Oleh:
2009
1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
MATA TATARAN: PERENCANAAN DESAIN PEMBELAJARAN
I. Tujuan Pembelajaran
A. Desain pembelajaran
B. Identifikasi masalah
D. Tujuan pembelajaran
E. Strategi pembelajaran
F. Evaluasi pembelajaran
III. Evaluasi
4
Lembar Informasi
A. Desain pembelajaran
Tujuan sebuah desain pembelajaran adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) terdapat empat komponen dasar dalam
perencanaan desain pembelajaran. Keempat hal tersebut mewakili pertanyaan-
pertanyaan berikut:
1. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau
peserta ajar)
2. Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
3. Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik untuk dipelajari? (strategi
pembelajaran)
4. Bagaimanakah cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?
(prosedur evaluasi)
5
B. Identifikasi masalah
Sebelum kita memulai desain pembelajaran, kita harus bertanya terlebih dahulu
mengapa kita memerlukan pengajaran? Dalam kondisi seperti apakah yang
disarankan untuk melakukan pengajaran itu? untuk lebih jelasnya, mari kita tinjau
contoh berikut:
Nilai rata-rata yang diperoleh kelas tujuh dalam mata pelajaran matematika di
kota Bandung dibawah rata-rata nilai yang telah ditetapkan. Situasi seperti ini
menunjukkan bahwa siswa tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Oleh sebab itu, untuk membantu meningkatkan nilai mereka, banyak cara yang
bisa dilakukan, salah satunya yaitu dengan menambahkan satu atau dua unit
pengajaran lagi. Tetapi, apakah dengan menambah pengajaran itu dapat
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi?
a. Analisis Kebutuhan
6
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari
kesenjangan tersebut untuk dipecahkan.
Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) proses tersebut mempunyai empat
fungsi, diantaranya adalah:
7
b. Analisis Tujuan
Kadang-kadang pendekatan analisis kebutuhan tidak praktis dan realistis,
oleh sebab itu biasa digunakan pendekatan alternatif lainnya untuk
mendefinisikan masalah, yaitu analisis tujuan. Mager (1984a)
mendeskripsikan analisis tujuan sebagai suatu metode untuk mendefinisikan
yang tidak terdefinisikan. Beberapa desainer menganggap analisis tujuan
sebagai suatu bagian penting dalam proses analisis kebutuhan. Tidak seperti
analisis kebutuhan yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah, analisis
tujuan dimulai dengan memberikan saran berupa suatu permasalahan.
Misalnya, seorang kepala sekolah memintamu untuk mengatur suatu
pelatihan internet bagi guru di sekolahnya. Ketika anda tidak mengenal para
guru, anda dapat menghadiri pertemuan fakultas keguruan misalnya dan
mengadakan analisis tujuan untuk menentukan apa yang para guru inginkan
dalam pelatihan itu.
Analisis tujuan juga dapat menggunakan data dari analisis kebutuhan untuk
menyusun prioritas. Misalnya, analisis kebutuhan mengidentifikasi kebutuhan
untuk melaksanakan pelatihan internet bagi para guru. Dari data tersebut,
analisis tujuan akan menggunakan kebutuhan tersebut serta mewawancara
kegiatan pelatihan itu untuk menentukan tujuan pengajaran.
Sejalan dengan Klein, dkk (1971) dan Mager (1984a), Morisson dkk (2007)
memaparkan ada enam tahapan dalam analisis tujuan, diantaranya: (1)
identifikasi tujuan, dengan mengikutsertakan para ahli yang memahami
permasalahan yang sedang dihadapi untuk menentukan satu atau dua tujuan
yang berhubungan dengan kebutuhan tadi. Suatu tujuan yang mengarahkan
kita pada permasalahan yang ada; (2) menyusun hasil yang ingin dicapai,
artinya membiarkan para ahli tadi untuk membuat sejumlah hasil yang ingin
dicapai untuk setiap tujuan yang sudah dibuat. Hasil tersebut harus
mengidentifikasikan sikap yang ditunjukkan siswa; (3) memperbaiki hasil,
8
tahap ini adalah tahap utama penyeleksian, seperti sorot semua hasil yang
ada dan hapus jika ada yang double, kombinasikan hasil yang serupa dan
lain sebagainya untuk memperjelas pernyataan hasil akhirnya; (4)
mengurutkan hasil, urut dan pilihlah hasil yang paling penting.
Mengurutkannya itu bisa berdasarkan manfaatnya, hal-hal yang dapat
menyebabkan masalah jika hal tersebut diabaikan, atau criteria-kriteria yang
relevan lainnya. (5) memperbaiki hasil kembali, tahap ini memverifikasi
kebutuhan yang ada dan hasil yang ingin dicapai memiliki saling keterkaitan
dengan tugasnya, yaitu dengan cara mengidentifikasikan kesenjangan antara
hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada. (6) membuat final
ranking, maksudnya mengurutkan kembali urutan hasil yang ingin dicapai
dengan mempertimbangkan seberapa penting hasil yang ingin dicapai itu
dapat mendukung pengajaran, kemudian mempertimbangkan pula efek
secara keseluruhan dari hasil tadi.
c. Analisis performance
Mager (1984b) mendeskripsikan analisis performance sebagai suatu bantuan
untuk mengidentifikasi masalah performance. Rosetti (1999) mendeskripsikan
proses ini sebagai pencarian sumber masalah. Analisis ini membantu untuk
memutuskan apakah hasil pelatihan itu benar-benar dialamatkan pada
masalah agar diselenggarakannya pelatihan atau karena adanya intervensi
lain yang lebih mengena.
9
Pertanyaan selanjutnya, kapan desainer pembelajaran melakukan analisis
terhadap permasalahan yang ada? Roseti (1999) mengidentifikasi ada 4 peluang
untuk mengidentifikasi masalah yang muncul, diantaranya pada saat
memperkenalkan atau menyambut suatu produk baru. Kesempatan kedua yaitu
pada saat merespon permasalahan yang terjadi. Ketiga, pada saat menyadari
adanya kebutuhan untuk mengembangkan kompetensi sumber daya manusia,
sehingga mereka selalu dapat berkontribusi kepada pertumbuhan suatu
organisasi. Dan yang keempat adalah pengembangan strategi, dimana suatu
analisa dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membuat keputusan
dalam merencanakan suatu strategi.
10
Diawal analisa, tugas yang paling penting dilakukan adalah mengidentifikasi
karakteristik mereka yang paling krusial terhadap pencapaian tujuan pelatihan.
Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (1999) menyarankan kepada para
desainer untuk mempertimbangkan tiga buah karakteristik siswa diawal proses
analisa, yaitu: karakteristik umum, karakteristik yang spesifik dan gaya belajar.
Karakteristik umum merupakan variable yang luas, seperti jenis kelamin, usia,
pengalaman kerja, pendidikan, dan suku bangsa. Kemudian karakteristik yang
spesifik meliputi kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa untuk
mengikuti pelatihan. Sedangkan gaya belajar lebih kepada sifat perorangan
dalam melakukan tugas belajarnya dan memproses informasi. Sebagian dari
mereka suka mencari metode-metode tertentu yang paling sesuai untuk belajar.
Selama ini, telah diketahui bahwa daripada menghadiri kuliah dan membaca teks
materi, beberapa individu lebih nyaman belajar dari media visual, dan ada pula
yang lebih nyaman lagi belajar dari aktifitas fisik dan manipulasi objek.
D. Tujuan Pembelajaran
Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi
suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan
diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan
rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat
penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran
adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat
tujuan yang harus dicapai.
E. Strategi Pembelajaran
Belajar adalah sebuah proses aktif dimana pelajar menggagas hubungan yang
bermakna antara pengetahuan yang baru diterima dengan pengetahuan yang
dimiliki pelajar sebelumnya. Strategi perancangan pembelajaran yang baik akan
memotivasi pelajar untuk secara aktif membuat hubungan antara apa yang
diketahui pelajar dengan informasi yang baru diterima.
Menurut Hamzah (2006), setidaknya ada tiga jenis strategi yang berkaitan
dengan pembelajaran, yaitu:
1. Strategi pengorganisasian pembelajaran
2. Strategi penyampaian pembelajaran
3. Strategi pengelolaan pembelajaran
Strategi penyampaian pengajaran menekankan pada media apa yang dipakai
untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan pelajar,
dan dalam struktur belajar mengajar yang bagaimana. Strategi pengelolaan
13
menekankan kepada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian pengajaran, termasuk pula
pembuatan catatan tentang kemajuan belajar peserta ajar.
14
5. Rumusan untuk Kecakapan Individu Pengajaran (Interpersonal Skills)
Interpersonal skill selaras dengan membangun kemampuan berkomunikasi.
Penampilan untuk Interpersonal skill ini dapat berupa recall ataupun aplikasi,
dengan tekanan pokok pada aplikasi.
6. Rumusan untuk Sikap Pengajaran
Sikap terdiri dari kepercayaan dan asosiasi behavior atau respon. Strategi
untuk mengajarkan perubahan sikap adalah sama dengan strategi untuk
tujuan interpersonal. Rumusan untuk sikap adalah model behavior,
membangun model verbal dan imaginasi, menggunakan latihan mental.
F. Evaluasi Pembelajaran
16
hal jawaban terhadap pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much”
untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan
evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih
dahulu dilakukan pengukuran.
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh
seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, pengajar
akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun
langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
(1) perencanaan,
(2) pengumpulan data,
(3) verifikasi data,
(4) analisis data, dan
(5) interpretasi data.
17
menyempurnakannya. Pada akhirnya kita harus menguji instrumen dan materi
untuk mengukur tingkat pengetahuan pelajar, kemampuan dan perubahan sikap
pelajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui evaluasi yang tepat bukan
saja kita dapat menentukan keberhasilan pelajar mencapai tujuan pembelajaran,
akan tetapi juga sekaligus dapat melihat efektivitas program desain yang kita
rencanakan. Dalam hal ini evaluasi berarti proses penggunaan pengukuran atau
taksiran untuk membuat pendapat /penilaian tentang sesuatu.
Dalam tahap ini kita menguji tujuan dan bagian utama dari evaluasi serta
memperhatikan konsep penting peran evaluasi dalam proses perencanaan
pengajaran. Hamalik (2003) menjelaskan pentingnya perencanaan evaluasi
sebagai berikut:
1. Rencana evaluasi membantu kita untuk menentukan apakah tujuan-tujuan
telah dirumuskan dalam artian tingkah laku. Hal ini akan memudahkan
perencanaan suatu tes untuk mengukur prestasi peserta ajar. Penulisan
suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa tujuan-tujuan dan jika perlu
mengadakan revisi sebelum kita merancang pengajaran.
2. Berdasarkan rencana evaluasi yang telah ada, selanjutnya kita dapat
menyiapkan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Dengan
informasi tersebut dapat kita ketahui apakah peserta ajar telah memahami
tujuan, apakah mereka telah mencapainya, dan sebagainya.
3. Rencana evaluasi memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes.
Untuk menyusun tes yang baik, diperlukan persiapan matang yang mungkin
akan menyita waktu yang cukup banyak.
Berdasarkan ketiga hal tersebut kemampuan untuk mengembangkan alat
evaluasi merupakan suatu keharusan bagi seorang desainer pembelajaran.
Karakteristik Evaluasi
18
atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Evaluasi dilakukan untuk
menentukan judgement terhadap sesuatu.
2. Berhubungan dengan pemberian nilai atau arti
Berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu memiliki nilai
atau tidak. Dengan kata lain, evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang
dinilai.
19
d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh peserta ajar secara
individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa
depan dan pengembangan karir.
e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam
menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya, apakah
tujuan itu perlu diubah atau ditambah.
f. Evaluasi sebagai umpan balik penentuan kebijakkan untuk semua pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan
Evaluasi sering dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan.
Siswa dievaluasi setelah ia selesai melakukan suatu pelajaran, apakah ia
berhasil atau tidak. Kurikulum dievaluasi setelah diimplementasikan, apakah
kurikulum tersebut telah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum, bagian-
bagian mana yang perlu dievaluasi. Fungsi evaluasi seperti contoh diatas
diformulasikan oleh Scriven (1967) dalam istilah formatif dan sumatif.
Evaluasi Formatif
Fungsi formatif suatu evaluasi hanya dapat dilaksanakan ketika evaluasi itu
berkenaan dengan proses dan bukan berfokus pada hasil. Bahkan ahli
perencana pembelajaran handal pun tidak begitu menyukai untuk membuat
pengajaran yang sempurna pada saat pertama. Terlihat luar biasa ketika
konsep atau gagasan tidak berjalan seperti yang direncanakan ketika
diterapkan di dalam kelas. Evaluasi formatif menjadi bagian penting proses
perencanaan pangajaran, hal ini berfungsi untuk menginformasikan
insruktur/pengajar atau tim perencana, seberapa besar kemajuan program
pengajaran disajikan sesuai tujuan pembelajaran. Evaluasi formatif lebih
berguna ketika dilakukan selama pembuatan dan ujicoba. Dapat dilakukan
20
ketika proses. Jika rencana pengajaran berisikan kelemahan, hal ini akan dapat
diidentifikasi dan di eliminasi sebelum penerapan keseluruhan.
Hasil tes, reaksi pelajar, observasi kerja pelajar, tinjauan oleh ahli materi
pelajaran, dan saran-saran dari kolega dapat menjadi indikator kekurangan
dalam sekuen, prosedur atau material pembelajaran. Evaluasi formatif adalah
kontrol mutu dari proses pembuatan perencanaan pengajaran. Dalam hal ini
kita belajar bagaimana mengevaluasi kemajuan sesuai dengan perencanaan.
Tes formatif dan revisi adalah penting untuk keberhasilan perencanaan desain
pembelajaran. Biasanya berhubungan tidak hanya kesesuaian tujuan
pembelajaran, isi materi, strategi pembelajaran dan material tapi juga untuk
peranan individu, penggunaan fasilitas dan perlengkapan, jadwal, dan faktor
lain yang secara bersamaan mempengaruhi penampilan optimal dalam
pencapaian tujuan. Perlu diingat, proses perencanaan adalah interaksi
berkelanjutan, dimana setiap elemen mempengaruhi elemen yang lain.
21
4. Apakah kegiatannya terlihat sesuai dan teratur untuk pengajar dan pelajar?
5. Dimana materi nyaman dan mudah untuk ditempatkan, digunakan dan
diarsipkan?
6. Apakah reaksi pelajar terhadap metode pelajaran, kegiatan, materi, dan
metode evaluasi?
7. apakah setiap tes perunit dan hasil yang lain mengukur taksiran kepuasan
tujuan pembelajaran?
8. Apa perbaikan dalam program terlihat penting ( isi, format dsb.)?
9. Apakah keadaan pembelajaran telah sesuai?
Evaluasi Sumatif
22
- Ketepatgunaan pembelajaran
- Biaya dari pembuatan program
- Kelangsungan biaya
- Reaksi terhadap program pembelajaran
- Keberlangsungan keuntungan suatu program
Evaluasi Konfirmatif
23
Peranan Tujuan Pembelajaran
24
Rumusan Tujuan Evaluasi
25