cc
V
V
V
1. Mengurangi kekuatiran tentang perubahan yang akan terjadi atas rencana kegiatan
suatu pembangunan.
2. Memberikan informasi mengenai kegiatan Pembangunan Industri , sehingga dapat
mempersiapkan dan menyesuaikan diri agar dapat terlibat dalam kegiatan tersebut.
3. Memberi informasi tentang perubahan yang akan terjadi, sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan dampak positif dan menghindarkan dampak negatif.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan.
Pada pelaksanaan studi AMDAL terdapat beberapa komponen dan parameter lingkungan
yang harus dijadikan sebagai sasaran studi, antara lain :
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
Peraturan ± peraturan tersebut tergantung / menyesuaikan juga pada jenis kegiatan yang
dilaksanakan/direncanakan.
Akibatnya, meski telah dilakukan pola penanganan dampak dengan program AMDAL itu
hanya sebatas pada dimensi prosedural belaka. Contoh nyatanya dan paling tragis adalah
kasus lumpur Lapindo di Surabaya yang sampai saat ini belum tuntas. Tidak adanya
keseriusan secara utuh bahwa institusi Negara maupun swasta yang menyelenggarakan
pembangunan fisik seharusnya sadar dan penuh tanggung jawab terhadap konsekuensi logis
akibat dari keberlanjutan aktifitas ekonomi tersebut. Kondisi ini, saya kira akan menjadi
permasalahan serius bagi perwujudan keberhasilan penanganan dampak lingkungan kalau
terus dibiarkan.
Indikator dari kondisi tersebut berawal dari kurang jelasnya konsep dan sinergisitas antara
pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan swasta sebagai media pelaksana proyek dalam
merumuskan kebijakan mengenai pengelolaan lingkungan. Di lain hal faktor keikutsertaan
seluruh stakeholder dalam proses penanganan dampak negatif maupun positif
penyelenggaraan pembangunan tumpuan utamanya adalah masyarakat. Karena wujud dari
tujuan pembangunan itu sendiri semata-mata demi kepentingan masyarakat luas.
Alhasil, dualisme tujuan antara pembangunan yang berwawasan manusia serta lingkungan
hidupnya dan pembangunan yang berorientasi fisik dan ekonomi pasar. Ini menyebabkan
realisasi penerapan AMDAL pada proyek pembangunan bersifat setengah hati dan tidak
berpihak pada masyarakat dan lingkungan. Realitas sosial saat ini, banyaknya program
AMDAL pemerintah melalui instansi-instansinya di seluruh Indonesia terkesan tidak sinergis
dan koordinatif dengan kondisi riil di lapangan. Apalagi saat ini pemerintah menerbitkan
9.000 dokumen mengenai analisis dampak lingkungan yang mungkin masih dipertanyakan
tentang dokumen-dokumen itu, apakah muncul dari hasil identifkasi, observasi maupun
elaborasi yang kritis. Malahan makin diragukan tahap implementasinya bisa terealisasi
dengan baik. Bias permasalahan mengenai arti dampak sosial pembangunan dapat
memperparah kesatuan manusia dan lingkungan hidup sekitarnya. Artinya pembangunan
keberlanjutan jangan sampai menistakan dampak sosial, kesehatan, dampak positif, dampak
negatif yang secara fisik dan naluriah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan alam
Nusantara.
Seharusnya pemerintah tidak ahistoris dan parsial dalam menanggapi permasalahan ini.
Sebagaimana diketahui, pelaksanaan AMDAL di Indonesia telah dimulai jauh lebih awal
daripada undang-undang dan peraturan pemerintah, terutama dalam hal proyek-proyek
pembangunan pemerintah maupun swasta yang menerima bantuan dari badan luar negeri
yang mengaitkan pemberian bantuan itu perlu diimbanginya dengan AMDAL yang diberi
bantuan untuk proyek tersebut.
Berdasarkan asas manfaatnya, sejatinya AMDAL bukanlah dijadikan buku resep (cook-book)
yang dapat digunakan begitu saja secara tidak kritis. Cara penggunaan AMDAL secara
prinsip sangat berbeda untuk jenis proyek dan lingkungan yang berbeda-beda pula. Usaha
penyeragaman itu merupakan sebuah kelemahan yang sangat serius karena banyak AMDAL
mengandung data yang tidak relevan dengan proyek yang sedang diteliti sehingga AMDAL
itu tidak banyak berguna. Seharusnya AMDAL disesuaikan dengan jenis proyek
pembangunan dan lingkungan yang telah ditelaah, karena jelas tidak ada dua proyek
pembangunan dan lingkungan yang mempunyai sifat yang sama. Misalnya tidak ada dua
bangunan gedung atau dua ruang bangunan rumah yang mempunyai sifat yang sama.
Demikian pula tidak ada dua lingkungan yang identik sama. Masalah lingkungan bendungan
di Jakarta juga dan pasti akan berbeda dari masalah lingkungan bendungan di Surabaya atau
NTB. Bahkan dua bendungan yang di sungai yang sama, misalnya Bengawan Solo atau di
kali Code mempunyai masalah lingkungan yang sangat terbatas. Identifikasi dan Evaluasi
dampak lingkungan yang hanya bersifat tidak kritis dan cenderung subjektif membuat
masalah lebih kompleks, oleh karena itu pelaksanaan AMDAL haruslah dilakukan secara
kritis, baik menggunakan ilmu pengetahuan yang bersifat objektif maupun dengan
pertimbangan yang bersifat subjektif kritis namun harus dilakukan secara rasional.
