Penelitian Tindakan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)

A. Pengertian Penelitian Tindakan


Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan
tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti
dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi
dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan ini di kalangan pendidikan
dapat diterapkan pada sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research), atau bila yang melakukan tindakan adalah kepala sekolah atau
pimpinan lain maka tetap saja disebut penelitian tindakan. Dalam kaitannya dengan istilah
Penelitian Tindakan Kelas, di situ terdapat tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,
yaitu :
• Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara-cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
• Tindakan--- menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
• Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
yang dimaksud dengan ‘kelas' adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan,
dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan umum yang terdapat dalam
penelitian tindakan guru adalah penonjolan tindakan yang dilakukannya sendiri, misalnya
guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pengutaraan kalimat seperti itu kurang pas.
Seharusnya guru menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa
mengamati proses mencair es yang ditempatkan di panci tertutup dan panci terbuka, atau di
dalam gelas. Siswa juga diminta membandingkan dan mencatat hasilnya. Dengan kata lain,
guru melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya,
perhatian mereka pada proses yang terjadi, dan sebagainya.
B. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan tetapi tidak menyalahi kaidah yang
ditentukan, perlu kiranya difahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila
sedang melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip-prinsip dimaksud adalah
sebagai berikut.
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika
penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan dapat dilaksanakan
lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu
khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
2. Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-
hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk
hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya
sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul
menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksanaan atau
permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena
menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum
memuaskan dan perlu ditingkatkan.
3. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri dari unsur-unsur S
(Strength) - kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan, O (Opportunity) - kesempatan, dan T
(Threat) - ancaman. Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun
siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal yang disebutkan, penelitian
tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru
dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang
akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
4. Upaya empirik dan sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, sudah mengikuti
prinsip empirik (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang
terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika guru
mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung dan
hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut.
5. Ikuti SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam proses perencanaan
kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna.
• S - Specific, khusus, tidak terlalu umum
• M- Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
• A - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau
- Achievable, dapat dicapai, dijangkau
• R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan
• T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal- hal yang disebutkan dalam
SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus khusus, tidak sulit dilakukan, dapat diterima
oleh subjek yang dikenai tindakan dan lingkungan, nyata bermanfaat bagi dirinya dan subjek
yang dikenai tindakan. Selain itu yang sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut sudah
tertentu jangka waktunya. Penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan,
satu semester, atau satu tahun.
6. Bukan seperti biasanya, tetapi harus cemerlang
Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa
memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. Sesuai dengan prinsip nomer 2, yaitu
adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan diri, apa yang sudah ada, tindakan yang
dilakukan harus berbeda dari biasanya, karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru melakukan tindakan yang diperkirakan dapat
memberikan hasil yang lebih baik.
7. Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil
Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil , dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau
strategi yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau strategi tersebut berupa
proses yang harus diamati secara cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan
penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan yang dijumpai, dan lain-lain aspek
yang berkaitan dengan proses. Sejauh mana proses ini sudah memenuhi harapan, lalu
dikaitkan dengan hasil setelah satu atau dua kali tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam
melaksanakan penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan MENGEJAR HASIL, tetapi
mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan DAMPAK dari prosesnya.
C. Model Penelitian Tindakan
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan, namun secara garis besar
terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap
adalah sebagai berikut.
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat
diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding
dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya
unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan
isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat
adalah bahwa dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang
sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
Dalam reflekasi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perenca- naan perlu diperhatikan.
Tahap 3: Pengamatan
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit
kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena
seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2 diberikan untuk memberikan peluang
kepada guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang
melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat
menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana yang
berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan "pengamatan balik" terhadap apa yang
terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana
mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
Tahap 4: Refleksi
Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Istilah "refleksi" dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan
"memantul-seperti halnya memancar dan menatap kena kaca", yang dlam hal ini guru
pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati
kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku
tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan
baik dn bagian mana yang belum. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat,
maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya
kembali, melakukan "dialog" untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan
hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu
diperbaiki.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah
siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan
refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk tindakan"
sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan
adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan
tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam
bentuk siklus.
D. Persyaratan Penelitian Tindakan oleh Guru
Beberapa hal di bawah ini antara lain merupakan persyaratan untuk diterimanya laporan
penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru.
1. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
pembelajaran, dan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus-
menerus, objektif, dan sistematis, artinya dicatat atau direkam dengan baik sehingga
diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti serta penyimpangan yang
terjadi; hasil pencermatan tersebut akan menetukan tindak lanjut yang harus diambil segera
oleh peneliti.
3. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang- kurangnya dalam dua siklus tindakan yang
berurutan; informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya.
Oleh karena itu siklus yang kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum
siklus pertama terjadi. Hasil refleksi harus tampak digunakan sebagai bahan masukan untuk
perencanaan siklus berikutnya.
4. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah
ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. Tindakan yang dilakukan tidak
boleh merugikan siswa, baik yang dikenai atau siswa lain. Makna darim kalimat ini adalah
bahwa tindakan yang dilakukan guru tidak hanya memilih anak-anak tertentu, tetapi harus
semua siswa dalam kelas.
5. Penelitian tindakan kelas disadari betul oleh pelakunya, sehingga yang bersangkutan dapat
mengemukakan kembali apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi,
reaksi siswa, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan dan kekurangan
dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
E. Sasaran atau objek penelitian tindakan kelas
Hal-hal yang dapat diamati sehubungan dengan setiap unsur pembelajaran tersebut antara lain
adalah sebagaimana disajikan dalam bagian berikut. Sesuai dengan prinsip bahwa ada
tindakan dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan
sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa
gerak.
1. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/ laboratorium atau bengkel, maupun ketika
sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di dalam hati, atau ketika mereka sedang
mengikuti kerja bhakti di luar sekolah.
2. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang
membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata., atau ketika guru sedang
mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
3. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati urutan matri tersebut ketika disajikan kepada
siswa, meliputi pengorganisasiannya, cara penyajiannya, atau pengaturannya.
4. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa
secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang
disediakan dan digunakan di kelas.
5. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang
harus di capai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. Oleh karena
hasil belajar merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur
lain.
6. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi
siswa dirumahnya. Informasi tentang lingkungan ini dikaji bukan untuk dilakukan camput
tangan, tetapi digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan.
7. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan
direkayasa dalam bentuk tindakan. Yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya
cara mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal,
pengaturan, tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa dan
sebagainya.
F. Laporan Penelitian Tindakan
Selanjutnya apabila guru pelaksana penelitian tindakan kelas sudah merasa puas dengan
siklus-siklus itu, tentu saja langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan
kegiatannya. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal
guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah ia lakukan.
Membuat karya tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah
dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi dengan
penjelasan tentang alasan, tujuan, manfaat dan isi penelitian, kemudian cerita tentang
tindakan dengan siklus-siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal disampaikan hasil penelitian,
yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan, ditutup
dengan rekomendasi atau saran.
Sistematika laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan laporan penelitian yang lain. Satu
hal yang sangat dicermati oleh penilai adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan penjelasan
tentang proses yang berlangsung. Kesalahan umum yang terjadi, guru hanya menyebutkan
sangat sedikit tentang tindakan yang dilakukan, dan langsung menunjukkan data yang
dikumpulkan melalui tes. Hasil tes antar siklus dibandingkan dengan atau tapa rumus,
kemudian disimpulkan. Dalam penelitian tindakan ini guru tidak diharuskan menonjolkan
analisis data, tetapi seperti sudah dikemukakan di depan, sangat menekankan proses.
Jenis dan Metode Penelitian
Kualitatif
Written by Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si
Tuesday, 01 June 2010 04:52
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami (to understand) fenomena atau
gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena
yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya
ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan
sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur
perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda.

Setidaknya ada delapan jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus
(case studies), studi dokumen/teks (document studies), observasi alami (natural observation),
wawancara terpusat (focused interviews), fenomenologi (phenomenology), grounded theory,
studi sejarah (historical research). Berikut uraian ringkas tentang masing-masing jenis
penelitian itu.

No Jenis Penelitian Uraian


1. Etnografi Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang
perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau
(Ethnography) sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah
budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli
menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang
dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti
mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana
apa adanya. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam
sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan,
wawancara dengan anggota kelompok budaya secara
mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli.
Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana
lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di
lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan
sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data
dikumpulkan. Penelitian etnografi bersifat antropologis
karena akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli
pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti
tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau
sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.

2 Studi Kasus Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang


individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program
(Case Studies) kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya
untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari
sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk
selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.
Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif,
data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan
arsif. Studi kasus bisa dipakai untuk meneliti sekolah di
tengah-tengah kota di mana para siswanya mencapai prestasi
akademik luar biasa.

3 Studi Dokumen/Teks Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik
beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis
(Document Study) berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat,
film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk
memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus
yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini
bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di
dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para
pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji
tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan
tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari
sebuah teks.

4. Pengamatan Alami Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif


dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar
(Natural Observation) tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya
ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya,
bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok
diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-
beda. Dan, bagaimana pula perilaku dia jika berada dalam
kelompok yang homogen. Peneliti menggunakan kamera
tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak
dikatahui oleh orang yang diamati (subjek).peneliti bisa
mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-
temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.

Anda mungkin juga menyukai