Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

MEMAHAMI GANGGUAN AFEKTIF

Di seluruh dunia, depresi dan gangguan bipolar menyerang jutaan pria dan wanita.
Bagaimana mereka dapat dibantu?

Pikiran yang tersiksa

Nicole telah mengalami periode-periode suasana hati yang suram sejak ia berusia 14
tahun. Tetapi, pada usia 16 tahun, ia mulai mengalami sesuatu yang baru—keadaan euforia yang
mengejutkan dan energi yang luar biasa tinggi. Gagasan yang berseliweran menyerbu benaknya,
ucapan yang terbata-bata, dan kekurangan tidur disertai kecurigaan tak berdasar bahwa teman-
temannya sedang memanfaatkan dia. Lantas, Nicole menyatakan bahwa ia dapat mengubah
warna benda-banda sesuai dengan keinginnanya. Pada saat itulah, ibu Nicole sadar bahwa
bantuan medis dibutuhkan, maka ia membawa Nicole ke rumah sakit. Setelah dengan cermat
memonitor suasana hati Nicole yang berubah-ubah, para dokter akhirnya mencapai sebuah
diagnosis: Nicole mengidap gangguan bipolar.

Seperti Nicole, jutaan orang di seluruh dunia menderita gangguan afektif—apakah


gangguan bipolar atau suatu bentuk depresi klinis. Dampak penyakit-penyakit ini dapat
menghancurkan. "Selama bertahun-tahun saya sangat menderita," kata seorang pasien bipolar
bernama steven. "Saya mengalami depresi yang mengerikan dan kemudian euforia yang
berlebihan. Terapi dan pengobatan membantu, tetapi saya masih harus berjuang keras."

Apa penyebab gangguan afektif? Seperti apa rasanya diserang depresi atau gangguan
bipolar? Bagaimana para penderita—dan orang-orang yang merawat mereka—dapat menerima
dukungan yang dibutuhkan?

1
Hidup dengan gangguan afektif

Sungguh mengkhawatirkan, gangguan afektif ternyata sangat umum. Misalnya,


diperkirakan bahwa lebih dari 330 juta orang di seluruh dunia menderita depresi serius, suatu
kondisi yang dicirikan oleh kesedihan yang luar biasa dan hilangnya kesenangan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Diperkirakan bahwa 20 tahun lagi, depresi akan berada cuma
setingkat dibawah penyakit kardiovaskular. Tidak heran, ada yang menyebutnya "salesmanya
penyakit mental".

Dalam tahun-tahun belakangan ini, gangguan bipolar telah mendapat lebih banyak
perhatian publik. Gejala penyakit ini mencakup perubahan suasana hati yang parah, yang bolak-
balik antara depresi dan mania.2 "Selama fase depresi," kata sebuah buku yang baru diterbitkan
oleh Ikatan Dokter Amerika, "Anda mungkin dihantui oleh gagasan untuk bunuh diri. Selama
fase mania penyakit Anda, penilaian Anda yang baik mungkin lenyap dan Anda mungkin tidak
bisa melihat bahayanya tindakan Anda."

Gangguan bipolar mungkin mempengaruhi 2 persen penduduk Amerika Serikat, yang


berarti ada jutaan penderita di negeri itu saja. Namun, angka saja tidak dapat melukiskan betapa
tersiksanya hidup dengan gangguan afektif.

Depresi—Kesedihan yang Luar Biasa

Kebanyakan dari kita tahu seperti apa rasanya sewaktu dilanda kesedihan. Pada waktunya
—mungkin hanya dalam beberapa jam atau hari—perasaan tersebut surut. Namun, depresi klinis
jauh lebih serius. Dengan cara bagaimana? "Bagi kita yang tidak depresi, kita tahu bahwa turun
naiknya emosi kita akhirnya akan selesai," jelas Dr. Mitch Golant, "tetapi orang yang depresi
mengalami perasaan yang turun naik dan terus berubah-ubah seolah-olah ia berada dalam suatu
kereta api yang tak terkendali tanpa tahu bagaimana atau kapan—atau bahkan apakah—ia dapat
turun dari kereta itu."

2
Ada banyak bentuk depresi klinis. Misalnya, beberapa orang mengidap apa yang disebut
gangguan afektif musiman (seasonal affective disorder, atau SAD), yang muncul pada suatu
periode tertentu dalam setahun—biasanya pada musim dingin.

Apa penyebab depresi klinis?

Jawabanya tidak jelas. Sementara dalam beberapa kasus tampaknya ada kaitan dengan
gen, dalam kebanyakan kasus, pengalaman hidup tampaknya memainkan peranan yang penting.
Hasil diagnosis juga memperlihatkan bahwa wanita dua kali lebih banyak menderita penyakit ini
ketimbang pria. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa pria tidak terpengaruh. Sebaliknya,
diperkirakan bahwa antara 5 dan 12 persen pria akan mengalami depresi klinis pada titik tertentu
dalam kehidupanya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Afektif

Merupakan gangguan pada afeksi (emosi) atau mood (suasana hati) seseorang. Dan
penderita dapat mengalami depresi atau manik (kegirangan yang tidak wajar) atau dapat
bergantian antara manik dan depresif (Atkinson dkk, 1992).

Mood adalah pengalaman emosional individu yang bersifat menyebar, kondisi perasaan
yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah
hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang
dengan Gangguan Mood (Mood Disorder) mengalami gangguan mood yang sangat parah atau
berlangsung sangat lama dan mengganggu kemamapuan mereka untuk berfungsi dalam
memenuhi tanggung jawab secara normal.

Sejumlah orang mengalami depresi berat bahkan ketika semua hal tampak berjalan
lancar, atau saat mereka menghadapi peristiwa yang sedikit membuat kesal yang dapat diterima
dengan mudah oleh orang lain. Sebagian lainnya mengalami perubahan Mood yang ekstrem.
Mereka bagaikan menaiki Roller Coaster emosional dengan ketinggian yang membuat pusing
dan turunan yang bukan kepalang ketika dunia di sekitar mereka tetap stabil.

B. Tipe-tipe Gangguan Afektif

Berikut ini merupakan tipe-tipe gangguan afektif, antara lain:

1. Gangguan-gangguan Depresi 2. Gangguan-gangguan Perubahan


(Unipolar) Mood (bipolar)
a. Gangguan Depresi Mayor a. Gangguan Bipolar
b. Gangguan Distimik i. Gangguan Bipolar I
ii. Gangguan Bipolar II
b. Gangguan Siklotimik

4
B.1. Gangguan-gangguan Depresi (unipolar)

Gangguan depresi disebut gangguan unipolar atau satu arah karena mengarahkan
mood/kondisi perasaan kepada satu arah, yaitu kutub emosional bagian bawah.

Penyebab depresi adalah kegagalan di sekolah, di tempat kerja, atau kegagalan dalam hal
cinta.Dan depresi dianggap abnormal ketika depresi tersebut di luar kewajaran dan berlanjut
sampai saat di mana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Atkinson dkk,1992).

Depresi pada orang normal seperti keadaan murung (kesedihan,patah hati, dan patah
semangat) ditandai dengan tidak puas, menurunnya aktivitas, dan pesimisme. Sedangkan depresi
abnormal seperti ketidakmauan yang ekstrim untuk merespon stimulus dan disertai menurunnya
nilai diri, ketidakmampuan, delusi, dan putus asa. (Chaplin,1995).

Dan penderita depresi tidak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu kegiatan
ataua memusatkan perhatiannnya.dan ekstrimnya penderita dapat disertai adanya kecemasan dan
bisa mencoba bunuh diri. (Atkison dkk,1992).

Gangguan depresi memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut :

a. Perubahan pada kondisi emosiaonal


i. Perubahan pada mood (periode terus menerus dari perasaan terpuruk,depresi,
sedih atau muram)
ii. Meningkatnya iritabilitas (Mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan
kesabaran.
b. Perubahan dalam motivasi
i. Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di
pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
ii. Menurunya minat pada aktifitas sosial dan partisipasi social
iii. Menurunnya minat seks
iv. Gagal dalam berespon pada pujian atau reward

5
c. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
i. Bergerak atau berbicara lebih perlahan dari biasanya
ii. Perubahan pada kebiasaan tidur
iii. Perubahan pada selera makan
iv. Perubahan pada berat badan
v. Berfungsi secara kurang efektif dari biasanya di tempat kerja atau sekolah.
d. Perubahan kognitif
i. Kesulitan berfikir atau berkonsentrasi
ii. Berpikir negatif mengenai diri sendiri atau masa depan
iii. Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu.
iv. Kurangnya self esteem
v. Berpikir tentang kematian atau bunuh diri

Bagi sebagian besar dari kita, perubahan Mood berlalu dengan cepat dan tidak cukup
parah, sehingga tidak mempengaruhi gaya hidup atau kemampuan kita untuk berfungsi dengan
normal. Namun bagi orang-orang dengan Gangguan Mood, perubahan Mood yang terjadi lebih
parah atau lebih lama dan mempengaruhi fungsi sehari-hari.

Gangguan-gangguan depresi atau unipolar dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Gangguan Depresi Mayor


2. Gangguan Distimik

B.1.1. Gangguan Depresi Mayor

Diagnosis dari gangguan ini didasarkan pada munculnya satu atau lebih episode Depresi
Mayor tanpa adanya riwayat episode Manik atau Hipomanik. Dalam episode Depresi Mayor,
orang tersebut mengalami salah satu diantara Mood Depresi (merasa sedih, putus asa, atau
terpuruk) atau kehilangan minat/rasa senang dalam semua atau berbagai aktivitas untuk periode
waktu paling sedikit 2 minggu (APA, 2000).

Banyak orang tampaknya tidak memahami bahwa orang yang secara kklinis mengidap
Depresi tidak dapat dengan mudah menghilangkannya dalam sekejap. Sikap ini dapat

6
menjelaskan mengapa, terlepas dari tersedianya penanganan yang aman dan efektif, kebanyakan
orang yang secara klinis mengidap Depesi tetap tidak terdiagnosis dan tidak tertangani atau gagal
mendapatkan penaganan yang tepat.(Gilbert, 1997a; Hirschfeld dkk., 1997). Banyak orang
dengan Depresi yang tidak tertangani percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalahnya
sendiri (Blumental & Endicott, 1997)

Deprsi Mayor, dapat disertai dengan ciri Psikosis, seperti Delusi bahwa tubuhnya
digerogoti penyakit (Coryell dkk., 1996). Orang dengan Depresi berat juga dapat mengalami
halusinasi, seperti “mendengar” suara-suara orang lain, atau iblis, yang mengutuk mereka atas
kesalahan yang dipersepsikan.

B.1.1.1 Ciri-ciri Gangguan Depresi Mayor

Suatu episode Depresi Mayor ditandai dengan munculnya lima atau lebih ciri-ciri atau
symptom-symptom di bawah ini selama suatu periode 2 minggu, yang mencerminkan suatu
perubahan dari fungsi sebelumnya.

1. Mood yang depresi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari. Dapat
berupa mood yang tersinggung pada anak-anak atau remaja.
2. Penurunan kesenangan atau minat secara drastic dalam semua atau hampir
semua aktifitas, hampir setiap hari dan hampir sepanjang hari.
3. Penambahan berat badan yang signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam
sebulan), tanpa upaya apapun untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau
penurunan dalam selera makan.
4. Setiap hari atau hampir setiap hari, mengalami insomnia atau hipersomnia
5. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan hampir setiap hari.
6. Perasaan lelah atau kehilangan energy hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang
berlebihan atau tidak tepat hampi setiap hari.
8. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau
membuat keputusan hampir setiap hari.
9. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri tanpa suatu
rencana yang spesifik, atau munculnya suatu percobaan bunuh diri.

7
B.1.1.2 Jenis-jenis Gangguan Depresi Mayor

Ada beberapa sub-jenis Depresi Mayor, antara lain:

B.1.1.2.1 Gangguan depresi mayor subakut

Dengan cirri-ciri: semangat hidup menghilang,aktivitas mental maupun fisik menjadi


lamban,dibutuhkan usaha keras untuk melaksanakan pekerjaan.diliputi perasaan tidak
berharga,gagal,berdosa,dan bersalah,kehilangan selera makan,sehingga berat badan menurun dan
terserang ganguuan pencernaan, berbicara drngan suara monoton dan hemat dalam berkata-kata,
senang duduk sendiri dan mengenang masa lalu,lelah, sembelit dan susah tidur.

B.1.1.2.2 Gangguan depresi mayor akut

Dengan ciri-ciri:berangsur-angsur menjadi tidak aktif, cenderung mengisolasi diri,tidak


mau berbicara,dan sangat lambat memberikan respon, merasa bersalah dan tidak berharga,
gelisah, mondar-mandir dan meremas-remas tangan, merasa bertanggungjawab terhadap masalah
atau musibah yang terjadi dalam masyarakat, putus asa,kadang-kadang di sertai halusinasi.

B.1.1.2.3 Tupor depresi atau Multisme

Yakni keadaan diam mematung dengan cirri-ciri lain: sama sekali tidak responsive dan
tidak aktif,tidak bisa turun dari tempat tidur dan sama sekali acuh tak acuh terhadap sesuatu yang
berlangsung di sekitarnya, harus di tolong jika ingin buang besar,mengalami halusinasi dan
delusi.

B.1.1.3. Contoh Kasus Depresi Mayor

”Seorang pegawai Administrasi perempuan, berusia 38 tahun, telah menderita depresi


singkat yang muncul berulang kali sejak ia berusia 13 tahun. Terakhir, ia merasa terganggu oleh
serangan menangis di tempat kerjanya, terkadang muncul secara sangat tiba-tiba sehingga ia
tidak punya cukup waktu untuk lari ke toilet wanita demi menyembunyikan tangisannya dari
orang lain. Ia mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat bekerja dan merasa kurang
mendapat kepuasan dari pekerjaan yang sebelumnya saat ia nikmati. Ia menyimpan perasaan
pesimistis dan rasa marah yang parah, yang akhir-akhir ini telah menjadi semakin parah karena
berat badannya bertambah dan ia mengabaikan perawatan terhadap diabetes yang diidapnya. Ia

8
merasa bersalah terhadap kemungkinan bahwa ia sedang membunuh dirinya sendiri secara
perlahan-lahan dengan tidak menjaga kesehatannya secara lebih baik. Ia terkadang merasa pantas
untuk mati. Ia merasa terganggu oleh rasa kantuk yang berlebihan selama satu setengah tahun
terakhir ini, dan surat izin mengemudinya ditahan karena kecelakaan bulan kemarin dimana ia
tertidur saat menyetir, yang menyebabkan mobilnya menabrak kotak telepon umum. Hampir tiap
pagi ia bangun dengan rasa pusing dan tidak bersemangat, serta mengalami kantuk sepanjang
hari. Ia tidak pernah mempunyai pacar tetap , dan hidup tentram dengan ibunya, tanpa adanya
teman dekat di luar keluarganya. Selama wawancara, ia berulang kali menangis dan menjawab
pertanyaan dengan nada suara yang lambat, sambil terus menerus melihat ke bawah.”

– diadaptasi dari Spitzer dkk., 1989, hal 59-62- (Psikologi Abnormal jilid I,
Nevid,Ratus,Greene)

B.1.2 Gangguan Distimik (Dysthymic Disorder)

Gangguan Distimik (Dysthymic Disorder), atau Distimia (dysthimia), yang diambil dari
akar bahasa Yunani dys-, yang berarti “buruk” atau “sulit” dan thymos, berarti “spirit”.

Gangguan Distimik adalah Depresi ringan (tapi kemungkinan dapat menyulitkan anak-
anak atau remaja) yang terjadi pada suatu rentang waktu. Dan pada orang dewasa biasanya
terjadi dalam beberapa tahun. Gangguan Distimik merupakan gangguan suasana perasaan atau
Depresi menetap yang berlangsung selama paling tidak 2 tahun, selama itu pasien tidak pernah
terbebas dari gejalanya dari 2 bulan berturut-turut disetiap episodenya. Gangguan Distimik
berbeda dari episode Depresi berat mayor dari tingkat keparahan, kekronisan, dan jumlah
gejalanya yang lebih ringan dan lebih sedikit tetapi berlangsung lebih lama.

B.1.2.1 Ciri-ciri Diagnostik dari Gangguan Distimik

1. Perasaan Depresi selama beberapa 2 hari, paling sedikit selama 2 tahun (atau 1 tahun pada
anak-anak dan remaja)

9
2. Selama Depresi, muncul rasa tidak nafsu makan atau makan-berlebihan, insomnia atau
hipersomia, lemah atau keletihan, self-esteem (rasa harga diri) rendah, daya konsentrasi
rendah,atau sulit membuat keputusan, perasaan putus asa.

3. Selama 2 tahun atau lebih mengalami gangguan, orang itu tanpa gejala-gejala selama 2 bulan.

4. Tidak ada episode Depresi berat selama periode ini.

5. Tidak ada episode Manik yang terjadi, dan kriteria gangguan Siklotimia tidak ditemukan juga.

6. Gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh efek psikologis langsung dari kondisi obat atau medis.

7. Signifikasi klinis distress (hendaya: hambatan) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.

B.1.2.2 Contoh Kasus

“Ada sebuah wanita, dia adalah seorang eksekutif junior yaang berusia 28
tahun,mengeluhkan perasaan depresi yang kronis sejak usia 16 tahun,meskipun ia berhasil
dengan baik di perguruan tinggi, ia selalu memikirkan betapa “benar-benar cerdasnya” orang
lain.Ia merasa tidak pernah bisa mendambakan seorang pria yang ia inginkan untuk berkencan
karena ia merasa rendah dan lemah.meskipun ia telah mendapatkan terapi yang extensive semasa
kuliah di program S1 nya dan pasca sarjananya,ia tidak pernah dapat mengingat suatu masa di
tahun-tahun tersebut.Dimana ia tidak merasa sedikit pun tertekan.Ia menikah tidak lama setelah
wisuda S1 dengan pria yang ia kencani pada saat itu,meski ia tidak merasa bahwa pria itu
special.Ia hanya merasa butuh untuk mempunyai suami yang dapat menemaninya tidur di saat ia
butuhkan dan pria itu bersedia untuk menemaninya.

Namun mereka selalu bertengkar dan akhir-akhir ini ia (si istri) mulai merasa bahwa
menikahi pria itu adalah suatu kesalahan yang sangat fatal.Ia mendapatkan kesulitan di
pekerjaannya, menghasilkan pekerjaan yang serampangan dan tidak pernah melakukuan lebih
dari apa yang secara mendasar di harapkan darinya serta menunjukkkan kurangnya
inisiatif.Meskipun ia memimpikan mendapat status dan uang, ia tidak berharap bahwa ia atau
suaminya akan mengalami peningkatan dalam profesi mereka masing-masing karena mereka
kurang memiliki “koneksi”.

10
Kehidupan sosial mereka di dominasi oleh teman-teman dari suaminya dan pasangan
mereka saat ia tidak merasa bahwa wanita-wanita lain akan mengganggapkan menarik atau
inpresif.ia kurang berminat terhadap hidup secara umum dan menunujukkan ketidakpuasan pada
semua aspek kehidupannya, pernikahannya, pekerjaannya, dan kehidupan sosialnya”.

B.2. Gangguan-gangguan Perubahan Mood (Gangguan Bipolar)

Gangguan Bipolar yang berarti dua arah merupakan gangguan yang melibatkan
perubahan Mood, gangguan ini melibatkan ekses, baik depresi yang parah maupun rasa girang
ekstrem, dan hal ini tanpa adanya penyebab eksernal, biasanya dalam pola yang saling
bergantian.

Gangguan-gangguan Perubahan Mood (Gangguan Bipolar) dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Gangguan Bipolar
i. Gangguan Bipolar I
ii. Gangguan Bipolar II
b. Gangguan Siklotimik

B.2.1 Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan yang disertai satu atau lebih episode Manik atau
Hipomanik (episode mood yang melambung dan hiperaktivitas, dimana penilaian dan tingkah
laku mengalami hendaya). Episode manik atau hipomanik sering digantikan dengan episode
depresi mayor dengan jeda periode Mood yang normal. Bipolar ditandai dengan ujung yang
saling berlawanan dari suatu dimensi atau kontinum, seperti dalam gangguan bipolar.

Gangguan bipolar juga dapat dikatakan sebagai suatu gangguan yang ditandai dengan
perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Episode manik adalah
suatu periode peningkatan euforia yang tidak realistis, sangat gelisah, dan aktivitas yang
berlebihan, yang ditandai dengan perilaku yang tidak terorganisasi dan hendaya dalam penilaian.
Gangguan bipolar biasanya berkembang di sekitar usia 20 tahun baik pada pria maupun wanita.
Dan hanya sekitar 1 dari 3 orang dengan gangguan bipolar yang mendapatkan penanganan

11
(Goleman, 1994c). Sayangnya, sekitar 1 dari 5 orang yang tidak mendapat penanganan kemudian
melakukan bunuh diri (Hilts, 1994).

B.2.1.1 Ciri-ciri Gangguan Bipolar

Orang dengan gangguan Bipolar (bipolar disorder) bagaikan mengendarai suatu roller
coaster emosional, berayun dari satu ketinggian rasa girang ke kedalaman depresi tanpa adanya
penyebab eksternal. Episode pertama dapat berupa Manik atau Depresi. Episode Manik, biasanya
bertahan beberapa minggu hingga beberapa bulan, umumnya lebih singkat durasinya dan
berakhir secara lebih tiba-tiba daripada episode Depresi Mayor. Sejumlah orang dengan
gangguan Bpolar yang muncul berulang berusaha untuk bunuh diri “pada saat bergerak turun”
dari fase Maniknya. Mereka melaporkan bahwa mereka akan melakukan hampir apa pun juga
untuk lari dari kedalaman Depresi yang mereka tahu akan terjadi.

 Episode Manic

Episode manik (manic episode), atau periode manik, biasanya muncul secara tiba-tiba,
mengumpulkan kekuatan dalam beberapa hari. Selama satu episode manik, orang tersebut
mengalami elevasi atau ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euforia, atau
optimisme yang tidak biasa.

Ciri-ciri orang yang mengalami sebuah episode atau fase manic:

1. Merasa bersemangat dan akan memperolok orang lain seperti dengan memberikan
lelucon yang keterlaluan. Sebagai contoh mereka cenderung memperlihatkan penilaian
yang buruk dan menjadi argumentative.
2. Terkadang bertindak sangat jauh seperti merusak barang-barang.
3. Mereka cenderung berbicara sangat cepat (dengan pembicaraan yang penuh tekanan
[pressured speech]).
4. Pikiran-pikiran dan pembicaraan mereka dapat melompat dari satu topik ke topik lain
(dalam sebuah rapid flight of ideas).
5. Mereka tidak dapat duduk tenang atau tidur nyenyak.

12
6. Mereka hampir selalu menunjukkan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
7. Terkadang mereka tidak tidur selama berhari-hari dan tidak merasa lelah.

Orang yang berada dalam sebuah episode manik umumnya mengalami perasaan self-esteem
yang meningkat yang berkisar mulai dari self-confidence yang ekstrem hingga delusi total akan
kebesaran diri sendiri. Perhatian mereka mudah dialihkan oleh stimulus yang tidak relevan
seperti suara detak jam atau suara orang yang berbicara di ruangan sebelah.

B.2.1.2. Kategori Bipolar

DSM membedakan dua tipe umum dari gangguan Bipolar, yaitu gangguan Bipolar I dan
gangguan bipolar II (APA, 2000).

B.2.1.2.1. Gangguan Bipolar I

Pada gangguan Bipolar I, orang tersebut mengalami paling tidak satu episode manik
secara penuh. Pada banyak kasus, individu mengalami perubahan Mood antara rasa girang dan
depresi dengan diselingi periode antara berupa mood yang normal.

B.2.1.2.2. Gangguan Bipolar II

Gangguan Bipolar II diasosiasikan dengan suatu bentuk Manik yang lebih ringan. Pada
gangguan ini seseorang mengalami satu atau lebih episode-episode depresi mayor dan paling
tidak satu episode Hipomanik. Namun orang tersebut tidak pernah mengalami suatu episode
Manik secara penuh.

Tidak seperti Depresi Mayor, prevalensi gangguan Bipolar I tampak hampir sama pada
pria dan wanita. Namun, pada pria, onset dari gangguan Bipolar I biasanya dimulai dengan suatu
episode Manik, sementara pada wanita, biasanya dimulai dengan suatu episode Depresi Mayor.
Alasan yang mendasari perbedaan gender ini tetap tidak diketahui. Sedangkan gangguan Bipolar
II terlihat lebih umum terjadi pada wanita (APA, 2000).

13
B.2.1.3. Contoh Kasus

Kasus di bawah ini memberikan penjelasan langsung mengenai suatu episode Manik.
Tahap awal didominasi oleh euforia, energi tanpa batas, dan sense of self yang melambung. Bila
maniak menjadi semakin intensif, individu dapat menjadi bingung:

“Saat saya mulai merasa sangat senang, saya tidak lagi merasa seperti ibu rumah tangga
biasa. Saya malah merasa terorganisasi dan terampil dan saya mulai merasa bahwa saya adalah
orang yang paling kreatif. Saya dapat menulis puisi dengan mudah. Saya dapat menggubah
melodi tanpa usaha keras. Saya dapat melukis. Pikiran saya terasa lancar dan dapat menyerap apa
pun. Saya memiliki ide yang tak terhitung mengenai perbaikan kondisi anak yang menderita
keterbelakangan mental, atau tentang bagaimana rumah sakit untuk anak-anak itu seharusnya
dijalankan, apa yang seharusnya ada di sekeliling mereka untuk membuat mereka tetap gembira
dan nyaman serta tidak takut.

Saya melihat diri saya mampu mencapai banyak hal demi kebaikan orang. Saya memiliki
ide yang tak terhitung mengenai bagaiman masalah lingkungan dapat memberikan inspirasi
terhadap perjuangan untuk mendapat kesehatan dan perbaikan hidup bagi semua orang. Saya
merasa mampu mencapai banyak hal demi kebaikan keluarga saya dan orang lain. Saya merasa
senang, suatu perasaan euforia atau kegirangan. Saya ingin hal ini berlangsung selamanya. Saya
sepertinya tidak membutuhkan banyak tidur.

Berat badan saya turun dan terasa sehat dan saya menyukai diri saya sendiri. Bahkan,
saya baru saja membeli 6 gaun baru dan semuanya terlihat bagus bila saya pakai. Saya merasa
seksi dan para pria memperhatikan saya. Mungkin saya akan melakukan satu atau beberapa
perselingkuhan. Saya merasa mampu berbicara dan akan berhasil dalam politik. Saya ingin
menolong orang dengan masalah yang serupa seperti saya sehingga mereka tidak merasa putus
harapan.

Sangat indah bila Anda merasakan hal ini…. Perasaan kegembiraan yang kuat-mood
yang baik-membuat saya merasa ringan dan penuh dengan kenikmatan hidup. Namun, saat
melewati tahap ini, saya menjadi manik, dan kreativitas saya menjadi sangat membesar sehingga
saya mulai melihat hal-hal dalam pikiran saya yang tidak masuk akal. Misalnya, suatu malam
saya menciptakan suatu keseluruhan film, lengkap dengan pemerannya, di mana saya masih

14
berpikir bahwa hal itu menyenangkan. Saya melihat para pemerannya sejelas bila saya menonton
mereka dalam kehidupan nyata. Saya juga mengalami teror yang sangat hebat, seperti benar-
benar terjadi, saat saya tahu bahwa sebuah adegan pembunuhan akan berlangsung. Saya gemetar
ketakutan di bawah selimut dan menjadi benar-benar tak berdaya. Seperti Anda ketahui, saya
menjadi seorang psikosis manik pada saat itu. Teriakan saya membangunkan suami saya, yang
mencoba meyakinkan saya bahwa kami berada di kamar tidur dan segalanya masih tetap sama.
Tidak ada yang perlu ditakutkan. Namun, saya tetap dimasukkan ke rumah sakit keesokan
harinya” (Dari Fieve, 1975, hal.12-18).

B.2.2. Gangguan Siklotimik

Cyclothymia berasal dari akar kata Yunani Kyklos, yang berarti “lingkaran”, dan thymos
(“spirit”). Gangguan siklotimik sendiri merupakan gangguan suasana perasaan kronis (paling
sedikit 2 tahun) yang dicirikan oleh pergantian peningkatan suasana perasaan dan tingkat depresi
yang tidak sampai pada tingkat keparahan seperti episode manic atau depresi berat. Gangguan
siklotimik biasanya bermula pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa dan berlangsung
selama bertahun-tahun.

B.2.2.1. Ciri-ciri Diagnostik Gangguan Siklotimik

Dalam kasus-kasus tipikal, gangguan siklotimik bersifat kronis dan berlangsung seumur
hidup. Di sekitar seppertiga pasien, perubahan suasana perasaan siklotimik berkembang menjadi
gangguan bipolar penuh (Waters, 1979).

Gangguan ini seringkai tidak dapat di kenali, dan penderitanya dianggap gampang
tersinggung, eksplosif, moody, atau hiperaktif (Biederman dan kawan-kawan, 2000a; Goodwin
dan Jamison, 1990)

B.2.2.2. Contoh Kasus

“Laki-laki berusia 29 tahun seorang penjual mobil , melaporkan bahwa sejak usia 14
tahun ia mengalami pergantian periode antara “saat-saat baik” dan “saat-saat buruk”. Selama
periode “buruk” yang biasanya berlangsung antara 4 hingga 7 hari. Ia tidur berlebihan dan

15
merasa kurang percaya diri, energy, dan motivasi, seolah –olah ia “hanya hidup secara pasif.”
Kemudian moodnya secara tiba-tiba berubah ke suatu periode yang berlangsung selama tiga atau
empat hari, biasanya setelah bangun di pagi hari, dan ia merasa penuh dengan kepercayaan diri
serta kemampuan mental yang menajam. Selama masa “periode baik” ini ia terlibat dalam seks
bebas dan penggunaan alcohol, sebagian untuk memperkuat perasaan baiknya dan sebagian
untuk membantunya tidur dimalam hari. Periode-periode “baik” ini sewaktu-waktu dapat
bertahan hingga 7-10 hari, sebelum berubah kembali ke periode-periode “buruk”, yang biasanya
terjadi setelah sebuah ledakan hostilitas atau kemarahan.” (didapat dari Spitzer dkk., 1994, hal
155-157)

C. Dinamika Terjadinya Gangguan Afektif

1. Teori Psikodinamika

a. Dinamika Gangguan Depresi

Teori Psikodinamika Klasik mengenai Depresi dari Freud (1917/1957) dan para pengikutnya
meyakini bahwa depresi mewakili kemarahan yang diarahkan kepada diri sendiri dan bukan
terhadap orang-orang yang dikasihi. Rasa marah dapat diarahkan kepada self setelah mengalami
kehilangan yang sebenarnya atau ancaman kehilangan dari orang-orang yang di anggap penting
ini.

Freud meyakini bahwa berduka (mourning), atau rasa berkabung yang normal adalah proses
yang sehat karena dengan berduka seseorang akhirnya dapat melepaskan dirinya secara
psikologis dari objek kehilangan tersebut. Namun rasa duka yang patologis tidak mendukung
perpisahan yang sehat. Malah hal ini akan memupuk depresi yang tak berkesudahan. Rasa duka
yang patologis cenderung terjadi pada orang yang memiliki persaaan Ambivalent yang kuat
(suatu kombinasi dari perasaan positif/cinta dan negative/marah) terhadap orang/objek yang
sudah pergi.

Freud meneorikan bahwa saat orang merasa kehilangan atau bahkan takut kehilangan, figure
penting dari orang/objek yang kepadanya mereka miliki perasaan ambivalen, perasaan marah

16
tersebut berubah menjadi kemarahan yang ekstrem. Namun kemarahan yang ekstrem tersebut
memicu rasa bersalah yang justru mencegah mereka untuk mengarahkan rasa marah tersebut
kepada orang/objek yang telah pergi.

Untuk mempertahankan hubungan psikologis dengan objek yang hilang, mereka


mengintrojeksikan atau membawa kedalam, suatu representasi mental dari orang/objek tersebut.
Mereka kemudian menyatukan representasi orang/ojek tersebut kedalam self. Sekarang
kemarahan terarah kedalam, kepada representasi tersebut. Hal inimenimbulkan self-hatred
(Kebencian terhadap diri sendiri) yang nantinya akan menimbulkan depresi.

b. Dinamika Gangguan Bipolar

Menurut pandangan Psikodinamika, gangguan bipolar mewakili dominasi yang berubah-


ubah dari kepribadian individu antara ego dan superego. Dalam fase Depresi Super ego adalah
dominan, memproduksi kesadaran yang berlebihan atas kesalahan-kesalahan di masa lalu dan
membanjiri individu dengan perasaan bersalah dan ketidakberhargaan. Setelah beberapa waktu,
eogo muncul dan mengambil alih supremasi, memproduksi perasaan girang dan self-confidence
yang menandai fase Manik. Ekshibisi ego yang berlebihan tersebut, nantinya akan memicu
kembalinya rasa bersalah, sekali lagi menenggelamkan individu ke dalam fase depresi.

2. Teori Humanistik

Menurut Kerangka kerja Humanistik, orang menjadi depresi saat mereka tidak dapat mengisi
keberadaan mereka dengan makna dan tidak dapat membuat pilihan-pilihan autentik yang
menghasilkan self fullfilment. Kemudian dunia dianggap sebagai tempat yang menjemukan.
Pencarian orang akan makna memberikan warna dan arti bagi kehidupan mereka. Perasaan
bersalah dapat timbul saat orang percaya bahwa mereka tidak membangkitkan potensi-potensi
mereka. Psikolog humanistik menantang kita untuk memperhatikan kehidupan kita secara
mendalam. Apakah cukup berharga dan kaya? Ataukah menjemukan dan rutin? Bila jawabannya
yang terakhir, mungkin saja kita telah mencegah tercapainya kebutuhan kita akan self
actualization. Kita dapat menetap dan berlabuh sepanjang hidup. Menetap dapat meningkatkan

17
suatu perasaan suram yang terekpresikan dalam perilaku depresi- kelelahan, mood yang murung
dan menarik diri.

Seperti teoritikus Psikodinamika, teoritikus Humanistik juga berfokus pada hilangnya self-
esteem yang dapat muncul saat orang kehilangan teman atau anggota keluarga, ataupun
mengalami kemunduran atau kehilangan dalam pekerjaan. Kita cenderung menghubungkan
identitas personal dan rasa self-worth kita dengan peran-peran sosial kita sebagai orang tua,
pasangan, pelajar, atau pekerja. Bila identitas peran ini hilang, melalui kematian seorang
pasangan, perginya anak-anak untuk kuliah atau hilangnya suatu pekerjaan, sense of purpose dan
self-worth kita dapat terguncang. Depresi adalah konsekuensi yang sering terjadi dari kehilangan
seperti itu. Terutama jika kita mendasarkan self esteem kita pada peran pekarja atau kesuksesan.
Kehilangan pekerjaan, hilangnya pangkat, atau kegagalan untuk mencapai suatu promosi adalah
pemicu yang biasa dari depresi, terutama bila kita dibesarkan untuk menilai diri kita sendiri
berdasarkan kesuksesan pekerjaan.

18
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan:

Gangguan Afektif merupakan gangguan pada afeksi (emosi) atau mood (suasana hati)
seseorang. Dan penderita dapat mengalami depresi atau manik (kegirangan yang tidak wajar)
atau dapat bergantian antara manik dan depresif (Atkinson dkk, 1992).

Gangguan Efektif dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain:

1. Gangguan-gangguan Depresi (Unipolar)


a. Gangguan Depresi Mayor
b. Gangguan Distimik
2. Gangguan-gangguan Perubahan
Mood (bipolar)
a. Gangguan Bipolar
i. Gangguan Bipolar I
ii. Gangguan Bipolar II
b. Gangguan Siklotimik

Gangguan depresi disebut gangguan unipolar atau satu arah karena mengarahkan
mood/kondisi perasaan kepada satu arah, yaitu kutub emosional bagian bawah.

Depresi pada orang normal seperti keadaan murung (kesedihan,patah hati, dan patah
semangat) ditandai dengan tidak puas, menurunnya aktivitas, dan pesimisme. Sedangkan depresi
abnormal seperti ketidakmauan yang ekstrim untuk merespon stimulus dan disertai menurunnya
nilai diri, ketidakmampuan, delusi, dan putus asa. (Chaplin,1995).

Dan penderita depresi tidak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu kegiatan
ataua memusatkan perhatiannnya.dan ekstrimnya penderita dapat disertai adanya kecemasan dan
bisa mencoba bunuh diri. (Atkison dkk,1992).

19
Gangguan bipolar adalah gangguan yang disertai satu atau lebih episode Manik atau
Hipomanik (episode mood yang melambung dan hiperaktivitas, dimana penilaian dan tingkah
laku mengalami hendaya). Episode manik atau hipomanik sering digantikan dengan episode
depresi mayor dengan jeda periode Mood yang normal. Bipolar ditandai dengan ujung yang
saling berlawanan dari suatu dimensi atau kontinum, seperti dalam gangguan bipolar.

Gangguan bipolar juga dapat dikatakan sebagai suatu gangguan yang ditandai dengan
perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Episode manik adalah
suatu periode peningkatan euforia yang tidak realistis, sangat gelisah, dan aktivitas yang
berlebihan, yang ditandai dengan perilaku yang tidak terorganisasi dan hendaya dalam penilaian.
Gangguan bipolar biasanya berkembang di sekitar usia 20 tahun baik pada pria maupun wanita.
Dan hanya sekitar 1 dari 3 orang dengan gangguan bipolar yang mendapatkan penanganan
(Goleman, 1994c). Sayangnya, sekitar 1 dari 5 orang yang tidak mendapat penanganan kemudian
melakukan bunuh diri (Hilts, 1994).

20

Anda mungkin juga menyukai