Anda di halaman 1dari 10

Nyeri

Menurut The Intrnational Association for the study of pain (IASP), nyeri didefibisikan
sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan
jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat menimbulkan
kerusakan jaringan disebut nosisepsi, yang merupakan tahap awal proses timbulnya nyeri.
Reseptor yang dapat membedakan rangsang noksius dan non-noksius adalah nosiseptor.
Pada manusia, nosiseptor merupakan terminal yang tidak terdiferensiasi serabut a-delta
dan serabut c. serabut a-delta merupakan serabut saraf yang dilapisi oleh myelin yang
tipis dan berperan menerima rangsang mekanik dengan intensitas menyakitkan atau
disebut juga high-threshold mechanoreceptors. Sedangkan serabut c merupakan serabut
yang tidak dilapisi myelin.
Intensitas rangsang terendah yang menimbulkan persepsi nyeri disebut ambang nyeri.
Ambang nyeri biasanya bersifat tetap berbeda dengan toleransi nyeri. Toleransi nyeri
adalah tingkat nyeri tertinggi yang dapat diterima oleh seseorang. Toleransi nyeri
berbeda-beda antara satu individu dengan individu yang lain dan dapat dipengaruhi oleh
pengobatan.
Klasifikasi Nyeri

Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul sebagai akibat perangsangan pada nosiseptor
(serabut a-delta dan serabut c) oleh rangsang mekanik, termal atau kemikal.

Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral, missal nyeri pasca
bedah, nyeri metastatik, nyeri tulang, nyeri artritik, dll.

Nyeri viseral adalah nyeri yang berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ
yang berongga, misalnya usus, kandung empedu, pancreas, jantung. Nyeri viseral
seringkali diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.

Nyeri neuropatik timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Nyeri seringkali persisten,
walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya pasien merasakan rasa seperti terbakar,
tersengat listrik.
Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatic dan nyeri
neuropatik, namun memenuhi kriteria depresi atau kelainan psikosomatik.

Mekanisme Nyeri

Proses nyeri mulai stimulus nosiseptor oleh stimulus noksius sampai terjadinya
pengalaman subjektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa
dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulus nosiseptor oleh stimulus noksius
pada jaringan. Stimulus ini terjadi akibat pengeluaran mediator biokimia dari mekanisme
inflamasi. Stimulus noksius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi, proses ini
disebut transduksi atau aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan
ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri.
Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu
dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinaps dengan
neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di
medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbale
balik antara thalamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respons
persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptif tidak
selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa
stimulasi nosiseptif. Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses
nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu dorsalis
medulla spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri di relai menuju
oatak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan.

Aspek Perifer Nosisepsi

Terdapat 2 tipe serabut saraf aferen primer nosisepsi yaitu serabut A dan serabut C. Dua
fungsi utama serabut saraf aferen primer adalah transduksi stimulus dan transmisi
stimulus menuju susunan saraf pusat. Badan sel dari neuron-neuron ini terdapat pada
ganglion radix dorsalis. Axon dari neuron ini memiliki dua cabang yaitu yang menuju
perifer, yang bagian terminalnya sensitive terhadap stimulus noksius, dan cabang lainnya
yang menuju susunan saraf pusat, dimana kemudian akan bersinap dengan neuron
susunan saraf pusat di kornu dorsalis medulla spinalis.

Medulla Spinalis

Kornu dorsalis medulla spinalis merupakan relay point pertama yang membawa
informasi sensoris ke otak dari perifer. Gray matter mengandung badan sel saraf dari
neuron-neuron spinalis dan white matter mengandung axon yang naik atau turun dari
otak. Rexed membagi gray matter menjadi 10 lamina. Lamina I-VI terdapat pada kornu
dorsalis dan mengandung interneuron yang merelay informasi sensoris menuju ke otak.
Pada kornu dorsalis serabut aferen nosisepsi membentuk hubungan dengan neuron-
neuron proyeksi atau interneuron inhibisi atau eksitasi local untuk mengatur aliran
informasi nosisepsi ke pusat yang lebih tinggi.
Terdapat 3 kategori neuron pada kornu dorsalis yaitu neuron proyeksi, interneuron
eksitasi dan interneuron inhibisi. Neuron proyeksi bertanggung jawab untuk membawa
signal aferen ke pusat yang lebih tinggi, yang terdiri dari 3 tipe neuron yaitu nociceptive-
specifik cells (NS), low threshold (LT) neuron dan wide dynamic range (WDR) neuron.

