberapa masyarakat terhadap TBM yang
belum sesuai.

Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Taman
Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan
belajar yang dibutuhkan masyarakat. Untuk pemahaman konsep tidak semua
penyelenggara dan pengelola TBM di Kabupaten Semarang ini paham betul
konsep dan tujuan mendirikan TBM. Mereka cenderung menjadikan TBM sebagai
program pelengkap saja di lembaga penyelenggara misalnya PKBM. TBM yang
ada beranekaragam keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi
dana yang ada.Komponen-komponen penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari
pola penyelenggaraan, sistem evaluasi, pengelola, dukungan, jaringan kerja sama,
motivasi, pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua komponen tersebut

41
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

kondisinya berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara masing-


masing. Dalam pelaksanaannya TBM yang ada mempunyai kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Kekurangan dan terutama kritik yang banyak
dilontarkan lebih berkaitan dengan keseriusan penyelenggara dalam
menyelenggarakan dan mengelola TBM agar lebih profesional. Profesionalisme
tersebut berkaitan dengan pengelola TBM dalam mengelola dan
beranekaragamnya bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kelebihan TBM yang ada terutama bagi TBM yang berlokasi jauh dari perkotaan
memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan
bahan bacaan.
Rekomendasi yang dapat diberikan antara lain, Penyelenggara dan
pengelola melakukan kegiatan identifikasi kebutuhan bahan bacaan masyarakat
sehingga bahan bacaan yang ada benar-benar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat karena sesuai dengan kebutuhannya; Pengelola TBM meningkatkan
kemampuan keterampilan dalam mengelola TBM dan memotivasi minat baca
masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu memfasilitasi kegiatan peningkatan
kompetensi pengelola TBM misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, orientasi
teknis maupun pembinaan secara berkala; TBM melakukan kegiatan promosi
yang lebih efektif kepada masyarakat.

Daftar Pustaka
David, Mariem. 1984. Woman, Family and Education. Nicols Publishing, New
York
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Naskah Akademik Pengelola Taman
Bacaan Masyarakat (TBM). Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Nonformal, Jakarta
Guahira. or. id. Minat Baca di Indonesia Buruk. 21 Oktober 2007
Hakim, Heri Abi Burachman. 2009. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan
Minat Baca. www.heri_abi.staff.ugm.ac.id
Harris, A, and Sipay, E. 1980. How to Increase Reading Ability. Longman Inc,
New York
Juel, C. 1988. Learning to Read and Write: A Longitudinal Study of 54 Children
from First through Fourth Grade. Journal of Educational Psychology, 80
(4), 437 – 447
Lilawati. 1988. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi
Membaca dari Orang Tua dan Inteligensi dengan Minat Membaca pada
Anak Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Miles, M.B & Huberman, A.M.1984. Qualitativ Data Analisis. Sage Publication
Inc, Berverly Hill
Moleong, L.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya,

42
Andragogia - Jurnal PNFI / Volume 1 / No 1 - Nopember 2009

Bandung
Mulyani, A.N. 1981. Pembinaan Minat Baca dan Promosi Perpustakaan. Berita
Perpustakaan Sekolah, I, 24 – 29
Sumadi. 1987. Hubungan Minat Baca dan Bakat Bahasa dengan Prestasi
Membaca Pemahaman Siswa SMA Kodya Malang. Thesis. S2 PPs IKIP
Malang, Malang
Suryabrata, Sumadi. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Andi
Offset, Yogyakarta
Tingkers, Miles A. 1975. Teaching Reading in the Elementary School. Prentice-
Hall. Inc, New Jersey

43

Anda mungkin juga menyukai