Anda di halaman 1dari 4

Rabu, 03/03/2010 10:46 WIB

Mengatasi Alergi Telur dengan Telur

Merry Wahyuningsih - detikHealth

New York, Alergi telur sering dialami anak-anak. Untuk menghindari alergi telur biasanya
disarankan tidak makan telur. Tapi kini peneliti telah menemukan cara jitu untuk mengatasi
alergi telur yakni dengan memberikan putih telur dalam dosis yang dinaikkan.

Studi yang dilakukan Hopkins Children di AS menemukan bahwa anak-anak yang


mengonsumsi telur dengan dosis protein yang lebih tinggi ternyata dapat mengatasi alergi
telur yang dialaminya.

Penemuan telah dipresentasikan pada pertemuan tahunanAmerican Academy of Allergy,


Asthma & Immunology pada 2 Maret 2010 seperti dilansir Indiavision, Rabu (3/2/2010).

Penemuan sebelumnya di Hopkins Children juga menunjukkan pendekatan yang sama.


Penemuan tersebut dikenal dengan oral immunotherapy, yang telah berhasil digunakan untuk
mengobati alergi susu pada anak.

Beberapa anak dalam penelitian alergi susu ini telah berhasil mengatasi keadaan mereka dan
banyak yang mengalami gejala alergi lebih ringan setelah diterapi.

Kini para peneliti melaporkan hasil yang sangat menggembirakan pada anak-anak alergi yang
terhadap telur.

"Seperti yang kita lihat pada pasien dengan alergi susu sebelumnya, oral immunotherapy
untuk anak alergi telur bekerja dengan cara yang sama, tapi dengan pelatihan sistem imun
yang perlahan untuk menolerir alergen yang menyebabkan reaksi alergi," kata Robert Wood,
MD, direktur Allergy & Immunology di Hopkins Children.

Para peneliti mengatakan hasil awal ini membutuhkan pemantauan jangka panjang terhadap
pasien. Mereka juga memperingatkan bahwa oral immunotherapy dapat dilakukan hanya
terhadap alergi pediatrik yang terlatih.

Dalam penelitian selama 11 bulan terhadap 55 anak usia 5-18 tahun, peneliti memberikan
putih telur dengan dosis yang dinaikkan kepada 40 pasien selama melakukan tantangan
makanan yang diadakan di sebuah klinik di bawah pengawasan seorang dokter. Sementara 15
anak-anak menerima plasebo, makanan seperti putih telur tetapi tidak mengandung protein
telur.

Di akhir penelitian, lebih dari separuh anak-anak yang makan telur (21 dari 40 anak) dapat
menolerir 5 gram telur tanpa reaksi alergi. Sebaliknya, tak satupun anak yang makan telur
plasebo mampu menolerir telur selama melakukan tantangan makanan tersebut.

Para peneliti mengatakan gejala-gejala ringan hingga sedang yang muncul dari alergi telur ini
berupa gatal serta pembengkakan pada mulut dan tenggorokan.
Seperti dilansir Kidshealth, telur sebenarnya makanan yang bagus karena mengandung
protein untuk pertumbuhan badan dan perkembangan otak anak. Ketika seseorang alergi
terhadap telur, maka sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi berlebihan pada protein dalam
telur.

Setiap makanan yang terbuat dari telur masuk ke sistem pencernaan maka tubuh orang yang
alergi telur akan berpikir bahwa protein ini berbahaya.

Kemudian oleh sistem kekebalan tubuh direspons dengan menciptakan antibodi spesifik
untuk melawan makanan yang dianggap tubuh berbahaya itu. Antibodi imunoglobulin E
(IgE) akan memicu pelepasan bahan kimia tertentu ke dalam tubuh, salah satunya adalah
histamin.

