Anda di halaman 1dari 2

Hari-hari semakin tidak karuan, orang marah di mana-mana, banyak keluarga yang

bubar karena dipicu sifat marah dari masing-masing individu, banyak juga seorang
suami yang menceraikan isterinya dalam keadaan marah, apakah talak yang seperti
ini tetap jatuh, atau ada pendapat lain mengenai hal ini?

Mengenai talak orang yang marah ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi
Wasallam bersabda,

َ َ‫الَ طَالَ َق َو الَ ِعت‬


‫اق يِف ْ إ ْغالَ ِق‬

"Tidak ada talak dan juga pemerdekaan budak dalam keadaan ighlaq" (HR. Ahmad,
Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al Hakim)

Imam Ahmad dalam sebuah riwayat mengemukakan, "Kata Ighlaq berarti marah."
Yang demikian itu merupakan nash Ahmad yang diceritakan Khalal dan Abu Bakar dalam
kitab asy Syaafi dan Zaadul musafir. Demikianlah Imam penafsiran Ahmad.

Di dalam kitabnya, Sunnah Abu Dawud, Abu Dawud mengemukakan, "Aku kira yang
dimaksud adalah marah." Dan ia telah menulis satu bab khusus, yaitu "Talak yang dijatuhkan
ketika sedang marah." Abu Ubaid dan beberapa ulama lainnya menafsirkan kata ighlaq itu
sebagai paksaan. Dan ada juga ulama yang menagsirkanny dengan pengertian tidak waras.

Ada juga yang berpendapat lain, yaitu bahwa kata tersebut berarti larangan
menjatuhkan tlak tiga sekaligus dalam satu waktu, sehingga tertutup (ighlaq) baginya jalan
pernikahan. Demikian yang diceritakan oleh Abu Ubaid al Hawari. Ibnu Taimiyyah
mengemukakan, "Hakikat ighlaq adalah ditutupnya hati seseorang sehingga tidak ada ucapan
yang dapat masuk ke dalamnya, dan seolah-olah ia menutup hatinya dari tujuan dan
keinginan dirinya."

Berkenaan dengan hal tersebut dapat dikatakan, Abu Abbas an Nabrid mengatakan,
"Kata ighlaq berarti sempitnya dada dan minimnya kesabaran sehingga seseorang tidak
mendapatkan tempat ketulusan."

Lebih lanjut syaikhul Islam ibnu Taimiyyah mengungkapkan, yang termasuk dalam
hal itu adalah talak orang yang dipaksa dan gila, serta orang yang hilang ingatanya akibat
mabuk atau kemarahan, dan semua orang yang tidak mengetahui apa yang dikatakannya.
Ibnu Taimiyyah juga menyebutkan, kemarahan itu ada tiga macam, yaitu:

Pertama, Kemarahan yang dapat menghilangkan ingatan sehingga ia tidak menyadari


apa yang dikatakannya. Kemarahan seperti ini tidak menjadikan talak yang diucapkannya
berlaku (jatuh). Mengenai hal tersebut sudah tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan
para ulama.

Kedua, Kemarahan yang tidak menghalangi pelakunya dari menyampaikan


ucapannya dan juga tujuannya. Macam yang kedua ini menjadikan talak yang diucapkannya
berlaku (jatuh).

Ketiga, Kemarahan yang memuncak, namun tidak menghilangkan ingatan dan


kesadarannya secara keseluruhan, tetapi kemarahan itu telah menjadi penghalang antara
dirinya dengan niatnya, dimana ia akan merasa benar-benar menyesal atas apa yang
dilakukannya. Namun jika kemarahan  tersebut menyebabkan hilangnya kesadaran maka
masih terdapat perbedaan pendapat. Namun tidak berlakunya talak dalam keadaan seperti itu
dan ini merupakan pendapat yang lebih kuat.

Sumber: Fikih Keluarga karya Syaikh Hasan Ayyub hal:237

Anda mungkin juga menyukai