Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

ILMU PENGETAHUAN
DAN
TEKNOLOGI INFORMASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

Pembimbing : drg.Mei Syafriadi, MD.Sc., Ph.D.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2010
Anggota Kelompok VI :

1. Friezka Amalia (10-010)

2. Nanda Didana (10-016)

3. Pandika Agung Kurnia (10-034)

4. Vievien Widyaningtias (10-039)

5. Windi Merinda (10-040)

6. Ermita Windya P. (10-041)

7. Fitrania Guna U. (10-042)

8. Nanda Afnita (10-043)

9. Yanuar Mega H. (10-060)

10. Soniya Mayasari (10-061)

11. Rizqiyatul Amilia (10-062)

12.Sibta Maulida C. (10-063)

13.Dio Ariestanto L. (10-067)

14. Alex W. (10-086)

15. Narando Fitria G (10-089)

Jadwal :

Tutorial I : Senin, 15 November 2010


Tutorial II : Kamis, 18 November 2010
Ketua : Fitrania Guna U
Scriber : Vievien Widyaningtias
Notulen : Sibta Maulida C
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Daftar Isi

Kata Pengantar

Pendahuluan

Permasalahan

Pembahasan

Kesimpulan
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini yang berjudul
“Laporan Tutorial Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi” dengan tepat waktu
dan tanpa suatu halangan apapun

.Laporan Tutorial ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :


1. drg.Mei Syafriadi, MP.Sc., Ph.D. yang telah memberikan waktu untuk menjadi tutor
kami dalam diskusi tutorial ini.

2. Anggota kelompok VI yang telah berperan aktif, dalam diskusi maupun pembuatan
tutorial ini.

Tak ada gading yang tidak retak, begitupun dengan laporan kami, untuk itu,
kami mohon maaf apabila dalam laporan ini, banyak kesalahan baik dalam isi maupun
sistematika. Kami juga berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada
Blok Humaniora.

Jember, 24 November 2010

Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Dewasa ini kita mengenal dua konsep pembelajaran. Pertama, adalah TCL
(Teacher Center Learning) yang difokuskan pada transfer of knowledge. Kedua
adalah (Student Center Learning) yang difokuskan pada active learning. Pada
makalah ini, kami akan menjelaskan lebih dalam tentang konsep pembelajaran SCL
yang menitik beratkan pada strategi pembelajaran PBL. Problem Bassed Learning
Problem based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang mendorong
mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan
untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari sesuatu
obyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berfikir secara kritis dan analitis, serta
mampu mendapat dan menggunakan sumber – sumber pembelajaran secara tepat.
Tetapi dalam pelaksanaannya, masih banyak kendala yang bermunculan.
Pertama, banyak mahasiswa baru yang kesulitan untuk beradaptasi dengan strategi
PBL karena kebiasaan belajar secara konvensional ketika di SMA. Kemudian
kurangnya keterampilan pada lingkungan virtual, yaitu dalam penerapan teknologi
informasi. Kebanyakan mahasiswa masih kesulitan dalam mencari referensi atau
sumber rujukan yang sahih ataupun yang sesuai dengan kaidah ilmiah.
Makalah ini akan membahas tentang PBL beserta pemecahan masalah pada
kendala – kendala yang ada.

1.2 SKENARIO
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi
Andi, seorang mahasiswa baru kedokteran gigi, merasa kesulitan
menyesuaikan cara belajarnya dengan strategi belajar Problem-Based Learning yang
diterapkan di Fakultas Kedoktaran Gigi UNEJ. Ia terbiasa belajar dengan cara
menghafal, namun kini harus mampu bepikir kritis terhadap penjelasan dosen dan
menerapkan cara-cara pemecahan masalah yang efektif. Hal lain yang harus ia kuasai
adalah ketrampilan memanfaatkan teknologi informasi untuk penelusuran sumber
belajar. Ini cukup sulit baginya. Ia memang sering mencari artikel melalui internet,
tetapi ternyata ia kesulitan membedakan mana artikel yang sahih digunakan sebagai
rujukan ilmiah mana yang tidak. Saat ini ia mendapat tugas membuat makalah. Andi
bingung, ia ingin mendapat nilai baik pada tugas tersebut namun tak tahu harus
berbuat apa supaya makalahnya memenuhi kaidah ilmiah yang ditetapkan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Mengapa FKG UNEJ menggunakan system PBL ? Efektifkah?

