Anda di halaman 1dari 9

c c

       


   

Kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 23


Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah, pengelolaan lingkungan hidup
diselenggarakan atas tanggungjawab negara, asas pembangunan berkelanjutan, dan asas
manfaat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya, yaitu terciptanya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara
manusia dengan lingkungan, antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, manusia dengan
manusia; terjaminnya kepentingan generasi saat ini dan akan datang; tercapainya kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.
Berdasarkan kebijaksanaan tersebut, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
merupakan salah satu instrumen kebijaksanaan pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan
AMDAL terhadap sesuatu rencana usaha atau kegiatan dimaksudkan untuk mengetahui
dampak besar dan penting, dan menetapkan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Sesuai UU No. 23 tahun 1997 tersebut, dinyatakan bahwa kegiatan yang diprakirakan dapat
menimbulkan suatu dampak besar dan penting pada lingkungan dan sekitarnya diwajibkan
melakukan studi tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Peraturan
pelaksanaa dari Undang-Undang ini dituangkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
 
    cc

1. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan terutama


yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
2. Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak besar dan penting
3. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
4. Merumuskan RKL dan RPL.

   
    cc
V 


1. Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan dan


pengelolaan lingkungan dalam hal pengendalian dampak negatif dan mengembangkan
dampak positif yang meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat.
2. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci pada
suatu kegiatan Pembangunan.
3. Sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada suatu kegiatan
Pembangunan.

V   

1. Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang akan


datang dan cara-cara pencegahan serta penanggulangan sebagai akibat adanya
kegiatan suatu pembangunan.
2. Sebagai pedoman untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
3. Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan untuk kemudian mengetahui kekurangannya.

V    

1. Mengurangi kekuatiran tentang perubahan yang akan terjadi atas rencana kegiatan
suatu pembangunan.
2. Memberikan informasi mengenai kegiatan Pembangunan Industri , sehingga dapat
mempersiapkan dan menyesuaikan diri agar dapat terlibat dalam kegiatan tersebut.
3. Memberi informasi tentang perubahan yang akan terjadi, sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan dampak positif dan menghindarkan dampak negatif.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan.

Pada pelaksanaan studi AMDAL terdapat beberapa komponen dan parameter lingkungan
yang harus dijadikan sebagai sasaran studi, antara lain :

1. Komponen Geo-Fisik-Kimia antra lain : Iklim dan Kualitas Udara, Fisiografi,


Geologi, Ruang, Lahan dan Tanah, Kualitas Air Permukaan,
2. Komponen Biotis antara lain : Flora, Fauna, Biota Sungai, Biota Air Laut
3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya antara lain : Sosial Ekonomi , Sosial Buda ya
4. Komponen Kesehatan Masyarakat antara lain Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan
Masyarakat

       
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :

1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok -pokok Agraria.


2. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistem (Lembaran Negara RI Tahun 1990 No. 49 Tahun 1990 Tambahan
Lembaran Negara No 3419).
3. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman
4. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 No. 115, Tambahan Lembaran Negara No 3501).
6. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations
Conventation On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mengenai Keanekaragaman Hayati
7. Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Republik Indonesia Tahun 1997 No. 68 Tambahan Lembaran Negara No.
3699).
8. Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
9. Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
10. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang.
14. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah untuk
Penggantian.
15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 59
Tambahan Lembaran Negara No.3838).
16. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
17. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pembangunan
18. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
19. Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
20. Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi Pengelolaan Tata
Ruang Nasional.
21. Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
22. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
23. Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada
Sumber-sumber Air.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH /7/1992 tentang
Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL.
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting.
26. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang
Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi.
27. Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana AMDAL Bidang
Pekerjaan Umum.
28. Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
RKL dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan Umum.
29. Keputusan Menteri Negar
a Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH /3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/ 10/1996
tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan
Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan.
31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/ 11/1996
tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/ 11/1996
tentang Baku Tingkat Getaran.
33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH /11/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan.
34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-45/MENLH/10/1997 tentang
Indeks Standar Pencemar Udara.
35. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH /1/1998 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.
36. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
37. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda
Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.
38. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.
39. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik.
40. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah ke Air atau Sumber Air.
41. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-
205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak.
42. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-299/11/1996
tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
43. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-105 tahun
1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
44. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
107/BAPEDAL/2/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks
Standar Pencemar Udara.
45. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
46. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 tahun 2000
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
47. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000
tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
48. Peraturan Daerah terkait yang relevan lainnya dengan studi ini.

Peraturan ± peraturan tersebut tergantung / menyesuaikan juga pada jenis kegiatan yang
dilaksanakan/direncanakan.

c cc          


Seiring dengan Era kemajuan pembangunan di segala bidang, banyak menyisakan bencana
kerusakan lingkungan yang mencengangkan bumi pertiwi ini. Seperti halnya dengan polusi
dan kerusakan lingkungan di perkotaan dan pedesaan saat ini. Banjir, tanah longsor, erosi,
pencemaran air, udara, dan berbagai kerusakan lainnya merupakan satu mata rantai yang
dapat meruntuhkan keberlangsungan kehidupan manusia seutuhnya. Perubahan iklim
lingkungan tersebut sangat terkait dengan menipisnya kesadaran dan kepedulian terhadap
dampak negatif aktifitas manusia dan pembangunan yang semakin meningkat.

Akibatnya, meski telah dilakukan pola penanganan dampak dengan program AMDAL itu
hanya sebatas pada dimensi prosedural belaka. Contoh nyatanya dan paling tragis adalah
kasus lumpur Lapindo di Surabaya yang sampai saat ini belum tuntas. Tidak adanya
keseriusan secara utuh bahwa institusi Negara maupun swasta yang menyelenggarakan
pembangunan fisik seharusnya sadar dan penuh tanggung jawab terhadap konsekuensi logis
akibat dari keberlanjutan aktifitas ekonomi tersebut. Kondisi ini, saya kira akan menjadi
permasalahan serius bagi perwujudan keberhasilan penanganan dampak lingkungan kalau
terus dibiarkan.

Indikator dari kondisi tersebut berawal dari kurang jelasnya konsep dan sinergisitas antara
pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan swasta sebagai media pelaksana proyek dalam
merumuskan kebijakan mengenai pengelolaan lingkungan. Di lain hal faktor keikutsertaan
seluruh stakeholder dalam proses penanganan dampak negatif maupun positif
penyelenggaraan pembangunan tumpuan utamanya adalah masyarakat. Karena wujud dari
tujuan pembangunan itu sendiri semata-mata demi kepentingan masyarakat luas.

Selama ini, Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sering dikesampingkan. Imbasnya


berujung pada penanganan dampak lingkungan dari sebuah pembangunan infrastruktur, supra
struktur. Dimana kepercayaan tingkat elit pemerintah hanya melibatkan kaum pemodal
(swasta) mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasannya yang kurang efektif
dan tidak efisien. Artinya kesatuan hidup masyarakat dan lingkungannya seharusnya menjadi
bagian terpenting subjek dari orientasi pembangunan sama sekali tidak mendapat posisi yang
jelas.

Alhasil, dualisme tujuan antara pembangunan yang berwawasan manusia serta lingkungan
hidupnya dan pembangunan yang berorientasi fisik dan ekonomi pasar. Ini menyebabkan
realisasi penerapan AMDAL pada proyek pembangunan bersifat setengah hati dan tidak
berpihak pada masyarakat dan lingkungan. Realitas sosial saat ini, banyaknya program
AMDAL pemerintah melalui instansi-instansinya di seluruh Indonesia terkesan tidak sinergis
dan koordinatif dengan kondisi riil di lapangan. Apalagi saat ini pemerintah menerbitkan
9.000 dokumen mengenai analisis dampak lingkungan yang mungkin masih dipertanyakan
tentang dokumen-dokumen itu, apakah muncul dari hasil identifkasi, observasi maupun
elaborasi yang kritis. Malahan makin diragukan tahap implementasinya bisa terealisasi
dengan baik. Bias permasalahan mengenai arti dampak sosial pembangunan dapat
memperparah kesatuan manusia dan lingkungan hidup sekitarnya. Artinya pembangunan
keberlanjutan jangan sampai menistakan dampak sosial, kesehatan, dampak positif, dampak
negatif yang secara fisik dan naluriah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan alam
Nusantara.

