Anda di halaman 1dari 2

Rumah Baca Redaksi menerima tulisan dengan tema apapun dan resénsi buku.

Buku yang diresénsi terbit dalam satu tahun terakhir. Tulisan bisa

Motékar
dalam bahasa Indonésia atau Sunda. Panjang tulisan 600-750 kata.
Bagi yang tulisannya dimuat akan diberi hadiah buku satu éksemplar.
Tulisan dikirim melalui surat-é ke kembalikedesa@gmail.com,
konfirmasi ke no HP 0852 9446 0931 setelah mengirim.

Resep Maca Jembar Élmu Hirup Rucita Édisi 2, November 2010

MEMBACA BUKU:
Énak dan Penting !
B uku bukanlah benda yang aneh dan asing (meskipun
ada buku yang aneh dan asing). Dalam buku dihimpun
kuras-kuras ilmu, dijahit dan direkatkan menjadi
pengetahuan lalu diberi sampul agar anda berminat
membuka dan membacanya. Buku menyimpan sumber
Selesai yang satu teruskan dengan (membaca) yang lain.
Bagus, bila anda biasa membaca pelbagai topik. Mungkin ini
yang bisa membuat anda menikmati buku. Bila anda sekolah
téknik, sesekali membaca sastra. Bila anda sekolah perawat
tidak salah mencicipi buku ekonomi. Jika anda guru sangat
kekayaan untuk menguasai dunia. Buku bisa menjadi sangat tepat sambil belajar psikologi. Orang yang belajar mandiri
istimewa bagi siapapun karena bisa menjadi teman, guru, dengan banyak membaca di luar bidangnya akan semakin
penghibur atau motivator. luas wawasan semakin bijak hidupnya, kalau ia aktifis, kata
Membaca buku bisa menjadi kegemaran hingga Ali Syariati, ia adalah kaum inteléktual.
ketagihan (kerénnya bookaholic). Di saat santai atau sibuk Nah, jika anda meminjam buku dari teman atau
bila membaca buku membuat suasana menjadi riléks (ada perpustakaan sekolah atau umum, harus mengembalikan
yang tidak bisa konséntrasi lho!). Dalam perjalanan, di kantor, tepat pada waktunya atau memperpanjang bila
menunggu kendaraan, menunggu antrian, menjelang tidur diperboléhkan. Bagaimana akan ingat mengembalikan jika
baca buku. Buku bisa menjadi gaya hidup. tidak ingat meminjam? Mengembalikan buku pinjaman sama
Membaca itu penting! (kata siapa?) Jika anda pentingnya dengan membaca buku. Karena buku itu kan
menganggap penting maka membeli atau meminjam buku bukan milik sendiri. Barang pinjaman haknya dikembalikan.
menjadi kewajiban. Tanpa membeli atau meminjam mustahil Mémang, di kalangan kita kesadaran mengembalikan buku
bisa membaca. Oh, bisa juga dengan mencuri buku! (ada masih kurang. Kalau sudah hilang jadi lupa pernah
kisahnya di Spanyol orang yang kecanduan mencuri buku, meminjam. Kadang, kita temukan di méja atau di rak teman
tapi plis jangan dicoba!). Jika anda suka menulis dalam kita ada buku-buku orang lain atau milik perpustakaan
biodata hobi membaca, konsékuénsinya jelas: harus rutin umum, sudah lama belum dikembalikan. Sering di tempat
membaca, tak boléh kurang, lebih boléh. Mengunjungi penjualan buku bekas ada buku dengan stémpel
pameran buku menjadi kesempatan yang baik untuk perpustakaan tertentu. Mungkin, buku termasuk yang tidak
memperoléh buku bagus dan dengan rabat lumayan besar. pernah dikembalikan akhirnya diloak.
Semua orang sudah tahu manfaatnya membaca. Namun Ingin semangat membaca, meminjam (dan
banyak juga yang belum menjadikan baca buku sebagai mengembalikan) buku? Ada teladan dari Pak Darban,
kegiatan rutin, alasannya banyak: wuihh tebal banget! Wah, seorang kakek yang luar biasa! Ia pensiunan, namun
harganya mahal, lagi nggak mood, malas nih, lagi bété, atau rumahnya adalah perpustakaan dengan ribuan buku agama
yang agak lucu alasannya ‘suka lupa lagi’ (mungkin nggak dan umum. Ia gemar membaca, lalu apa yang dilakukannya
usah baca jadi nggak pernah ingat, begitu?), dan seabreg dengan buku itu? Ia pinjamkan buku itu ke masyarakat
alasan lainnya. Ternyata alasan itu semuanya berkaitan dengan cara yang unik. Ia berkeliling kota Yogyakarta dengan
dengan mental. Alhasil karena dibiasakan demikian tak sepéda, mengunjungi kosan dan rumah warga menawarkan
satupun buku dimakan minggu ini, bahkan ada yang satu buku-bukunya tanpa biaya sepésérpun alias gratis. Ia juga
bulan tidak makan buku, padahal mahasiswa lho! menerima pesanan buku yang diantarkan pada hari lain.
Kok, jadi makan buku. Hernowo bikin buku judulnya Koléksi buku baru ia beli dari sebagian gaji pensiunnya,
Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, énak banget! (pizzanya kadang pembaca pelanggannya memberi uang yang
boleh diganti mie ayam), maksudnya agar menikmati bacaan, dipergunakannya untuk pemeliharaan buku.
asosiasikan saja buku dengan sesuatu yang anda sukai, pasti Akhirnya, mengarungi kehidupan praktis perlu bekal
anda bisa menikmatinya. yang cukup, bekal itu kita peroléh sebagiannya dengan bela-
Kalau tidak ada uang, masih banyak jalan menuju jar mandiri dengan kata lain “membaca buku”, maksudnya
Mekah, pinjam! Perpustakaan, teman yang punya koléksi, membaca adalah bagian dari prosés pembelajaran untuk
banyak yang bisa dipinjam. Kalau masuk ke rumah teman, meningkatkan kesadaran kita, membangkitkan nurani, mena-
coba minta izin lihat-lihat bukunya, kalau ada yang cocok, jamkan pikiran, dan memantapkan langkah. Ini diperlukan
katakan “saya pinjam buku ini, boleh ya?” Rasanya teman dalam kehidupan. Jadi segera baca dengan menyebut nama
anda tidak mungkin tidak meminjami. Tuhanmu Yang Menciptakan. (Sugeng Praptono)

Rumah Baca Motékar & Jl. Pangeran Kornel 137 B - 0815 712 1172 Keanggotaan
& Peminjaman gratis
Resénsi

Budaya Korupsi
& Korupsi Budaya
banyak. Disinilah strategi Suharto untuk mengangkangi keka-
yaan negara dengan mengikutsertakan seluruh pejabat negara:
Setiap pejabat harus kréatif dan pintar mennciptakan sumber
dana dari proyek-proyek, yang wajib bagi-bagi ke atasannya.
Sistem demikian berlangsung puluhan tahun dan telah
menjadi aturan tak tertulis. korupsi telah menjadi bagian dari
Judul : Korupsi dan Kebudayaan
Penulis : Ajip Rosidi sistem birokrasi. Ada memang tokoh-tokoh yang menentang dan
Penerbit : Pustaka Jaya melawan korupsi. Namun nasibnya tragis: dimutasi, dipecat dan
Cetakan : 2, Désémber 2009 dibuat susah hidupnya.
Halaman : 198 Ajip melihat korupsi telah menjadi watak dan perilaku élit
penguasa yang beroriéntasi memperkaya diri sebagai akar

B erita korupsi mewarnai pemberitaan sejak réformasi budaya politik yang korup. Perilaku memperkaya diri dengan
bergulir. Jika sebelumnya korupsi lebih banyak terjadi di berbagai cara telah ada sejak zaman Mataram. Praktek-praktek
pusat, justru di éra otonomi daerah korupsi ‘ikut penyimpangan kekuasaan juga telah subur di masa silam yang
terdésentralisasi’ ke daérah. Korupsi makin menggejala. Pelaku menganggap bahwa jabatan dan kekuasaan harus disyukuri
korupsi telah banyak divonis. Tapi, korupsi tidak kunjung reda bukannya untuk dipertanggungjawabkan. perilaku ini berlanjut
malah makin banyak kasus korupsi terungkap ke masyarakat. hingga alam démokrasi.
Mengapa perilaku korupsi di negara kita sedemikian parah, Kumpulan esai ini tidak melulu tentang korupsi tapi juga
sehingga rangking indéks korupsi Indonesia masih besar? persoalan perhatian pemerintah terhadap bahasa Indonésia
Bahkan, di Asia Pasifik Indonesia menempati urutan pertama dan daérah serta kebuadayaan yang masih memprihatinkan,
sebagai negara terkorup. Mencari jawabannya memerlukan juga persoalan pendidikan. Semua karut marut itu
keseriusan dan kesungguhan mempelajari banyak aspék dan menyimpulkan bahwa terkesan pemerintah tidak becus
disiplin dari bangsa ini. Jika semua mengetahui korupsi itu mengelola negara dan masyarakatnya.
buruk dan merugikan negara dan masyarakat, dan jika perilaku Sebut saja soal kebocoran soal ujian nasional yang dising-
korupsi tidak kunjung hilang, maka dapat dikatakan bahwa gung Ajip (hal. 51) sudah terjadi sejak pertama ada tahun 1950-
korupsi telah melembaga, korupsi sudah menyatu dengan an. Siswa dan orang tua punya méntalitas yang bercermin pada
sistem, dan korupsi telah menjadi budaya. selembar kertas ijazah. Ijazah itu akan megantarkan menjadi
Setidaknya itulah satu kesimpulan pemikiran Ajip Rosidi pejabat dan PNS. Akhirnya masyarakat terbiasa menempuh
dalam buku Korupsi dan Kebudayaan. Buku yang merupakan jalan pintas untuk meraih keinginannya. Héboh UN akhir-akhir
kumpulan tulisan Ajip, yang seorang sastrawan juga, mengupas ini kentara bahwa pemerintah tidak bisa mengambil pelajaran
pelbagai persoalan korupsi dan kebudayaan bangsa. Ternyata, dari masa lalu yang gagal. (Ajip sendiri tidak mengikuti ujian
‘bidang kebudayaan’ pun tidak luput dari tindakan korupsi SMA sehingga tidak mendapat ijazah tapi kemudian dia menjadi
—dengan atau tanpa kutip. profesor bahasa Indonesia di Osaka Gaikokugo Daigaku,
Menurut Ajip kasus korupsi sudah ada sejak tahun 1950- Universitas Bahasa Asing Osaka). Menurut Ajip akan lebih
an. Hanya saja, saat itu dilakukan oleh satu dua individu dan bijaksana kalau setiap sekolah dibebaskan untuk menentukan
nilainya kecil. Pada masa Démokrasi Terpimpin terungkap kasus sendiri kuikulumnya sesuai dengan lingkungan dan budayanya.
korupsi namun pelakunya dihukum ringan atau bebas. Kala itu Ajip, rupanya, percaya kalau kemajuan pendidikan harus
lamir paméo: maling ayam dihukum tiga bulan tapi maling uang berbanding lurus dengan kemajuan daerah. Dengan kata lain
negara jutaan malah bebas (hal. 25). kemajuan pendidikan beriringan dengan kehidupan kebudayaan
Korupsi makin menghébat di éra Suharto. Hal yang anéh, yang lebih baik.
menurut penulis yang pernah tinggal di jalan Émpang Tahun 1970-an Bung Hatta mengatakan, “Korupsi sudah
Sumedang ini, terjadi ketika booming minyak dimana negara ini menjadi kebudayaan Bangsa Indonésia. Kenyataannya korupsi
kebanjiran uang. Namun, pemerintah tidak pernah terpikir makin menggila maka tugas besar dan mahaberat untuk
untuk mensejahterakan pegawainya dengan menaikkan gaji. mengikis habis perilaku merugikan ini harus dimulai dari
Gaji PNS tetap kecil meskipun pemerintah memiliki uang pendidikan yang bebas kolusi dan korupsi, bisakah? —aesp

Rumah Baca Motékar & Jl. Pangeran Kornel 137 B - 0815 712 1172 Keanggotaan
& Peminjaman gratis

Anda mungkin juga menyukai