2. Bagaimanakah ciri – ciri berpikir kritis ?

3. Apa hubungan antara system PBL, berpikir kritis, dan pemecahan masalah secara
efektif?

4. Apa keterkaitan antara mahasiswa baru dengan penyesuaian masalah belajar ?

5. Apa hubungan antara kesulitan PBL dengan kesulitan pembuatan makalah ?

6. Bagaimana cara penyelesaian masalah secara efektif ?

7. Apa langkah – langkah menemukan artikel shahih ?

8. Apa isi dari kaidah ilmiah ?

1.4 Tujuan Pembahasan

1) Untuk menjelaskan proses belajar pada manusia.


2) Untuk memahami fungsi PBL.
3) Untuk menjelaskan tujuan utama PBL.
4) Untuk menjelaskan faktor-faktor PBL.
5) Untuk menjelaskan menfaat TI dan PBL.
6) Untuk membedakan artikel sahih dan tidak sahih.
7) Untuk menjelaskan aturan pada kaidah ilmiah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses Belajar pada Manusia
Definisi belajar :
o Gagne (dalam Abdillah dan Abdul,1988 :17) mengatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup yang memungkinkan makhluk
hidup ini merubah perilakunya cukup cepat dalam cara kurang lebih sama, sehingga
perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasi baru.
o Sedangkan Dahar (1988 :11) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana
organisme perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar bukanlah menghafalkan
fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep yang baru dengan
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, atau mengaitkan konsep pada
umumnya menjadi proposisi yang bermakna.

Menurut Dr. C. George Boeree, Seorang Profesor di bidang psikologi di Shippensburg


University, dalam bukunya “Psikologi Sosial” tahun 2006, terdapat beberapa proses
pembelajaran, yaitu :
o Umpan balik (feedback) : Proses jenis pembelajaran paling sederhana ini yaitu,
dengan berbekal pemahaman atau pengetahuan yang telah dimiliki, seorang manusia
melakukan antisipasi atau tindakan terhadap hal-hal tertentu –tetapi kenyataannya,
dunia ini tidaklah seperti yang dibayangkan. Karenanya, setelah mencoba melakukan
berbagai antisipasi, dia mulai melakukan penyesuaian diri atau beradaptasi, yakni
memperoleh pemahaman baru terhadap dunia ini.
o Kemampuan untuk belajar melalui pengamatan terhadap sesamanya juga melalui
peringatan-peringatan, anjuran, ancaman dan janji-janji. Misalnya, Bila melihat
teman mendapat hadiah atau pujian karena nilai yang baik, seseorang menjadi terpacu
untuk rajin belajar karena mengharapkan penghargaan yang sama. Begitupun tentang
hukuman, seseorang berusaha agar tidak dihukum atas kesalahan yang sama dengan
teman tersebut
o Imitasi (pemodelan) : Tidak hanya belajar untuk mengenali konsekuensi tindakan
yang akan dilakukan orang lain, melainkan juga dari diri sendiri. Misalnya terpeleset
di atas salju yang licin, dengan adanya pengalaman tersebut, lain waktu orang
tersebut akan lebih berhati-hati.
o Pembelajaran simbolis : Dengan memahami deskripsi berbagai perilaku yang dapat
kita “tiru” atau terapkan dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat mempelajari
suatu sistem yang lebih kompleks dan meliputi kebiasaan, pola pemikiran, perasaan,
keyakinan, sikap, serta nilai-nilai kehidupan. Pembelajaran ini kita dapat di sekolah.