Nah, ketika orang yang alergi telur makan makanan yang mengandung telur, sistem
kekebalan tubuhnya akan mengeluarkan bahan-bahan kimia untuk melindungi tubuh.
Pelepasan bahan kimia inilah yang mempengaruhi sistem pernapasan, saluran pencernaan,
kulit, dan sistem kardiovaskular. Alergi ini menyebabkan gejala seperti sesak napas, mual,
sakit kepala, sakit perut dan gatal gatal-gatal.

Kebanyakan orang yang alergi telur pada protein dalam putih telur, tetapi beberapa orang
juga tidak bisa menolerir protein dalam kuning telur. Alergi telur biasanya muncul ketika
batita dan bertambah serius ketika usianya mencapai 5 tahun.
(ir/ir)
Sumber :

http://health.detik.com/read/2010/03/03/104634/1310039/763/mengatasi-alergi-
telur-dengan-telur?ld991107763
Hari/Tanggal : Senin, 18 April 2011

Tugas : Etika Kedokteran

Nama : Iva Jaya Maria

NPM : 09700110

Sebagaimana diketahui bahwa dalam terapi yang pertama dilakukan adalah terapi
tanpa obat atau non-farmakologi. Namun jika cara tersebut tidak ada hasil, maka
dilakukanlah terapi dengan obat-obatan atau farmakologi. Pada berita tersebut merupakan
salah satu contoh terapi non-farmakologi.

Ada banyak cara dalam mengatasi alergi, seperti diet eliminasi dan tes tantangan
makanan. Dalam berita tersebut menuturkan tentang cara mengatasi alergi telur dengan oral
immunotheraphy. Sebenarnya cara ini tertulis pula dalam buku dr. Nancy Espeland yang
berjudul “Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak” yang disebut Tes
Tantangan Makanan, yakni :

Tantangan makanan lebih sering digunakan ketika diagnosisnya meragukan atau ada
kemungkinan bahwa anak mungkin telah kehilangan alergi tersebut. Dalam fasilitas
medis di mana perawatan dapat diberikan jika dipperlukan, anak diberi makanan
dengan makanan yang diduga sebagai pemicu alergi dalam jumlah yang semakin
banyak. Jika anak dapat memberikan toleransi terhadap jumlah yang sama dengan
hidangan penuh, maka makanan tersebut dapat ditambahkan kembali dalam diet.
Menurut para ahli, penundaan pemberian makanan yang berpotensi dapat
menimbulkan reaksi alergi pada anak idealnya adalah menunggu anak sampai berusia dua
belas bulan untuk makanan, seperti susu sapi, gandum, dan kedelai; dua puluh empat bulan
untuk telur, dan tiga puluh enam bulan untuk kacang-kacangan dan ikan-ikanan. Hal ini
sesuai dengan pemikiran Thomas Werfel (dalam Graha, 2010:55), seorang ahli alergi dari
Hannover-Jerman, bahwa sistem kekebalan tubuh anak belum matang dan masih dalam
proses belajar, manakah protein yang berasal dari dalam tubuhnya sendiri, protein yang
membahayakan dan juga protein yang harus dilawan. Bila dalam proses tumbuh kembang
tubuh anak molekul-molekul protein asing terlalu dini masuk ke tubuh mereka, maka sistem
pencernaan tubuh mereka pun akan menganggap protein asing itu sebagai sesuatu yang
berbahaya, karena itu tubuh pun segera membentuk sistem kekebalan untuk melindungi diri.
Dalam hal ini bekerjalah imunoglobulin E. Imunoglobulin E inilah sebagai perantara dalam
alergi pada anak yang bereaksi terhadap molekul asing. Bila ini terus meningkat, maka
kemungkinan pengembangan alergi pun akan semakin tinggi resikonya. Dengan kata lain,
cara mengatasi alergi telur dapat dilakukan dengan pemberian telur pada anak setelah berusia
24 bulan ke atas karena pada usia itu perkembangan kematangan sistem kekebalan tubuh
pada anak sudah lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai