A. PENDAHULUAN
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting
untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan
manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan
untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi
alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai
lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda
yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.
Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena
adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan
tersebut dengan lingkungannya.
Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang
terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin
tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak
mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga
kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang
berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada
sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini
berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan
intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan
demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem
pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun.
Untuk itu perlu pengelolaan lahan yang efektif, efisien dan optimal sehingga
kelestarian lahan juga dapat terjaga dan kebutuhan manusia akan lahan dapat
tercukupi.
B. Pengertian lahan
Lahan (land) atau sumberdaya lahan (land resources) adalah
lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan
tanah.
Sering kali terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land)
dengan tanah (soil), karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki
arti yang sama. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas
komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku
yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi anatara
iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu benda induk (b) yang dipengaruhi
oleh relif tempatnya terbentuk (r) ditambah waktu (w).
C. Pengelolaan Lahan Pertanian
Pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan
yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi
produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya.
Tingkat produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah
hujan, suhu, kelembaban, sistem pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover
(Djaenuddin , 2006). Pengelolaan lahan sebagai salah satu komponen
pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian
berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada trade-off
antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan
seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tujuan pengelolaan lahan adalah :
a. Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal
b. Mendapatkan hasil maksimal
c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan
b. Sistem tanam
Beberapa jenis sistem tanam yang sering diterapkan :
a. Kebun Pekarangan
Merupakan kebun campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan
(buah-buahan) dan tanaman semusim di sekitar pekarangan dengan fungsi
penyediaan karbohidrat, vitamin dan mineral, serta obat-obatan sepanjang
tahun
b. Sistem perkebunan/ mokokultur
Merupakan penanaman satu jenis komoditas tanaman dengan maksud
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam usaha tani.
Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman pohon, yang
mempunyai sistem perakaran yang dalam, seperti tanaman buah-buahan,
disamping juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Biasanya
menggunakan input sarana produksi yang tinggi (intensifikasi). Dalam
penanaman monokultur perlu diikuti oleh upaya konservasi antara lain :
o Pada lahan yang bergelombang/ miring perlu pembuatan teras-
teras dan guludan untuk menghambat aliran permukaan air dan
mengurangi erosi, serta menampung dan menyalurkan aliran air
dengan kekuatan yang tidak merusak.
o Pengolahan tanah minimum, dilakukan secara terbatas/
seperlunya pada lobang tanam saja
o Tanaman utama misalnya komoditas buah-buahan seperti jeruk,
durian, mangga dll, pada teras ditanam menurut sabuk gunung atau
memotong lereng
o Penanaman rumput-rumputan pada guludan dan lereng-lereng/
tebing untuk mencegah erosi
c. Talun-kebun
Merupakan pertanian-hutan tradisional dimana berbagai macam tanaman
ditanam secara spatial dan urutan temporal. Lokasinya jauh dari
pekarangan, dengan fungsi (1) penyediaan subsisten karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral, (2) produksi komoditas komersial, (3) konservasi
tanah dan genetic, (4) sosial (penyediaan kayu baker bagi desa, (5)
peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil komoditas komersial.
Pertanian talon-kebun ini telah berhasil dikembangkan di daerah Jawa
Barat.
d. Tumpang sari
Tumpang sari bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan Pertanian,
pemanfaatan sumber daya secara optimal, serta menyelamatkan sumber
daya lahan dan air, serta mengurangi resiko kegagalan panen. Prinsip
tumpang sari adalah keanekaragaman vegetasi, dengan penanaman
bermacam-macam tanaman, berupa tanaman keras/ kayu-kayuan dan
buah-buahan, dengan intercrop tanaman semusim seperti tanaman pangan,
tanaman obat-obatan, tanaman penutup dll.
e. Rumput-hutan
Merupakan usahatani campuran antara kehutanan dan peternakan
(sylvopasture), dimana rumput ditanam di bawah pohon damar, pinus dan
Albisia sp. Pengembangan system ini dapat berhasil di daerah yang
petaninya mempunyai ternak, tapi tidak ada ladang untuk penggembalaan.
Selain sebagai pakan ternak, rumput berfungsi sebagai pencegah erosi
yang ditanam sebagai penutup tanah, penguat teras dan guludan serta
penguat tebing-tebing pada tanah yang miring. Dalam usaha Pertanian,
rumput dapat dimanfaatkan sebagai mulsa dan pupuk kompos.
f. Pertanaman lorong
Merupakan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan di lorong
antara barisan pagar tanaman pohon. Tanaman pagar dijaga agar tetap
rendah agar tanaman semusim tidak ternaungi, kecuali jika tidak ada
tanaman semusim maka tanaman pagar dibiarkan tumbuh bebas. Pada
tanah yang berlereng, tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam
mengikuti kontur agar erosi dapat tercegah dengan baik.
c. Pengolahan lahan
Berikut ini beberapa bentuk pengolahan lahan :
o Pengolahan tanah menurut kontur/ memotong lereng
Pengolahan tanah yang dilakukan menurut kontur atau sabuk
gunung, baik dengan pembajakan, pencangkulan atau perataan, sehingga
terbentuk alur-alur dan jalur-jalur tumpukan tanah yang searah dengan
kontur. Alur tanah tersebut akan merupakan penghambat erosi.
Pengolahan tanah menurut kontur ini sebainya diikuti dengan penanaman
dalam baris-baris memotong lereng.