Proses Belajar pada Manusia


Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan yaitu TCL dan
PBL. TCL (Teacher Center Learning) yang difokuskan pada transfer of knowledge.
PBL adalah metode belajar menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Adapun
metode yang digunakan dalam PBL adalah:
1. Diskusi kelompok I

• Identifikasi masalah

• Analisis masalah

• Hipotesis/penjelasan logis/sistematis

• Identifikasi pengetahuan

• Identifikasi pengetahuan yang pernah diketahui

2. Belajar mandiri/individual

• Penentuan sumber pembelajaran

• Identifikasi pengetahuan baru

• Sintesis pengetahuan lama dan baru untuk diterapkan pada permasalahan

3. Diskusi kelompok

• Pengulangan kegiatan

• Menyimpulkan hal yang dipelajari

• Perangkuman hasil atau penyusunan laporan ke masalah berikutnya


Proses belajar merupakan fungsi alami yang paling dasar, lebih mudah dan lebih
menyenangkan yang seharusnya dirasakan oleh si pelaku (Dr. George Lozanov,
1998).
Dr. Lozanov telah membuktikan bahwa proses belajar dapat dipercepat dengan cara
tidak memberikan sugesti-sugesti kepada pelajar tentang keyakinan-keyakinan
terbatas.

1. PBL

Fungsi PBL
1. Mahasiswa mampu berpikir kritis, mengembangkan inisiatif karena mampu
belajar sendiri
2. Mahasiswa menjunjung tinggi etika engineering dan memperhatikan legal.
3. Mahasiswa memperolehpengetahuandasar(basic sciences) yangberguna
untukmemec- ahkan masalah-masalah keteknikan yang dijumpainya,
4. mahasiswa terdorong untuk menggu- nakan strategi-strategi penyelesaian
masalah dan keterampilan berpikir yang ting- gi seperti melakukan analisis
dan sintesis, evaluasi, dan pembentukan penge- tahuan/pemahaman baru
karena PBL cukup kompleks dan ambigu

Harsono (2004) Pengalaman inovasi pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM.


Makalah Seminar Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem-
Based Learn- ing berbasis ICT (Information and Communication Technology) ,
15/5/2004, Yogyakarta.
1. Mampu mendorong ke arah pemikiran yang terbuka, reflektif, dan belajar kritis, serta
aktif. (Boud & Felleti (1991))

2. Menawarkan kesempatan untuk mengaktifkan mahasiswa dan memfalisilitasi


partisipasi mahasiswa, sehingga diharapkan metode ini lebih produktif disbanding
metode tradisional (Graff & Bouhuijis, 1933)

3. Mahasiswa sendiri yang mengidentifikasi dan mencari penetahuan yang perlu


dimiliki untuk memecahkan problem (Supratiknya, 2001)

4. Membuat pelajaran lebih efisien sesuai dengan apa yang kita butuhkan. (Filosofi PBL
dan Strategi Pembelajaran ; Medical Education Unit FK Universitas Andalas)

Ada beberapa definisi dan intepretasi terhadap Problem Based Learning (PBL). Salahsatunya
menurut Duch (1995):
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa
untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan
secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Sejarah PBL

Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of
McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan
PBL di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus
pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar
masalah.

Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai
institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di
Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan keterampilan
medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya, PBL telah
diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di dunia.

Motivasi menggunakan PBL

Dalam pendidikan kedokteran konvensional, mahasiswa lebih banyak menerima


pengetahuan dari perkuliahan dan literatur yang diberikan oleh dosen. Mereka diharuskan
mempelajari beragam cabang ilmu kedokteran dan menghapal begitu banyak informasi.
Setelah lulus dan menjadi dokter, mereka dihadapkan pada banyak masalah yang tidak
dapat diselesaikan hanya dari pengetahuan yang mereka dapat selama kuliah. Sistem
pendidikan kedokteran konvensional cenderung membentuk mahasiswa sebagai pembelajar
pasif. Mahasiswa tidak dibiasakan berpikir kritis dalam mengidentifikasi masalah, serta
aktif dalam mencari cara penyelesainnya.

Prinsip-prinsip PBL

Dalam PBL, siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta
diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. PBL membentuk siswa mandiri yang
dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa menjalani
proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar PBL,
tutor akan berkurang keaktifannya.
Proses belajar PBL dibentuk dari ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di
dunia nyata. Hal tersebut digunakan sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar
mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga nantinya dapat
selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi.
Masalah-masalah yang didesain dalam PBL memberi tantangan pada siswa untuk lebih
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah secara
efektif.

Proses dalam PBL

Siswa dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan dengan bekal
pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-tama mereka mengidentifikasi apa yang harus
dipelajari untuk memahami lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya.
Langkah selanjutnya, siswa mulai mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya.
Melalui cara ini, belajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap individu.
Setelah mendapatkan informasi, mereka kembali pada masalah dan mengaplikasikan apa
yang telah mereka pelajari untuk lebih memahami dan menyelesaikannya.
Di akhir proses, siswa melakukan penilaian terhadap dirinya dan memberi kritik
mambangun bagi kolega.

Tujuan PBL adalah untuk menghasilkan peserta didik yang akan:

• Engage the problems they face in life and career with initiative and enthusiasm
(Terlibat masalah yang mereka hadapi dalam hidup dan karir dengan inisiatif dan
antusiasme)
• Problem-solve effectively using an integrated, flexible and usable knowledge base
(Memecahkan masalah secara efektif dengan menggunakan dasar, pengetahuan
terintegrasi yang fleksibel dan bermanfaat)
• Employ effective self-directed learning skills to continue learning as a lifetime habit
Mempekerjakan efektif keterampilan self-directed learning untuk terus belajar
sebagai kebiasaan seumur hidup
• Continuously monitor and assess the adequacy of their knowledge, problem-solving
and self-directed learning skills Terus memantau dan menilai kecukupan
pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah dan belajar mengarahkan diri sendiri
• Collaborate effectively as a member of a group Berkolaborasi secara efektif sebagai
anggota kelompok

Faktor-faktor dalam PBL

Faktor faktor yang dibutuhkan dalam PBL


1. Permasalahan / scenario / tugas

Scenario harus memiliki struktur yang tidak jelas sehingga mahasiswa terdorong
untuk membuat sejumlah hipotesis.
Bermakna dan ada hubungannya dengan kehidupan nyata mahasiswa sehingga
mereka termotivasi untuk mengarahkan dirinya sendiri dan menguji pengetahuan
dalam menyelasaikan tugas tersebut.
Cukup kompleks sehingga mahasiswa terdorong untuk menggunakan strategi
strategi penyelesain masalah dan keterampilan berfikir yang tinggi seperti
melakukan analisis dan sintesis, evaluasi dan pembentukan pengetahuan
( I wayan warmada, laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM)

2. Berpikir secara kritis

Ciri-ciri mahasiswa yang dapat berpikir kritis.


a. Relevance

b. Important

c. Novelty

d. Ambiguity clarified

e. Outside material

f. Lingking ideas

g. Justification

h. Critical assessment

i. Practical utility

j. Width of understanding

(Sofi ansori : 2007. Mengupas tuntas e-learning. Jakarta : PT Elex Media


Komputindo)

3. Penyelesaian masalah secara efektif (Abrori C. Berpikir kritis dalam profesi dokter.
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.)
Problem

Curiousity

Human Learning process

Learning Factors
(Culture, Social, Psychology, Religion)

Learning Method

Individual Group

PBL
Communication

BAB III. MAPPING


Function Purpose

Andi’s Problem Output


as a New Collegian (Problem Solving)

Knowledge Skills Attitudes

Communication and Application


BAB IV. PEMBAHASAN

1.PROSES BELAJAR

Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara dosen dan mahasiswa
untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk
ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara
mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah
munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek
psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.

Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan


terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai aktifitas
penalaran dengan tujuan terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif
dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya
kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan
membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah
yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri mahasiswa.

Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat
4 tahapan, yaitu :

1. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium,


perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan mengolah informasi.
2. Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial,
adalah bagian dari tahap internalisasi.
3. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian
dari proses balikan.
4. Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk
assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara
peer review ataupun dengan survey terbatas.

Seharusnya implementasi proses pembelajaran di perguruan tinggi senantiasa dievaluasi


untuk memenuhi aspek-aspek diatas.

Proses Belajar - Presentation Transcript

1. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Konsep Belajar dan Mengajar


2. Makna Belajar
o Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan,misalnya dengan
membaca,mengamati,mendengarkan,meniru.
o Arti luas, belajar artinyakegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan
pribadi seutuhnya
o Arti sempit, belajar adl usaha penguasaan materi pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya pribadi seutuhnya.
3. Tujuan Belajar
o Untuk mendapat pengetahuan.
o Ditandai dengan kemampuan berfikir.Dengan kata lain,tidak dapat
mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan
pengetahuan,sebaliknyakemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.
o Dalam hal ini,peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol
o Penanaman konsep dan ketrampilan Interaksi yang mengarah pada
pencapaian ketrampilan akan menuruti kaidah-kaidahtertentu dan bukan
semata-matahanya mengahafal atau meniru.
o Misalnya dengan metode role playing
o Pembentukan sikap.
o Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari
soal penanaman nilai, transfer of values.
o Oleh karena itu,guru tidak hanya sekedar “pengajar” tetapi betul-betul
sebagai pendidik yang akan memindahkan niali-nilai itu kepada anak
didiknya.
4. Beberapa teori tentang belajar
o Teori belajar menurut ilmu jiwa daya.
o Jiwa manusia terdiri dari berbagai daya dan daya tersebut dapat dilatih dalam
rangka untuk memenuhi fungsinya.
o Dalam hal inbi,bukan penguasaan bahan atau materinya,melainkan hasil dari
pembentukan dari daya-daya itu
o Teori belajar menurut ilmu jiwa.
o Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian-
bagian/unsur.Belajar memecahkan masalah diperlukan juga suatu
pengamatan secara cermat dan lengkap.
o Teori balajar menurut ilmu jiwa asosiasi.
o Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari
penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.Dari aliran ini terdiri dari
dua teoriyang sangat terkenal: Teori Konektionisme , dari Thorndike dan
Teori Conditioning dari Pavlov
o Teori Konstruktivisme
o Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri.
o Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan.
5. Faktor-faktor psikologis dalam belajar
o Motivasi,tergantung pada unsur pengalaman dan interest
o Konsentrasi,memusatkan pada segenap kekuatan perhatian pada situasi
belajar
o Reaksi,dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun
mental sebagai suatu wujud reaksi.
o Organisasi,belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan
mengorganisasikan,menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran
ke dalam suatu pengertian.
o Pemahaman,yaitu menguasai sesuatu dengan pikiran
o Ulangan,kegiatan mengulang harus disertai pikiran dan bertujuan

Proses belajar merupakan fungsi alami yang paling dasar, lebih mudah dan lebih
menyenangkan yang seharusnya dirasakan oleh si pelaku (Dr. George Lozanov,
1998). Dr. Lozanov telah membuktikan bahwa proses belajar dapat dipercepat dengan
cara tidak memberikan sugesti-sugesti kepada pelajar tentang keyakinan-keyakinan
terbatas.

Fungsi PBL

o Mahasiswa mampu berpikir kritis, mengembangkan inisiatif karena mampu


belajar sendiri.
o Mahasiswa menjunjung tinggi etika engineering dan memperhatikan legal.
o Mahasiswa memperolehpengetahuandasar(basic sciences) yang berguna untuk
memecahkan masalah-masalah keteknikan yang dijumpainya.
o Mahasiswa terdorong untuk menggunakan strategi-strategi penyelesaian
masalah dan keterampilan berpikir yang tinggi seperti melakukan analisis dan
sintesis, evaluasi, dan pembentukan pengetahuan / pemahaman baru karena
PBL cukup kompleks dan ambigu. “Harsono (2004) Pengalaman inovasi
pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM. Makalah Seminar Penumbuhan
Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem-Based Learn- ing berbasis
ICT (Information and Communication Technology) , 15/5/2004, Yogyakarta."
o Mampu mendorong ke arah pemikiran yang terbuka, reflektif, dan belajar
kritis, serta aktif. (Boud & Felleti (1991))
o Menawarkan kesempatan untuk mengaktifkan mahasiswa dan memfalisilitasi
partisipasi mahasiswa, sehingga diharapkan metode ini lebih produktif
disbanding metode tradisional (Graff & Bouhuijis, 1933)

o Mahasiswa sendiri yang mengidentifikasi dan mencari penetahuan yang perlu


dimiliki untuk memecahkan problem (Supratiknya, 2001)

o Membuat pelajaran lebih efisien sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
(Filosofi PBL dan Strategi Pembelajaran ; Medical Education Unit FK
Universitas Andalas)

Tujuan PBL
Membangun dan mengembangkan pembelajaran mahasiswa yang memenuhi kriteria
ketiga ranah pembelajaran (taxonomy of learning domains).
o Di bidang kognitif (knowledges): berupa ilmu dasar dan ilmu terapan secara
terintegrasi;
o Di bidang psikomotor (skills): berupa scientific reasoning, critical
o Di bidang kognitif (knowledges): berupa ilmu dasar dan ilmu terapan
o secara terintegrasi;
o Di bidang psikomotor (skills): berupa scientific reasoning, critical
o appraisal, information literacy, self- directed learning, life-long
o learning;
o Di bidang affektif (attitudes): berupa value of framework, hubungan
o antar-manusia, yang berkaitan masalah psikososial (psychosocial
o issues)

Tujuan PBL adalah untuk menghasilkan peserta didik yang akan:

• Terlibat masalah yang mereka hadapi dalam hidup dan karir dengan inisiatif
dan antusiasme
• Memecahkan masalah secara efektif dengan menggunakan dasar,
pengetahuan terintegrasi yang fleksibel dan bermanfaat
• Mempekerjakan efektif keterampilan self-directed learning untuk terus belajar
sebagai kebiasaan seumur hidup
• Terus memantau dan menilai kecukupan pengetahuan, keterampilan
pemecahan masalah dan belajar mengarahkan diri sendiri
• Berkolaborasi secara efektif sebagai anggota kelompok (Southern Illinois
University (SIU))

Faktor-faktor dalam PBL


1. Berpikir secara kritis

2. Penyelesaian masalah secara efektif (Abrori C. Berpikir kritis dalam profesi dokter.
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.)

Belajar berpikir kritis adalah belajar cara berfikir dimana menanggapi segala sesuatu
permasalahannya ditinjau dari sisi positif atau negative sehingga kita dapat
menyimpulkan atau membuat keputusan dengan baik dan mencapai tujuan tertinggi.
Dengan berpikir kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang
penting dengan baik dan mampu dengan cepat mendapatkan ide yang abstrak untuk
bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif (Abrori C)

Ciri-ciri mahasiswa yang dapat berpikir kritis.


o Relevance

o Important

o Novelty

o Ambiguity clarified

o Outside material

o Lingking ideas

o Justification

o Critical assessment

o Practical utility

o Width of understanding

(Sofi ansori : 2007. Mengupas tuntas e-learning. Jakarta : PT Elex Media


Komputindo)

3. Permasalahan / scenario / tugas

Scenario harus memiliki struktur yang tidak jelas sehingga mahasiswa terdorong
untuk membuat sejumlah hipotesis.
Bermakna dan ada hubungannya dengan kehidupan nyata mahasiswa sehingga
mereka termotivasi untuk mengarahkan dirinya sendiri dan menguji pengetahuan
dalam menyelasaikan tugas tersebut.
Cukup kompleks sehingga mahasiswa terdorong untuk menggunakan strategi
strategi penyelesain masalah dan keterampilan berfikir yang tinggi seperti
melakukan analisis dan sintesis, evaluasi dan pembentukan pengetahuan
( I wayan warmada, laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM)

Manfaat Teknologi Informasi

1. Dapat dengan mudah berguru pada pakar.


2. Pendidikan menjadi lebih baik, lama pendidikan menjadi lebih singkat, dan dengan
biaya yang relative rendah.

3. Dapat mengolah data, menyusun , menyimpan dalam berbagai cara untuk


menghasilkan informasi yang berkualitas.

4. Mendapat informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu.

( Salmi N. (2005). Teknologi Informasi Inovasi Bagi Dunia Pendidikan)

Nanda Afnita
1. Sebagai gudang ilmu

2. Alat bantu pembelajaran

3. Fasilitas pendidikan

4. Standar kompetensi

5. Penunjang Administrasi Pendidikan

6. Alat bantu manajemen sekolah

7. Infrastktu pendidikan

(Richardus Eko Indrajit, Ketua Sekolah Tinggi Manejemen Informatika dan


Komputer Perbanas)

Artikel shahih

1. Morfologis bahasa lengkap

2. Sintaksis bahasa lengkap

3. Tepat makna/ tunggal arti

(Makalah Loka Karya LKTM UPI 2003 )

Kaidah Ilmiah

Kaidah ilmiah suatu masalah suatu makalah meliputi aspek filosofi, etika, dan teknik.
• Aspek filosofis ini sendiri berkaitan dengan:

1. Objek yang dibicarakan

2. Ada pemecahan masalahnya, baik secara teori maupun empiris (penelitian) yang
dapat dipertanggungjawabkan.

3. Tujuan dari pemecahan masalah tersebut.


• Etika

Berkaitan dengan sikap ilmiah, yaitu jujur, tidak plagiat, cinta kebenaran dan
berkemauan untuk menjelaskan sesuatu berdasarkan fakta. Sikap ilmiah itu sendiri
adalah kecenderungan jiwa dan perilaku jiwa dan perilaku yang tumbuh dari
pendalaman ilmu dan metode ilmiah dalam mencari kebenaran untuk pengembangan
IPTEK.
• Teknik Penulisan

Dimulai bagian awal, utama dan akhir. Bagian awal memuat hal-hal umum. Bagian utama
memuat substansi yang mencakup pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian,
pembahasan, kesimpulan dan saran. Bagian akhir memuat materi yang mendukung dan
melengkapi sikap keterbukaan serta pertanggungjawaban karya ilmiah.

Aspek kaidah ilmiah mencakup:

• Aspek Ontologi

Ilmu pengetahuan atau teori yang berdasarkan hal sebelumnya yang diuraikan secara :

1. Metodis: menggunakan cara ilmiah.

2. Sistematis: saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.

3. Koheren: unsur-unsurnya harus bertautan. Tidak boleh mengandung uraian yang


bertentangan.

4. Rasional: harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis).

5. Komprehensif: melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang melainkan
secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistic)

6. Radikal: diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya.

7. Universal: muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja.

• Aspek Epistemologi.

Teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan
atau menurut pengetahuan manusia.

• Aspek Semantis.

Teori berdasarkan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai