Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

a. Definisi
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari .
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari tiga kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
(Simadibrata K, 2006)
Bayi dikatakan diare bila volume tinja lebih dari 15 gram/kg/24 jam dan pada
anak usia 3 tahun volume tinja lebih dari 200 gram/24 jam. Volume tinja anak usia 3
tahun sama dengan volume tinja orang dewasa ( Nelson, 2000). Sedangkan ahli lain,
Robbins (1999), memberi batasan kasar diare sebagai produksi tinja harian melebihi 250
gram, mengandung 70%-90% air, yang menyebabkan bertambahnya volume tinja dan
frekuensi buang air besar.

b. Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar,
tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Infeksi yang dapat disebabkan:
a. bakteri, misalnya: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas;
b. virus, seperti: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus;

1
c. parasit, misalnya: cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis
huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan
Crypto;

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera),
virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus), parasit (cacing, protozoa).

Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat
pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia.
Keadaan ini terutama pada bayi berumur dibawah 2 tahun. (Qauliyah, 2010)
2. Alergi
Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan.
Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
 Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
 Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
 Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
3. Malabsorbsi
Malabsorpsi adalah ketidakmampuan untuk menyerap makanan, terutama di usus
kecil tapi juga karena pankreas. Malabsorbsi (gangguan penyerapan) dapat
disebabkan oleh kerusakan atau penurunan luas permukaan usus halus. Salah satu
penyebab tersering adalah enteropati gluten. Pada kelainan ini, usus halus penderita
sangat peka terhadap gluten, suatu konsituen protein pada gandum dan padi-padian
yang lain. Melalui mekanisme yang belum diketahui, pajanan ke gluten tampaknya
menyebabkan kerusakan vilus; rangkaian vilus yang normalnya banyak berkurang,
mukosa menjadi datar, dan brush border menjadi pendek dan gemuk. Karena
pengurangan vilus ini menurunkan luas permukaan yang tersedia untuk penyerapan,
penyerapan semua nutrient terganggu. Kelainan ini diterapi dengan mengeliminasi
gluten dari makanan. (Sherwood, 2001)

2
Penyebab termasuk penyakit celiac (intoleransi terhadap gandum, rye, barley dan
gluten, protein dari gandum), intoleransi laktosa (intoleransi terhadap susu gula,
umum non-Eropa), malabsorpsi fruktosa, anemia pernisiosa (fungsi usus terganggu
karena ketidakmampuan untuk menyerap vitamin B12), hilangnya sekresi pankreas
(mungkin karena cystic fibrosis atau pankreatitis), sindrom usus pendek (pembedahan
usus), fibrosis radiasi (biasanya setelah perawatan kanker), dan obat lain, termasuk
agen yang digunakan dalam kemoterapi.
4. Keracunan yang dapat disebabkan;
a) keracunan bahan kimiawi dan
b) keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah
buahan dan sayur-sayuran,
5. Imunodefisiensi
6. Radang usus
Dua jenis tumpang tindih di sini adalah asal tidak diketahui:
 Colitis ditandai dengan diare berdarah kronis dan peradangan sebagian besar
mempengaruhi usus distal dekat dubur.
 Penyakit Crohn biasanya mempengaruhi segmen cukup baik ditandai dari
usus di usus besar dan seringkali mempengaruhi akhir dari usus kecil.
7. IBS
Kemungkinan lain penyebab diare adalah sindrom iritasi usus (IBS) yang biasanya
menyajikan dengan ketidaknyamanan perut lega oleh defekasi dan tinja yang tidak
biasa (diare atau sembelit) selama minimal 3 hari seminggu selama 3 bulan
sebelumnya. Tidak ada pengobatan langsung untuk IBS, namun gejala dapat dikelola
melalui kombinasi perubahan pola makan, suplemen serat larut, dan / atau obat-
obatan.
8. Penyebab lainnya
 Diare dapat disebabkan oleh konsumsi etanol kronis.
 Penyakit usus iskemik. Hal ini biasanya mempengaruhi orang-orang tua dan
dapat disebabkan penyumbatan pembuluh darah.
 Hormon-tumor mensekresi: beberapa hormon (misalnya, serotonin) dapat
menyebabkan diare jika dikeluarkan lebih (biasanya dari tumor).

3
Referensi lain menerangkan,  penyebab utama diare :

1. Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh penderita, sehingga timbulnya
diare akibat penyakit lain menjadi sering dan semakin parah
2. Ketidakmampuan alat pencernaan seorang bayi untuk memproses susu dapat
menyebabkan ia mengalami diare
3. Seorang bayi tidak mampu mencerna makanan yang baru dan belum pernah dia kenali.
4. Akibat alergi terhadap makanan tertentu (makanan laut, udang, dan lain-lain)
5. Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh akan
menyebabkan penyakit sampingan berupa diare
6. Infeksi dalam perut yang disebabkan virus, cacing, atau bakteri
7. Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak
8. Keracunan makanan

(AnneAhira.com)

c. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
-) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
-) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
-) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

4
Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam
usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang biak di
dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare.
Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang BAB di
sembarang tempat. Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur.
Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari,
kemudian menderita diare.
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi
bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. 

d. Klasifikasi
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat
kelompok yaitu:
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari),
2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara
terus menerus,
4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterologi Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan
sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari.

5
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnnya para
pakar di dunia telah mengajukan beberapa criteria mengenai batasan pada kasus diare
tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih
waktu lebih 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab
diare dengan lebih tepat.
Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan
diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan lanjutan dari diare akut (peralihan
antara diare akut dan kronik).
Diare infektif adalah apabila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non infektif
bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.
Diare organik adalah apabila ditemukan penyebab anatomic, bakteriologik,
hormonal, atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab
organik.
Berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik. Diare
spesifik adalah diare yangdisebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Diare yang
disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena,
diare dapatdiklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.

e. Manegement dan Edukasi Pasien Diare


Tatalaksana penderita diare di rumah.
Bagi sebagian besar kasus diare, obat-obatan tidak diperlukan. Jika diare dalam
skala besar, bahaya yang paling besar adalah dehidrasi. Jadi, bagian paling penting dalam
pengobatannya adalah memberikan cukup cairan dan makanan yang baik. Apapun
penyebabnya, yang paling penting untuk dilakukan adalah:
1. Mencegah atau mengatasi dehidrasi
2. Memenuhi kebutuhan gizi
Minumlah garam oralit untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh
sebagai akibat diare. Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga. Cairan rumah tangga
adalah cairan yang berasal dari makanan seperti bubur encer dari tepung, sup, air tajin, air
kelapa muda, dan makanan yang diencerkan. Bila ada berikan orallit atau campuran gula
dan garam.Adapun cara membuatnya, yaitu: tuangkan air matang ke dalam gelas bersih

6
(200 ml), ditambah 1 sendok teh munjung gula pasir dan ¼ sendok teh garam dapur, aduk
sampai larut benar (Depkes RI, 1990)
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral
rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera
apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala
dehidrasi nampak.
Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan
ekstra sesudah diare. Membawa penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam 3 hari
tidak membaik atau : 
1. buang air besar makin sering dan banyak sekali.
2. muntah terus menerus.
3. rasa haus yang nyata.
4. tidak dapat minum atau makan
5. demam tinggi 
6. ada darah dalam tinja

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain
perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan
yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama,
dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.

7
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi
sudah membaik.

BAB di kakus, tidak di kali, pantai, sawah atau sembarang tempat. Cuci tangan
sebelum makan, dan sesudah buang air besar. Minum air dan makanan yang sudah
dimasak, susui anak anda selama mungkin, di samping makanan lainnya sesuai umur.
Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang disusui
ibunya. Tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare. Beberapa hal di atas bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya diare.

Faktor Resiko Terjadinya Diare


1. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling
tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal
ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
2. Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena
aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3. Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang
tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
4. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian
makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih
sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat.
Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah
kurang gizi.

8
5. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek
penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab
diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada
bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
6. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal
ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi
keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi
kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka
yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

f. Komplikasi Diare

Hilangnya cairan melalui diare dapat menyebabkan dehidrasi dan


ketidakseimbangan elektrolit. Pada tahun 2009 diare diperkirakan telah menyebabkan 1,1
juta kematian pada orang berusia 5 dan lebih dan 1,5 juta kematian pada anak di bawah
usia 5 tahun. Dapat terjadi malnutrisi dan bila dehidrasi lebih berbahaya jika tidak
diberikan cukup cairan untuk menggantikan cairan yang hilang yang berakibat kematian.
Diare dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah air dan elektrolit, terutama natrium dan
kalium. Kebanyakan penderita diare dapat sembuh tanpa mengalami kesulitan, tetapi
apabila tidak dirawat dengan benar akan mengalami komplikasi.
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia,dansho ck hipovolemik.

9
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PASIEN

1. Riwayat Penyakit Pasien yang Dikunjungi


a. RPS
Pasien datang dengan keluhan mencet yang dialami sejak dua hari yang lalu. BAB
lima kali sehari dan feses yang dikeluarkan konsistensinya cair, berwarna kuning,
tidak berdarah, dan volumenya sekitar satu botol aqua sedang setiap kali BAB. Setiap
makan lanngsung mencret. Sebelum datang ke puskesmas, pasien sudah
mengonsumsi obat yang dibeli di warung, namun keluhan tidak berkurang. Sebelum
keluhan timbul, OS memakan bubur yang dimasak sendiri.

b. RPD
Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang sama, namun sudah sembuh.

c. RPK
Adik pasien juga mengeluh mencret.

2. Faktor Resiko yang Ada pada Pasien


Pasien mengaku suka mengonsumsi jajanan seperti bakso goreng yang dijajakan
di lingkungan sekitarnya. Jajanan tersebut kurang sehat jika ditinjau dari faktor
penggorengan dan pendistribusiannya kepada konsumen. Jajanan tersebut tidak jarang
digoreng pada minyak yang sudah berulang kali dipanaskan. Hal ini bisa mencetuskan zat
yang bersifat karsinogen yang membahayakan tubuh. Tempat penjualannya yang
biasanya di pinggir jalan juga tidak menutup kemungkinan menjadi salah satu faktor yang
menunjang munculnya diare. Hal ini disebabkan karena jajanan tersebut tercemar oleh
debu-debu dan jasad renik yang bisa mengganggu keadaan normal usus.

3. Riwayat pengobatan dan respon terhadap pengobatan


Sebelumnya pasien juga pernah mengalami diare, namun sudah sembuh. Pada
kasus kali ini, setelah dua hari mengeluhkan mencret, keluhan pasien tidak berkurang
walaupun sudah mengonsumsi obat yang dibelinya di warung.
Setelah berobat di puskesmas, pasien diberi tiga macam obat, yaitu Ranitidin
(2x1), Diafom (3x1), dan

10
4. Masalah-masalah Lain yang Ada pada Pasien
Gaya hidup pasien yang kurang sehat terlihat dari kebiasaan pasien mengonsumsi
jajanan yang kurang sehat. Selain itu pasien juga berasal dari keluarga dengan status
ekonomi yang sederhana. Status sosial ekonomi akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini tampak dari pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Status gizi yang kurang
bahkan status gizi buruk yang memudahkan seseorang terkena diare. Status ekonomi juga
mempengaruhi wilayah tinggal dan pemenuhan kebutuhan kesehatan seseorang. Status
sanitasi yang kurang baik akan mempengaruhi makanan yang dikonsumsi. Bakteri-bakteri
akan lebih mudah berkembang dan penularannya pun akan lebih mudah jika dibandingkan
dengan daerah yang sanitasinya baik.

5. Keterkaitan Hasil Observasi dengan Masalah Pasien


Dari hasil observasi yang dilakukan, keluhan yang dirasakan pasien kemungkinan
berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi sebelum keluhan timbul. Hal ini diduga karena
adik pasien yang memakan makanan yang sama juga mengeluhkan hal serupa. Selain itu,
diare yang diderita pasien juga dipicu oleh kebiasaan dan gaya hidup pasien yang kurang
baik, yakni sering mengonsumsi jajajan yang kurang sehat.

EVALUASI
 Hal-hal Positif dan Menyenangkan yang Didapat Selama Kunjungan
Dalam kunjungan kali ini kami kembali mendapat pengetahuan dan pengalaman baru.
Kami dapat mempraktekkan langsung sebagian ilmu yang telah didapat pada blok
digestive ini, yakni dalam hal anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien dengan
diare akut. Pasien dan petugas puskesmas juga ramah dan bersahabat.
 Hal-hal Negatif Selama Kunjungan
Keterbatasan pasien (khususnya pasien dengan gangguan pencernaan) yang datang ke
puskesmas yang kami kunjungi membuat kami harus menunggu cukup lama di
puskesmas tersebut sampai-sampai kunjungan ke puskesmas harus dilakuakan dua kali
dalam waktu yang berbeda.

11
REFERENSI

Anneahira. 2010. Diare. (Online). http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/diare.htm


(Diakses pada tanggal 10 Januari 2011)

Infeksi.com. 2007. Diare. (Online). http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=11 (Diakses


pada tanggal 10 Januari 2011)

Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Qauliyah, Asta. 2010. Patofisiologi, Gejala Klinik, dan Penatalaksanaan Diare. (Online).
http://astaqauliyah.com/2010/06/artikel-kedokteran-patofisiologi-gejala-klinik-dan-
penatalaksanaan-diare/ (Diakses pada tanggal 10 Januari 2011).

Respository USU. 2010. Diare. (Online).


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf (Diakses pada
tanggal 10 januari 2011)

Robbins, Stanley L, dkk. 1999. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta: EGC.

Scribd. Pengertian dan Tanda Diare. 2010. (Online).


http://www.scribd.com/doc/22075852/Pengertian-Dan-Tanda-DIARE (Diakses pada
tanggal 10 Januari 2011)

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Simadibrata K, Marcellus, dan Daldiyono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

12

Anda mungkin juga menyukai