Seharusnya pemerintah tidak ahistoris dan parsial dalam menanggapi permasalahan ini.
Sebagaimana diketahui, pelaksanaan AMDAL di Indonesia telah dimulai jauh lebih awal
daripada undang-undang dan peraturan pemerintah, terutama dalam hal proyek-proyek
pembangunan pemerintah maupun swasta yang menerima bantuan dari badan luar negeri
yang mengaitkan pemberian bantuan itu perlu diimbanginya dengan AMDAL yang diberi
bantuan untuk proyek tersebut.

Berdasarkan asas manfaatnya, sejatinya AMDAL bukanlah dijadikan buku resep (cook-book)
yang dapat digunakan begitu saja secara tidak kritis. Cara penggunaan AMDAL secara
prinsip sangat berbeda untuk jenis proyek dan lingkungan yang berbeda-beda pula. Usaha
penyeragaman itu merupakan sebuah kelemahan yang sangat serius karena banyak AMDAL
mengandung data yang tidak relevan dengan proyek yang sedang diteliti sehingga AMDAL
itu tidak banyak berguna. Seharusnya AMDAL disesuaikan dengan jenis proyek
pembangunan dan lingkungan yang telah ditelaah, karena jelas tidak ada dua proyek
pembangunan dan lingkungan yang mempunyai sifat yang sama. Misalnya tidak ada dua
bangunan gedung atau dua ruang bangunan rumah yang mempunyai sifat yang sama.
Demikian pula tidak ada dua lingkungan yang identik sama. Masalah lingkungan bendungan
di Jakarta juga dan pasti akan berbeda dari masalah lingkungan bendungan di Surabaya atau
NTB. Bahkan dua bendungan yang di sungai yang sama, misalnya Bengawan Solo atau di
kali Code mempunyai masalah lingkungan yang sangat terbatas. Identifikasi dan Evaluasi
dampak lingkungan yang hanya bersifat tidak kritis dan cenderung subjektif membuat
masalah lebih kompleks, oleh karena itu pelaksanaan AMDAL haruslah dilakukan secara
kritis, baik menggunakan ilmu pengetahuan yang bersifat objektif maupun dengan
pertimbangan yang bersifat subjektif kritis namun harus dilakukan secara rasional.

Artinya pemerintah harus serius serta tanggap untuk tidak menghalalkan persoalan kerusakan
lingkungan makin kompleks. Solusi riilnya, tentu yang utama dan terpenting adalah kemauan
baik pemerintah untuk betul-betul memahami akar persoalan ini dengan sepenuhnya
melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Seiring dengan ruang
partisipasi yang terbuka lebar maka pemerintah dapat mengeluarkan aturan ataupun regulasi
yang tegas untuk menjelaskan pentingnya AMDAL bagi masyarakat dan lingkungannya.
Sosialisasi dan publikasi mengenai peran dan fungsi aturan itu dapat terbangun dengan
sendirinya. Dalam arti koordinasi, pengawasan serta proses pengkawalan akan terus
berlangsung sampai pada tataran implementasinya. Misalnya melibatkan masyarakat,
akademisi, swasta, pemerhati lingkungan, LSM, pers, ormas, organ kepemudaan, organ
mahasiswa dan BEM, melalui seminar dan lokakarya mengenai kerusakan lingkungan
ataupun keutamaan AMDAL. Dengan metode seperti ini, sinergisitas dan koordinasi antara
pemerintah dengan seluruh stakeholder lebih-lebih swasta (pengusaha) sebagai kelompok
berkepentingan dapat membawa angin segar terciptanya pemahaman, kepedulian, kesadaran
bahwa pembangunan haruslah berwawasan lingkungan dan kemanusiaan yang adil dan
beradab. Pada akhirnya, gerakan bersama bangsa ini dapat mewujudkan proyek
pembangunan di seluruh nusantara ini yang ramah dan tidak merugikan masyarakat, hingga
secepatnya tercapai kesejahteraan rakyat, flora fauna, dan nilai estetika alam.

Semoga usaha penanggulangan serta penanganan kerusakan lingkungan adalah babak baru
peningkatan kualitas hidup alam bagi pembangunan kesejahteraan hidup rakyat Indonesia.

Pengantar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


(AMDAL)
Pembangunan yang di lakukan semua sektor pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahtraan masyarakat. Namun demikian tidak dapat terelakkan bahwa kenyataannya
pembangunan yang dilakukan juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang
merupakan tempat bagi masyarakat untuk mempertahankan kehidupannya. Hal ini terjadi
karena lingkungan hidup mempunyai daya dukung dan daya tampung yang terbatas.

Bilamana daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak dikelola secara seimbang
maka akan merugikan bagi manusia/ masyarakat itu sendiri. Karena itu, maka telah
dicanangkan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan (1984), yang memuat
makna mengolah sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan generasi masa kini, tanpa
mengurangi kemampuan generasi masa depan mengolah sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan
kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, telah diatur
dalam suatu peraturan perundangan yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan hidup menurut UU
tersebut adalah : ³Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.³
Dalam pasal 15 ayat 1 di tetapkan bahwa untuk pelestarian lingkungan hidup, maka setiap
rencana usaha dan/ atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan
hidup ( AMDAL ).

  c 
 !    "c c#

Dalam rangka pelaksanaan Undang ± Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, ketentuan tentang tata cara penyusunan dan penilaian AMDAL, telah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.

AMDAL adalah : Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan\atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan\ atau kegiatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan
hidup yang mendasar, yang diakibatkan oleh suatu usaha dan\atau kegiatan. Usaha dan\atau
kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup meliputi :

1. Perubahan bentuk lahan dan bentang alam.

2. Ekplorasi sumber daya alam, baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui.

3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya.

4. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.

5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan\atau perlindungan cagar budaya.

6. Introduksi jenis tumbuh ± tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik.


7. Pembuatan dan penggunaan lahan hayati dan non hayati.

8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi


lingkungan hidup.

9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan\atau mempengaruhi pertahanan negara.

Jenis rencana usaha dan\atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, tercantum
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001.

Sedangkan dampak penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, didasarkan
pada kriteria :

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.

2. Luas wilayah persebaran dampak.

3. Lama dan intensitas dampak berlangsung.

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak.

5. Sifat kumulatif dampak.

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.


 

Secara umum tujuan AMDAL adalah : Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dalam
pelaksanaannya ada dua hal pokok yang menjadi tujuan AMDAL yaitu :

1. Mengidentifikasi, memprakirakan, dan mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi


terhadap lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan yang direncanakan.

2. Meningkatkan dampak positif dan mengurangi sampai sekecil ± kecilnya dampak negatif
yang terjadi dengan melaksanakan RKL ± RPL secara konsekuen.


$ c c

Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan wajib AMDAL atau tidak, dilakukan penapisan
terlebih dulu dengan mengacu pada PP No. 27 Tahun 1999 dan Kep. Men. Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2001. Bagi rencana usaha dan/ atau kegiatan yang tidak wajib
AMDAL, maka cukup menysusn Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)

Sedangkan rencana usaha dan/ atau kegiatan yang wajib AMDAL harus melakukan Studi
AMDAL yang dituangkan dalam bentuk Dokumen AMDAL. Sebelum menyusun dokumen
AMDAL yang pertama kali dilakukan adalah melakukan Pelingkupan yang merupakan
proses untuk :

1. Identifikasi dampak potensial

2. Evaluasi dampak potensial

3. Pemusatan dampak besar dan penting hipotesis

Hasil pelingkupan merupakan dasar penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari :

1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA.ANDAL).

2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Dalam rangka penyusunan AMDAL, terdapat tiga komponen yang terkait dalam kegiatan,
yaitu

=  

Adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/
atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

%&      ' 

Adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup


dengan pengertian bahwa kewenangan berada pada Kepala Instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.

($! 


Adalah komisi yang bertugas menilai Dokumen Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Hidup (AMDAL) dengan pengertian ditingkat pusat oleh Komisi Penilai
Pusat dan tingkat daerah oleh Komisis Penilai Daerah.

AMDAL merupakan salah satu azas untuk menunjang pembangunan berwawasan lingkungan. AMDAL termasuk model
yang sangat berguna bagi penanaman modal, pemerin tah maupun masyarakat. Dengan berpedoman pada dokumen AMDAL,
maka dampak negatif dari suatu usaha dan/atau kegiatan dapat diminimalkan dan dampak positifnya dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai