PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
VI - 1
Dikdas), yang menjadi prioritas utama pemerintah di bidang
pendidikan.
VI - 2
atau bahkan tidak lulus SD. Dari Human Developmen Report 2001
yang diterbitkan oleh United Nation Development Programme
(UNDP), indek pengembangan sumber daya manusia (Human
Development Index) Indonesia berada pada peringkat 102 dari 162
negara yang diukur. Hasil kajian The Third International
Mathematics and Science Study 1999 (TIMMS) menunjukkan,
kemampuan siswa kelas dua SLTP dalam bidang IPA dan matematika
berada pada peringkat 32 dan 34 dari 38 negara yang dikaji. Kemudian
dari data yang dipaparkan oleh Asia Week, pada jenjang pendidikan
tinggi di kawasan Asia, diantara 77 perguruan tinggi yang disurvey,
empat perguruan tinggi terbaik di Indonesia menempati peringkat ke-
61, ke-68, ke-73, dan ke-75.
VI - 3
pelajaran pokok, standar pelayanan pendidikan, menjaga keadilan dan
keseimbangan dalam penyediaan pelayanan antar daerah, serta
bertindak sesuai batas kewenangan yang digariskan.
Pada tahun 2000 dan awal tahun 2001 konflik dan kerusuhan
sosial di beberapa daerah, meskipun sudah mulai terkendali, namun
belum sepenuhnya dapat diatasi dan dituntaskan. Dampak kerusuhan
sosial dan bencana alam di beberapa daerah terhadap penyelenggaraan
pendidikan memerlukan penanganan khusus yang sifatnya darurat
terutama berkaitan dengan penyediaan layanan pendidikan bagi anak-
anak pengungsi, dan rehabilitasi sekolah-sekolah yang mengalami
kerusakan berat.
VI - 4
Tahun dengan lebih cepat, penataan kelembagaan dan manajemen
pendidikan di era otonomi daerah, adanya komitmen anggaran
pendidikan pemerintah/pemerintah daerah yang lebih besar, serta
terwujudnya partisipasi masyarakat yang lebih luas (tidak hanya dalam
penyelenggaraan pendidikan swasta, namun juga ikut menentukan
arah/kebijakan dan pembiayaan pendidikan), maka sangat dirasakan
bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional perlu dikaji kembali dan dilakukan perbaikan.
VI - 5
dengan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan penguasaan,
pengembangan dan penerapan iptek di daerah serta membantu
mengembangkan ekonomi daerah masih perlu ditingkatkan.
VI - 6
memperluas akses memasuki SLTP-MTs di setiap propinsi (melalui
pembangunan ruang kelas baru, unit sekolah baru, melaksanakan
pendidikan SLTP-MTs terbuka, melaksanakan pendidikan SLTP
kecil), dan memperluas penyelenggaraan Paket Kejar A dan Paket
Kejar B; (7) Usaha untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih
demokratis dan bermakna juga diwujudkan dengan melakukan
evaluasi dan peninjauan terhadap sistem perundangan dan peraturan di
bidang pendidikan, utamanya peninjauan dan evaluasi terhadap
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Usaha tersebut dilakukan oleh Komite Reformasi
Pendidikan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional; (8) Dalam upaya peningkatan penelitian, kapasitas dan
kemampuan sumber daya iptek, serta kemandirian dan keunggulan
iptek, langkah-langkah kebijakan yang ditempuh adalah
meningkatkan mutu hasil penelitian dan pengembangan dan
menyesuaikan dengan kebutuhan pembangunan, meningkatkan
kualitas sumber daya iptek, termasuk SDM dan lembaga, pranata
kelembagaan serta prasarana berupa pola pembiayaan, insentif fiskal
dan peraturan yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nasional.
VI - 7
JPS bagi sekitar 1,8 juta siswa SD-MI. Upaya ini telah berhasil
meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) dari 111,99 persen
menjadi 112,57 persen. APK SD-MI direncanakan akan meningkat
lagi pada tahun 2001/02 yaitu 113,07 persen (Tabel VI-1).
VI - 8
Peningkatan mutu SLTP juga dilakukan dengan
meningkatkan sarana dan peralatan pendidikan. Selama dua tahun ini
telah diperbaiki 310 unit gedung SLTP. Di samping itu, telah
diadakan tambahan peralatan pendidikan yang terdiri atas alat
pendidikan SLTP 5.844 set dan pengadaan alat laboratorium IPA
2.387 unit.
VI - 9
pemberian beasiswa dan Dana Bantuan Operasional (DBO); (3)
bantuan untuk sekolah penampungan pengungsi bagi 168 SD/MI
dengan 6.709 siswa, 103 SLTP/MTs dengan 3.301 siswa; (4) bantuan
bencana alam dan kerusuhan; dan (5) bantuan untuk daerah miskin
(Aceh Tenggara), berupa beasiswa bagi 307 siswa dan untuk 30
sekolah.
VI - 10
Seiring dengan perluasan kesempatan belajar, mutu
pendidikan SMU juga ditingkatkan dengan melakukan pembangunan
19 ruang perpustakaan dan 180 ruang lanboratorium IPA, penambahan
peralatan pendidikan yang mencakup alat peraga matematika 61
perangkat, dan komputer 236 unit, pengadaan buku pelajaran pokok
sekitar 1,9 juta eksemplar, buku perpustakaan 350 ribu eksemplar,
buku agama 305 ribu, dan buku ajar sastra 655 juta eksemplar serta
sekitar 1 juta buku biologi I dan Fisika I. Selain itu, dalam rangka
peningkatan mutu guru dilakukan pendidikan dan pelatihan teknis
fungsional dan mutu pelajaran sekolah untuk sekitar 11.300 ribu
orang.
VI - 11
Salah satu indikator untuk mengetahui mutu pendidikan
adalah dari hasil evaluasi belajar. Evaluasi belajar tahap akhir nasional
tahun 2000/2001, dengan keputusan bersama Mendiknas, Menag, dan
Mendagri dan Otoda dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2001
dengan menyempurnakan pelaksanaannya.
VI - 12
Pada jenjang pendidikan tinggi juga diberikan beasiswa yang
bertujuan selain untuk mempercepat tingkat kelulusan, juga untuk
mencegah terjadinya putus kuliah (drop out). Beasiswa diberikan
kepada lebih dari 194 ribu mahasiswa. Selain itu guna menjaga tetap
berlangsungnya proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat telah dialokasikan anggaran untuk membiayai kegiatan
operasional pendidikan di semua perguruan tinggi, termasuk
politeknik dan bagi perguruan tinggi swasta melalui Kopertis secara
terseleksi. Upaya peningkatan daya tampung juga terus dilakukan
dengan pembangunan dan rehabilitasi gedung/ruang kuliah.
VI - 13
menjadi 6.129 judul pada tahun 2001/02. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan baik perguruan tinggi negeri maupun swasta telah
dilaksanakan akreditasi secara bertahap bagi berbagai program studi
oleh Badan Akreditasi Nasional.
VI - 14
khusus, post audit, dan pemeriksaan perhitungan anggaran, inspeksi
mendadak, dan menindaklanjuti temuan BPK/BPKP dan pengawasan
masyarakat, serta pengawasan pelaksanaan wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun.
VI - 15
(RUK), serta pengembangan dan pelaksanaan riset unggulan
kemanusiaan dan kemasyarakatan (RUKK) dan riset unggulan
strategis nasional (RUSNAS) terus disempurnakan. Program riset
unggulan ini diikuti oleh peneliti dari berbagai kalangan baik dari
lemlitbang pemerintah dan swasta, perguruan tinggi maupun
kalangan industri. Pelaksanaan riset unggulan terpadu sampai
dengan tahun 2001 sudah mencapai tahap ke-8 (delapan).
VI - 16
7. Program Kemandirian dan Keunggulan Iptek
VI - 17
C. Tindak Lanjut yang Diperlukan
VI - 18
Kabupaten/Kota: (a) mengembangkan manajemen berbasis
sekolah/masyarakat dengan membentuk Dewan Sekolah/Dewan
Pendidikan serta membentuk/ memperkuat Komite Sekolah secara
demokratis, transparan dan partisipatif (b) meningkatkan
pengawasan dan akuntabilitas kinerja sekolah dan lembaga
pendidikan di daerahnya (c) meningkatkan efisiensi pendidikan
khususnya pada sekolah dasar dengan melanjutkan upaya
penggabungan sekolah dasar terutama sekolah dasar yang sudah
kekurangan murid sehingga dicapai efisiensi distribusi guru serta
sarana dan prasarana pendidikan (d) serta kegiatan lainnya yang
dirasakan perlu untuk dilakukan diluar wewenang Pusat dan
Propinsi.
VI - 19
beasiswa untuk menarik anak usia jenjang pendidikan dasar yang
masih berada di luar sistem sekolah akibat faktor kemiskinan, (e)
melanjutkan pemberian pemberian dana imbal swadaya bagi
sekolah-sekolah negeri dan swasta agar mampu berkembang dan
mandiri, (f) serta kegiatan lainnya yang dirasakan perlu untuk
dilakukan diluar wewenang Pusat dan Propinsi.
VI - 20
Kegiatan pokok program Pendidikan Menengah pada tahun
2002 adalah: (1) memantapkan manajemen pendidikan terutama
dalam pemantapan desentralisasi pendidikan dan dapat
diwujudkannya manajemen pendidikan yang demokratis,
transparan, efektif, efisien, terakunkan (accountable) dan
partisipatif; (2) meningkatkan daya tampung pendidikan menengah
khususnya untuk mengantisipasi luapan lulusan SLTP-MTs sebagai
hasil percepatan dari program Wajar Dikdas sembilan tahun; (3)
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah.
VI - 21
Kabupaten/Kota: (a) menambah unit sekolah baru (USB) dan ruang
kelas baru (RKB) secara selektif dan bijaksana, khususnya di daerah
dengan jumlah penduduk usia pendidikan menengah banyak yang
belum tertampung di sekolah, (b) menyelenggarakan pendidikan
alternatif bagi anak-anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan
pada lembaga pendidikan reguler, masyarakat miskin, masyarakat
berpindah-pindah, anak jalanan, masyarakat suku terasing/terpencil,
dan masyarakat di daerah bermasalah, dan pengungsi, (c)
melanjutkan program beasiswa bagi anak-anak dari keluarga tidak
mampu termasuk upaya beasiswa untuk menarik anak usia jenjang
pendidikan menengah yang masih berada di luar sistem sekolah
akibat faktor kemiskinan, (d) memberikan dana imbal swadaya bagi
sekolah-sekolah negeri dan swasta agar berkembang dan mandiri,
(e) serta kegiatan lainnya yang dirasakan perlu untuk dilakukan
diluar wewenang Pusat dan Propinsi.
VI - 22
setempat, (e) meningkatkan mutu dan kualifikasi guru, dengan
melalui rekruitmen sesuai standar serta mengirim guru ke pelatihan
untuk mencapai standard minimal, (f) menyempurnakan kurikulum
muatan lokal sesuai kebutuhan daerah setempat, (g) meningkatkan
pendidikan moral, iman dan taqwa, budi pekerti, sastra, dan
pendidikan lingkungan sesuai dengan kondisi setempat, (h) serta
kegiatan lainnya yang dirasakan perlu untuk dilakukan diluar
wewenang Pusat dan Propinsi.
VI - 23
Perguruan Tinggi: (a) mewujudkan manajemen pengelolaan
perguruan tinggi yang efektif, efisien, transparan, dan terakunkan
(accountable); (b) meningkatkan kemampuan evaluasi diri untuk
meningkatkan kualitas perencanaan pengembangan; (c) melakukan
kerja sama dengan industri, kerja sama antar perguruan tinggi dalam
negeri maupun luar negeri untuk optimalisasi sumber daya.
VI - 24
di wilayah kedudukan perguruan tinggi; (j) meningkatkan kerja
sama antara perguruan tinggi dengan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pengembangan
perguruan tinggi; (k) meningkatkan mutu dan hasil penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna untuk kemanfaatan
masyarakat, (l) meningkatkan pemanfaatan sumber daya sarana
prasarana yang menunjang penyelengaraan pendidikan, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat; (m) meningkatkan upaya
penggalian sumber daya pendidikan dari masyarakat dan dunia
usaha.
VI - 25
4. Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
VI - 26
penyusunan standar pelayanan minimal (SPM) berdasarkan
pedoman yang diterbitkan pemerintah, (b) melaksanakan penilaian
hasil belajar, (c) melaksanakan pelatihan bagi tenaga-tenaga
fungsional yang mendukung program belajar mengajar PLS, (d)
memenuhi kebutuhan bahan belajar pokok, (e) melaksanakan
kegiatan pengembangan kegiatan belajar dalam rangka
pengembangan uji coba model penyelenggaran PLS di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), (f) melakukan pembinaan
terhadap unit pelaksana teknis (UPT) PLS seperti BPKB, sanggar
kegiatan belajar (SKB), termasuk Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (g)
melaksanakan koordinasi kegiatan dan pelaporan terhadap UPT
tersebut, (h) melaksanakan pemantauan dan pemberian bantuan
teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan belajar
mengajar PLS.
VI - 27
untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
PKBM; (i) melaksanakan peningkatan peran dan fungsi TBM dan
menggairahkan masyarakat untuk membudayakan membaca; (j)
melanjutkan kegiatan pengembangan pendidikan anak dini usia
(PADU)/early child development sebagai upaya mempersiapkan
anak dini usia (0–6 tahun) dalam masa transisi untuk memasuki ke
usia sekolah dasar (WAJAR) serta realisasi komitmen pendidikan
untuk semua (education for all) dengan kegiatan pelayanan
pendidikan, kesehatan dan gizi secara holistik dan integratif.
VI - 28
Kegiatan pokok program ini adalah: (1) Pengembangan
hasil penelitian dan pengembangan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan masyarakat (public services); (2) Pengembangan kajian-
kajian sosial, ekonomi, hukum, politik, dan budaya, sebagai
masukan bagi kebijakan pemerintah; (3) Pengembangan riset
unggulan dan program unggulan lembaga penelitian dan
pengembangan, melalui : revitalisasi riset-riset unggulan,
pemfokusan program-program unggulan lembaga-lembaga
penelitian dan pengembangan, penyempurnaan mekanisme
kompetisi riset, serta penataan kompetensi inti (core competence)
lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan, dari segi sumber
daya manusia dan sarana / prasarana penunjang; (4) Pengembangan
kerja sama penelitian internasional; (5) Pengembangan dan
pemantapan pusat-pusat unggulan di berbagai lembaga universitas
dan riset, melalui pemetaan sarana dan prasarana litbang diikuti
pengkajian pemanfaatan atas sarana dan prasarana tersebut; (6)
Penyempurnaan dan pengembangan kebijakan melalui
pembentukan tim-tim kerja kebijakan iptek di bidang E-
commerce/Digital Divide, HaKI, sistem insentif, sistem kerja sama
riset, pelibatan organisasi profesi ilmiah/ lembaga masyarakat
lainnya dalam advokasi iptek, pranata iptek di daerah, dan lain-lain;
serta (7) Penelitian dan pengembangan untuk mendukung tugas dan
fungsi kelembagaan LPND/Departemen.
VI - 29