Artinya pemerintah harus serius serta tanggap untuk tidak menghalalkan persoalan kerusakan
lingkungan makin kompleks. Solusi riilnya, tentu yang utama dan terpenting adalah kemauan
baik pemerintah untuk betul-betul memahami akar persoalan ini dengan sepenuhnya
melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Seiring dengan ruang
partisipasi yang terbuka lebar maka pemerintah dapat mengeluarkan aturan ataupun regulasi
yang tegas untuk menjelaskan pentingnya AMDAL bagi masyarakat dan lingkungannya.
Sosialisasi dan publikasi mengenai peran dan fungsi aturan itu dapat terbangun dengan
sendirinya. Dalam arti koordinasi, pengawasan serta proses pengkawalan akan terus
berlangsung sampai pada tataran implementasinya. Misalnya melibatkan masyarakat,
akademisi, swasta, pemerhati lingkungan, LSM, pers, ormas, organ kepemudaan, organ
mahasiswa dan BEM, melalui seminar dan lokakarya mengenai kerusakan lingkungan
ataupun keutamaan AMDAL. Dengan metode seperti ini, sinergisitas dan koordinasi antara
pemerintah dengan seluruh stakeholder lebih-lebih swasta (pengusaha) sebagai kelompok
berkepentingan dapat membawa angin segar terciptanya pemahaman, kepedulian, kesadaran
bahwa pembangunan haruslah berwawasan lingkungan dan kemanusiaan yang adil dan
beradab. Pada akhirnya, gerakan bersama bangsa ini dapat mewujudkan proyek
pembangunan di seluruh nusantara ini yang ramah dan tidak merugikan masyarakat, hingga
secepatnya tercapai kesejahteraan rakyat, flora fauna, dan nilai estetika alam.
Semoga usaha penanggulangan serta penanganan kerusakan lingkungan adalah babak baru
peningkatan kualitas hidup alam bagi pembangunan kesejahteraan hidup rakyat Indonesia.
Bilamana daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak dikelola secara seimbang
maka akan merugikan bagi manusia/ masyarakat itu sendiri. Karena itu, maka telah
dicanangkan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan (1984), yang memuat
makna mengolah sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan generasi masa kini, tanpa
mengurangi kemampuan generasi masa depan mengolah sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan
kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, telah diatur
dalam suatu peraturan perundangan yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan hidup menurut UU
tersebut adalah : ³Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.³
Dalam pasal 15 ayat 1 di tetapkan bahwa untuk pelestarian lingkungan hidup, maka setiap
rencana usaha dan/ atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan
hidup ( AMDAL ).
c
!
"c c#
Dalam rangka pelaksanaan Undang ± Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, ketentuan tentang tata cara penyusunan dan penilaian AMDAL, telah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
AMDAL adalah : Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan\atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan\ atau kegiatan.
Sedangkan yang dimaksud dengan dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan
hidup yang mendasar, yang diakibatkan oleh suatu usaha dan\atau kegiatan. Usaha dan\atau
kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup meliputi :
2. Ekplorasi sumber daya alam, baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan\atau perlindungan cagar budaya.
Jenis rencana usaha dan\atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, tercantum
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001.
Sedangkan dampak penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, didasarkan
pada kriteria :
Secara umum tujuan AMDAL adalah : Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dalam
pelaksanaannya ada dua hal pokok yang menjadi tujuan AMDAL yaitu :
2. Meningkatkan dampak positif dan mengurangi sampai sekecil ± kecilnya dampak negatif
yang terjadi dengan melaksanakan RKL ± RPL secara konsekuen.
$ c c
Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan wajib AMDAL atau tidak, dilakukan penapisan
terlebih dulu dengan mengacu pada PP No. 27 Tahun 1999 dan Kep. Men. Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2001. Bagi rencana usaha dan/ atau kegiatan yang tidak wajib
AMDAL, maka cukup menysusn Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
Sedangkan rencana usaha dan/ atau kegiatan yang wajib AMDAL harus melakukan Studi
AMDAL yang dituangkan dalam bentuk Dokumen AMDAL. Sebelum menyusun dokumen
AMDAL yang pertama kali dilakukan adalah melakukan Pelingkupan yang merupakan
proses untuk :
Hasil pelingkupan merupakan dasar penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari :
Dalam rangka penyusunan AMDAL, terdapat tiga komponen yang terkait dalam kegiatan,
yaitu
Adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/
atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
($!
AMDAL merupakan salah satu azas untuk menunjang pembangunan berwawasan lingkungan. AMDAL termasuk model
yang sangat berguna bagi penanaman modal, pemerin tah maupun masyarakat. Dengan berpedoman pada dokumen AMDAL,
maka dampak negatif dari suatu usaha dan/atau kegiatan dapat diminimalkan dan dampak positifnya dapat ditingkatkan.