Anda di halaman 1dari 2

Rumah Baca Redaksi menerima tulisan dengan tema bébas dan resénsi buku.

Tulisan bisa dalam bahasa Indonésia atau Sunda. Panjang tulisan

Motékar
500-700 kata. Bagi yang tulisannya dimuat akan diberi hadiah buku
satu éksemplar. Tulisan dikirim melalui surat-é ke
kembalikedesa@gmail.com, konfirmasi ke no HP 0852 9446 0931
setelah mengirim.

Resep Maca Jembar Élmu Hirup Rucita Édisi 4, Désémber 2010

Multatuli :
Orang Belanda yang
Benci Penjajahan

A
khirnya saya bisa menjejakkan kaki di tanah Banten
−setelah lama tak kesampaian. Itupun tanpa sengaja
tanpa diduga. Karena satu hal yang mendesak jadilah
saya pergi ke Sérang. Sendirian saja. Tujuannya satu:
mengantarkan amanat lalu mampir ke rumah kawan.
Tapi bukan itu yang ingin saya bagi. Justru yang ingin saya
sampaikan adalah tentang hal yang yang tak terduga lagi! Jumat
pagi kami bertiga (saya dan dua kawan kakak beradik) pergi ke
Rangkasbitung Lebak. Tentang rencana hari itu diputuskan pada
malamnya. Saat berbincang malam hari, ayah kawan saya itu
menyinggung tentang Lebak dan Multatuli!
Lebak dan Multatuli dekat dari sini. Dua kata itu adalah sejarah
yang sunyi namun mengguncang! Ternyata ayah kawan saya
memiliki buku Max Havelaar (Atau Lélang Persekutuan Dagang Saya belum pernah melihat kerbau sebanyak itu dalam rentang yang
Belanda) karangan Multatuli (nama péna Éduard Douwes Dékker, cukup jauh. Kerbau-kerbau itu sedang membajak, merumput atau
seorang pegawai Belanda yang ditugaskan sebagai Asistén Résidén sedang digembala di bukit-bukit berumput. Satu kelompok kerbau
Lebak pada 1856) terjemahan HB Jassin (Djambatan, 1972). barangkali ada sepuluh ekor.
Multatuli sendiri artinya aku banyak menderita. Buku itu ditunjukkan Kerbau bukanlah hewan sembarangan. Barangkali ia nyawa
pada saya. Saya bolak-balik isinya. Menarik sekali meskipun masih kedua petani. Karena perampasan kerbau petani oleh pangréh praja
menggunakan éjaan lama. Lebak dahulu, Multatuli protés kepada Résidén Banten Brést van
Ayah kawan saya bilang, “Di Rangkasbitung ada jalan Multatuli.” Kémpen. ‘Peristiwa Lebak’ menjadi bara baik di Hindia Belanda atau
“Oh, begitu ya,” saya mengesankan terkejut. Saya pikir orang di Negeri Belanda Éropa sana!
Rangkas pasti banyak yang tahu siapa Multatuli. Dalam fragmén Max Havelaar diceritakan kisah perampasan
“Berapa lama perjalanan ke Rangkas dan pakai kendaraan kerbau ayah Saijah. Ketiadaan kerbau berarti tidak bisa membajak
apa?” saya bertanya. sawah, tidak bisa membajak sawah berarti tidak bisa menanam,
artinya tidak ada panénan yang akan disimpan di lumbung. Kalau
“Yang mudah naik kereta api saja, satu jam perjalanan sampai begitu kelaparan sudah pasti! Ayah Saijah menjual keris pérak hasil
di stasiun Rangkas.” warisan sejumlah 20f untuk membeli kerbau lagi. Melihat kerbau-
Saya ingin sekali melihat Lebak —membayangkan penderitaan kerbau itu tergambar bayangan masa lalu, 150 tahun yang lalu,
pribumi dahulu diperas darah dan keringatnya, tidak saja oleh yang kelam dan gelap bagi kaum bumiputera, masa yang mengharu
penjajah tapi oleh bangsa sendiri. Saya tawarkan kepada kawan biru: Jika tidak bisa hidup dengan aman dan damai, memberontak
saya untuk mengunjunginya. Mereka menyetujuinya. membéla kehormatan itu lebih mulia!
Pukul 06.50 pagi keréta berangkat dari stasiun Serang menuju Kami tiba di Stasiun Rangkasbitung tepat satu jam sejak kami
Rangkasbitung. Yap, keréta ékonomi, tidak ada yang lain. Berada di berangkat. Saat itu gerimis namun rapat. Bila berjalan dalam
keréta ékonomi menggambarkan kehidupan rakyat kebanyakan: kondisi demikian bisa basah juga. Kami keluar ke arah Barat
Susah, sumpek, kotor, marjinal dan seabreg kata-kata yang berkono- menyusuri pertokoan, di ujung jalan berbélok ke Selatan. Itulah
tasi rendah dan négatif. Saya nikmati saja suasana keréta pagi yang Jalan Multatuli. Dalam keadaan gerimis kami menyusuri trotoar
makin jauh makin penuh setelah meléwati beberapa stasiun. Di sempit. Tidak ada tempat berteduh. Kami berjalan terus ke arah
perjalanan, kawan saya membeli lontong berbumbu sambal yang Selatan sepanjang Jalan Multatuli. Di jalan ini ada sekolah, rumah,
dipotong-potong di atas daun pembungkusnya. Dia bilang énak, kantor, rumah sakit serta bangunan-bangunan biasa dan tidak ada
lagipula tadi pagi belum sarapan, sementara saya menikmati yang tampak méwah. Tidak ada yang terlalu mencolok di jalan ini
makanan yang lain. Di luar keréta hujan, walau tidak deras tapi kecuali sepi. Mungkin, setengah kilométer kami berjalan dan
karena angin yang kencang membuat air hujan masuk ke dalam berakhir di Alun-alun Rangkasbitung. Hujan belum berhenti.
gerbong léwat pintu dan jendéla yang hampir semuanya terbuka. Di alun-alun kami berteduh di gazéboo, yang menghadap
Selama perjalanan sangat jarang meléwati kampung. Masjid Agung yang sedang dirénovasi, melihat rintik-rintik hujan.
Pemandangan didominasi hamparan sawah luas diselingi bukit Héran juga, di pagi hari pukul sembilan kota Rangkasbitung sepi,
berumput. Saat itu sawah-sawah sedang dibajak sementara yang kami tak melihat kerumunan orang, pasar juga tak terlalu ramai,
lain sedang tandur. Musim hujan memang baru datang. Saya toko-toko masih banyak yang tutup, dan di perempatan-perempatan
tersadar ternyata di sepanjang perjalanan banyak terlihat kerbau! kami tidak melihat lampu mérah! Lengang.

Keanggotaan
& Peminjaman gratis Tersedia buku keislaman, buku anak-anak dan remaja, buku teks kuliah,
novel, pendidikan, pertanian, serta majalah Islam dan umum
Rumah Baca Motékar & Jl. Pangeran Kornel 137 B - 0815 712 1172
Resénsi
Karena hujan, kami tidak bisa kemana-mana lagi, akhirnya
kami sepakat kembali ke Sérang. Segera kami mencegat angkot ke
arah stasiun kembali. Jalanan mémang sepi, mungkinkah karena
hujan kota masih enggan bergeliat atau karena demikianlah Lebak Atlas of Creation:
yang masih menyimpan masa lalunya yang sepi dan lengang?
Dengan gegas kami membeli tikét dan menunggu kereta dari Akhir Sejarah Téori Évolusi
Jakarta yang akan membawa kami kembali ke Sérang. Dalam
keadaan kedinginan dan masih hujan kami duduk beralas koran di
gerbong tanpa kursi tepat di belakang lokomotif. Satu hal yang
memuaskan pagi itu kami telah menapaki 'Jalan Multatuli.'
Sehabis salat jumat saya kembali ke Bandung, dalam bis
berpendingin saya kirimkan sajak léwat pesan singkat kepada
kawan saya:
T ahun 2010 (sebagian) komunitas di dunia merayakan dua
abad kelahiran Charles Darwin, penggagas téori évolusi
–sebuah téori yang telah mengubah jalan sejarah dunia. Téori
ini mendasarkan bahwa makhluk hidup ada dan berkembang
secara bertahap dari sederhana menjadi makhluk yang lebih
Multatuli kompléks. Untuk menuju kesempurnaan diperlukan dua instrumén
Kemana jiwa berkehendak yaitu seléksi alam dan mutasi. Untuk mendukungnya, téori évolusi
Mendamba tanah berpijak memerlukan bukti-bukti di alam yang dikenal sebagai fosil.
Sayap srigunting mengelepak Kini, setelah mendarah daging dalam filsafat keilmuan Barat
Membayangi jalan-jalan setapak dan pemikiran ilmuwan, téori évolusi mendapatkan pukulan hébat.
Multatuli lantang berteriak Harun Yahya (54), pemikir dan ilmuwan Turki, secara konsistén
Tentang kemanusiaan yang tercampak sejak di bangku kuliah menyerang téori évolusi mulai dari filsafatnya
Pada nurani yang berpihak hingga kekeliruan téori-téori pendukungnya serta kepalsuan bukti-
Rakyat jelata di tanah Lebak buktinya. Yang paling fenomenal lebih dari 250 bukunya setelah The
Bilakah kebenaran tampak Evolution Deceit (1999) adalah Atlas of Creation (2007) yang
Jika tanpa gairah yang memuncak? mengejutkan terutama di Éropa dan Amerika Utara.
Dalam pengertian paling luas, fosil adalah sisa makhluk hidup
Tidak lama kawan saya yang baik itu membalas dengan sajak yang hidup di waktu lampau dan yang bertahan hingga saat ini
pula lewat pesan singkat (yang panjang) : terawétkan di bawah kondisi alami. Fosil-fosil yang sampai pada kita
Berjalan menapaki jalan Multatuli merupakan bagian suatu organisme, atau sisa yang tertinggal ketika
Ketika gerimis menyusuri jejaknya makhluk hidup tersebut masih hidup (belakangan dikenal sebagai
Kau berjalan rasa dibuntuti jejak fosil). Meréka terbentuk ketika héwan atau tumbuhan mati
Mengamatimu berjalan menapaki lagi jejaknya 150 tahun yang terawétkan sebelum melapuk secara sempurna dan segera menjadi
lalu bagian batuan sedimén bumi. Agar fosilisasi terjadi, héwan atau
Seperti hadir mengikuti kau melangkah tumbuhan tersebut harus terkubur secara wajar dengan cara cepat
Lalu kau bisa merasakannya dengan sangat halus secara umum dengan ditutupi lapisan lumpur. Proses ini kemudian
Multatuli menjadi titik-titik air gerimis yang menerpa wajahmu diikuti oleh prosés kimia, selama pengawétan dipastikan oleh
lalu kadang ia seperti menjadi awan abu-abu di atas kepalamu perubahan bahan-bahan mineral yang terjadi pada jaringan asli.
lalu kadang ia seperti menjadi angin yang dingin menusuk ke Atlas of Creation (Peta Penciptaan) disusun dengan menarik.
dalam tulangmu Buku setebal 2.392 halaman dibagi dalam tiga volume ini dipenuhi
lalu ia menjadi pasir dan kerikil yang berkilauan terkena tétésan dengan gambar fosil dari seluruh kawasan di dunia –sehingga
hujan menyerupai peta. Fosil dari berbagai makhluk yang pernah hidup
Ketika gerimis menyusuri jejak Multatuli jutaan yang lalu dari héwan darat, héwan laut, serangga dan
jiwanya hadir bersamamu ketika kau terus melangkah tumbuhan yang ditemukan di Amérika Utara dan Selatan, Éropa,
lalu dengan sangat halus kau bisa merasakan Afrika, Timur Tengah, China, Australia dan Selandia Baru, membuk-
tangan kanannya merangkul pundakmu dan tikan hal yang sama bahwa semua makhluk itu ada telah sempurna
dengan sangat halus terasa nafasnya mendekati telingamu lalu sejak awal. Harun Yahya secara cerdas menyandingkan foto fosilnya
dengan sangat halus kau bisa mendengarnya berkata: dengan foto makhluk dengan jenis yang sama yang masih hidup
Kenanglah jiwaku… Kawan…Teruskan perjuangan ini… kini. Makhluk hidup yang terkubur dalam lapisan batuan atau
Aku telah banyak menderita terjebak dalam damar (amber) tidak pernah berubah dalam jutaan
Lebak tidak akan pernah melupakan Multatuli meskipun tidak tahun disertai dengan berbagai informasi tentang fosil tersebut.
ada lagi kerbau-kerbau yang dirampas. Sayangnya kesejahteraan Ledakan Kambrian (Cambrian Explosion, 543-490 juta tahun
dan ketenteraman masih jauh dari jangkauan rakyat kecil. yang lalu) adalah bukti lain bahwa beragam makhluk hidup, yang
Penjajahan mémang sudah héngkang, tapi sifat memeras dan kini masih bisa dijumpai, menjadi fosil pada lapisan yang sama.
menindas masih ada pada orang-orang di sekitar. Jika kenyataannya Harun Yahya menulis, “Jutaan fosil menunjukkan bahwa spésiés
penjajahan cuma sekadar berganti topéng, lalu siapa siap muncul tiba-tiba, berbentuk utuh dan dengan struktur kompléksnya,
menderita demi kebébasan bangsanya? (sugeng praptono) serta tidak menjalani perubahan dalam jutaan tahun sejak itu. Ini
merupakan bukti signifikan bahwa kehidupan menjadi ada dari
Jatinangor, 28 Désémber 2007
ketiadaan dalam kata lain ia adalah diciptakan.”
Harun Yahya melanjutkan, “Selama 150 tahun terakhir atau,
fosil-fosil dari penggalian yang dilakukan di seluruh dunia
membuktikan bahwa ikan adalah selalu ikan, serangga adalah
selalu serangga, burung adalah selalu burung dan réptil adalah
selalu réptil. Tidak ada satupun fosil yang menunjukkan bentuk
transisi apapun di antara makhluk hidup, dengan kata lain, dari ikan
Judul : Atlas of Creation menuju amfibi atau dari réptil menuju burung.”
Penulis : Harun Yahya Téori évolusi, sebuah konsép abad 19 yang ketinggalan zaman,
Penerbit : Global Publishing secara sempurna runtuh di hadapan bukti-bukti ilmiah. Darwinis
Cetakan : 1, 2007 tidak memiliki jawaban ilmiah di muka catatan fosil. Karenanya
Halaman: 2392 Harun Yahya menantang Richard Dawkins, seorang atéis pendukung
téori évolusi paling gigih dari Universitas Oxford, untuk melakukan
debat terbuka. Dawkins tidak pernah memenuhi tantangan Harun
Buku bisa diunduh di Yahya. Barangkali, itu karena cukup sepuluh halaman dari Atlas of
www.harunyahya.com Creation untuk tidak mempercayai téori évolusi selamanya. (sp)

Anda mungkin juga menyukai