Asofyanrangkutiipbab 1
Asofyanrangkutiipbab 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat. Keleluasaan otonomi ini mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat
Tahun 1999, di mana pada dasarnya seluruh kewenangan ada di Daerah, kecuali
moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Secara rinci pembagian
bersangkutan.
2
lebih tinggi (Pemerintah Pusat), sementara fungsi alokasi akan lebih banyak
dilaksanakan oleh Daerah, karena Daerah lebih dekat kepada masyarakat sehingga
angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta kewenangan untuk menetapkan
masih termasuk sebagai kewenangan Pusat (yang akan dilaksanakan oleh BKKBN
Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Pasal 43 disebutkan bahwa
menyelenggarakan fungsi :
makro;
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah terakhir
Kepada Menteri Dalam Negeri Selaku Ketua Tim Keppres Nomor 157 Tahun
Kota maka Menteri Dalam Negeri dengan surat Nomor 045/560/Otda tanggal 24
Propinsi dan Kab/Kota, perlu kami laporkan kepada Bapak gubernur berdasarkan
surat Menteri dalam Negeri tersebut diatas ada 87 kewenangan yang akan
berencana di tingkat lokal. BKKBN telah kehilangan kaki, fungsinya saat ini
program KB sangat variatif, dan pemerintah pusat tidak memiliki otoritas untuk
maka strategi pengelolaan KB pada era desntalisasi ini bukan lagi berlandaskan
pada hubungan hirarkhis, tetapi lebih diarahkan pada pendekatan yang bersifat
komitmen yang kuat dari pimpinan tertinggi di Pemerintahan mulai dari Presiden,
juga diperlukan dari kalangan legislatif baik di pusat maupun daerah. Dukungan
dari kedua lembaga itu sama pentingnya dengan dukungan dari LSM, swasta,
tokoh masyarakat dan tokoh agama, karena berdasarkan pengalaman selama ini
kalangan eksekutif dan legislatif, tapi juga ditentukan oleh dukungan moral dari
Berdasarkan dasar uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang
Sumatera Utara.
(a) Secara praktis sebagai masukan bagi Pemerintah dalam upaya peningkatan
(b) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan menambah khasanah
bidang desentralisasi.