Dari Medulla Spinalis Menuju ke Otak

Sinyal nosisepsi yang menuju ke kornu dorsalis di relay menuju pusat yang lebih tinggi di
otak melalui beberapa jalur yaitu traktus spinotalamikus yang merupakan jalr nyeri
utama, traktus spinoretikularis dan traktus spinomesencephalic.

Di Tingkat Otak

Terdapat beberapa nucleus pada thalamus lateral yaitu nucleus ventral posterior lateral,
nucleus ventral posterior medial, nucleus ventral posterior inferior dan bagian posterior
dari nucleus ventromedial.

Modulasi Nosisepsi

Terdapat beberapa tempat modulasi nyeri, tetapi yang paling banyak diketahui adalah
pada kornu dorsalis medulla spinalis. Eksitabilitas neuron-neuron di medulla spinalis
tergantung dari keseimbangan dari input yang berasal dari nosisapsi aferen primer,
neuron intrinsik medulla spinalis dan descending system yang berasal dari supra spinal.
Respon/Sistem Imun

Keutuhan tubuh dipertahankan oleh sistem pertahanan yang terdiri atas sistem imun
nonspesifik (natural/innate) dan spesifik (adaptive/acquired).

Sistem Imun Nonspesifik

Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi


serangan berbagai mikroorganisme, karena sistem imun spesifik memerlukan waktu
sebelum memberikan responnya. Sistem tersebut disebut nonspesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Pertahanan Fisik

Kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin dapat mencegah berbagai
kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan
selaput lendir yang rusak oleh karena asap rokok akan meningkatkan resiko infeksi.

Pertahanan Larut
Pertahanan Biokimia. Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar kulit,
telinga, spermin dalam semen merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Asam hidroklorik dalam cairan lambung, lisosim dalam kerngat, ludak air mata dan air
susu dapat melindungi tubuh terhadap kuman Gram positif dengan jalan menghancurkan
dinding kuman tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferin dan asam neuraminik
yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E.Coli dan stafilokok.

Pertahanan Humoral
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit dengan
jalan opsonisasi.
1. Komplemen dapat menghancurkan sel membran banyak bakteri (C8-9);
2. Komplemen dapat berfungsi sebagai faktor kemotaktik yang mengerahkan
makrofag ke tempat bakteri (C5-6-7);
3. Komplemen dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag
untuk mengenal (opsonisasi) dan memakannya (C3b, C4b). Kejadian-kejadian
tersebut di atas adalah fungsi sistem imun nonspesifik, tetapi dapat pula terjadi
atas pengaruh respon imun spesifik.

Interferon. Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel manusia
yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon
mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah
terserang virus tersebut. Di samping itu, interferon dapat pula mengaktifkan natural
killer cell/sel NK untuk membunuh virus dan sel neoplasma.
Pertahanan Selular

Fagosit/makrofag, sel NK dan sel mast berperan dalam sistem imun nonspesifik selular.
Fagosit. Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama yang
berperan pada pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag)
serta sel polimorfonuklear seperti netrofil.

Sistem Imun Spesifik

Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan
untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama
timbul dalam badan yang segera dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel
sistem imun tersebut. Bila sel sistem tersebut terpajan ulang dengan benda asing yang
sama, yang akhir akan dikenal lebih cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu sistem
tersebut disebut spesifik.
Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerja sama yang baik antara
antibodi, komplemen, fagosit dan antara sel T-makrofag. Komplemen turut diaktifkan
dan ikut berperan dalam menimbulkan inflamasi yang terjadi pada respon imun.

Sistem Imun Spesifik


1. Sistem imun spesifik humoral. Berperan dalam sistem imun spesifik humoral
adalah limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten dalam
sumsum tulang. Pada unggas sel asal tersebut berdeferensiasi menjadi sel B di
dalam alat yang disebut Bursa Fabrisius yang terletak dekat cloaca. Bila sel B
dirangsang benda asing, sel tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat
ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi adalah mempertahankan tubuh
terhadap infeksi bakteri, virus dan menetralkan toksin.
2. Sistem imun spesifik selular. Berperan dalam sistem imun spesifik selular
adalah limfosit T atau sel T. Fungsi sel T umumnya ialah :
 Membantu sel B dalam memproduksi antibodi;
 Mengenal dan mengahncurkan sel yang terinfeksi virus;
 Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis;
 Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun.

Anda mungkin juga menyukai