Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH BEBAN USAHA, EKSPOR DAN IMPOR

PERALATAN ELEKTRONIK, SELISIH KURS,


PENJUALAN, SERTA PIUTANG TAK TERTAGIH
TERHADAP LABA BERSIH PADA PT. METRODATA
ELECTRONICS, TBK.
Rizko Zanjahaya Putra
Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi – Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah pengaruh beban
usaha, ekspor dan impor peralatan elektronik, selisih kurs, penjualan, dan piutang
tak tertagih terhadap laba bersih pada PT. Metrodata Electronics Tbk, penelitian
ini menggunakan laporan keuangan PT Metrodata Electronics tbk, per tri wulan
dari tahun 2002-2006, data statistik ekspor impor peralatan elektronik Indonesia
dari BPS, dan data kurs rupiah terhadap dollar periode 2002-2006 dari BI.
Hasil dari penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa ada 3 variabel yang
berpengaruh secra signifikan terhadap laba bersih, dan ada 3 variabel yang tidak
berpengaruh terhadap laba bersih. Variabel beban usaha, penjualan, dan piutang
tak tertagih mempengaruhi laba bersih secara signifikan, sedangkan variabel
ekspor impor peralatan elektronik dan selisih kurs tidak mempengaruhi laba
bersih.

Kata kunci : pengaruh, laba bersih, PT. Metrodata Electronics tbk

PENDAHULUAN

Sejak melewati masa krisis moneter yang mengguncang hampir seluruh


negara di Asia pada tahun 1998, ekonomi Indonesia semakin membaik dan
berkembang walaupun tidak terasa sangat signifikan. Hal ini tentu tidak terlepas
dari peran pemerintah dan semua pihak yang telah ikut membantu dan
mengangkat ekonomi Indonesia kembali dari keterpurukannya. Setelah berhasil
melewati masa krisis, Indonesia mulai beranjak menuju jenjang yang lebih tinggi
lagi, yaitu bersiap menghadapi arus globalisasi yang sudah tidak bisa dipungkiri
lagi pasti akan masuk menuju Indonesia dikarenakan kemajuan teknologi dan
komunikasi dunia yang berkembang sangat pesat. Teknologi di era sekarang ini
sudah bukan merupakan sesuatu yang mahal lagi, melainkan menjadi suatu
kebutuhan baik itu di dunia ataupun di Indonesia sendiri. Dengan semakin
berkembangnya teknologi yang terbarukan maka semakin tinggi pula permintaan
akan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Komputer misalnya, saat ini
hampir di seluruh sekolah dan perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta
menggunakannya, entah itu untuk kepentingan administrasi, untuk pendidikan
para pelajar, atau untuk sekedar ajang promosi. Bahkan untuk saat ini hampir
dapat dipastikan tidak ada perkantoran di kota-kota besar di Indonesia yang tidak
menggunakan komputer untuk kegiatan operasional sehari-harinya.
Meningkatnya penggunaan komputer dan segala jenis aplikasinya di
Indonesia mau tidak mau ikut pula meningkatkan permintaan terhadap salah satu
barang elektronik yang masih diimpor dari luar negeri ini. Hal ini pun semakin
banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang industri dan jasa komputerisasi. Selain karena
prospeknya yang cerah dan perkembangan serta penemuan-penemuan terbaru
yang selalu up to date, pasar komputer tidak pernah sepi dari hiruk pikuk
permintaan dan penawaran dikarenakan kebutuhan pasar yang sangat tinggi
terhadap komputer (baik itu piranti lunak ataupun perangkat keras). Semua hal
tersebut membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam indusri ini
seperti mendapat “durian runtuh”. Permintaan yang meningkat, teknologi yang
terbarukan, serta pasar yang tak pernah lesu membuat perusahaan-perusahaan
yang bergerak di dalam industri komputer di Indonesia mendapatkan kinerja
keuangan yang sehat, terutama apabila dilihat dari hal yang paling signifikan dari
laporan keuangan dan yang selalu diperhatikan oleh para investor yaitu laba
bersih setiap tahunnya. Laba bersih merupakan magnet yang paling ampuh untuk
menjaring investor. Sudah tidak bisa disangkal lagi bahwa sebaik dan sesehat
apapun sebuah perusahaan, tidak akan ada satu investor pun yang akan tertarik
apabila perusahaan tersebut mengalami Break Even Point atau yang lebih buruk
lagi merugi. Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa industri komputer di
Indonesia merupakan salah satu industri yang ikut menopang ekonomi Indonesia,
oleh karena keikutsertaannya menarik investor ke Indonesia dikarenakan daya
tarik laba bersihnya.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran
Laba bersih perusahaan indutri komputer di Indonesia memang memilik daya
magis tersendiri. Namun, laba bersih tersebut tidak bisa datang dengan sendirinya,
ada banyak hal yang dapat mempengaruhinya. Di perusahaan yang bergerak di
dalam industri komputer hal ini bisa dipengaruhi oleh berbagai macam hal yaitu,
beban usaha, selisih kurs, penjualan, ekspor dan impor barang elektronik, serta
piutang tak tertagih. Beban usaha merupakan unsur yang terpenting karena
semakin kecil bebannya semakin besar kemungkinan laba bersih yang dihasilkan
perusahaan. Penjualan komputer baik di dalam negeri maupun di luar negeri tak
terlepas dari pengaruh ekspor dan impor negara terhadap peralatan elektronik
yang termasuk perlengkapan komputer di dalamnya. Selisih kurs dapat dikatakan
mempengaruhi laba bersih dikarenakan belum adanya produsen penyedia produk-
produk komputer terutama perangkat keras di Indonesia, sehingga perusahaan
industri komputer harus mengimpor dari luar negeri yang dapat menyebabkan
terjadinya selisih kurs karena transaksi produk komputer dilakukan dengan
menggunakan mata uang dolar Amerika (US $) dan dolar Singapura (Sin $), yang
kemudian hasilnya yaitu perangkat keras dan perangkat lunak yang sudah siap
pakai (installed) dijual baik itu di dalam negeri ataupun diekspor ke luar negeri.
Selanjutnya penjualan, tanpa adanya penjualan perusahaan industri komputer
tentu tidak akan menerima pendapatan. Terkadang demi meningkatkan minat dan
daya beli konsumen perusahaan pada umumnya memberikan fasilitas sistem
penjualan barang dagangan secara kredit. Perusahaan di industri komputer juga
melakukan transaksi penjualan melalui sistem kredit, maka resiko mengalami
piutang tak tertagih tidak dapat dihindari. Keenam hal inilah yang diperkirakan
dapat mempengaruhi jumlah besarnya laba bersih yang diterima perusahaan di
industri komputer di Indonesia. Sehingga apabila ada salah satu atau lebih dari
kelima faktor ini yang terganggu maka kemungkinan tingkat penerimaan laba
bersih pun akan ikut terganggu.

LANDASAN TEORI

Beban operasi menurut Simamora (2000) adalah “Beban-beban berkala


yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan”.
Menurut Tri Santoso (1994) ekspor adalah “Prosedur perdagangan
antarnegara di mana negara yang satu mengirimkan barang kepada negara lainnya
dengan menggunakan sarana laut, darat, maupun udara”.
Menurut Wikipedia Indonesia (www.wikipedia.co.id) Impor adalah
“Proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara
legal, umumnya dalam proses perdagangan”.
Definisi kurs dan selisih kurs menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) no. 10 (IAI 1994: 86) adalah sebagai berikut : “kurs adalah
rasio pertukaran dua mata uang”. Sedangkan selisih kurs adalah : “selisih yang
dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama, dalam mata
uang pelaporan kurs yang berbeda.”
Dengan adanya prospek laba ekonomis inilah yang merupakan hubungan
EVA terhadap kekayaan pemegang saham, yaitu hasil akhir yang diinginkan dari
tolak ukur berdasarkan nilai. EVA merupakan laba bersih setelah pajak
dikurangkan dengan biaya kapital. Biaya capital merupakan beban bunga hutang
dan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham.
Menurut Simamora (2000), “Penjualan (sales) menggambarkan suatu
ukuran dari kenaikan aktiva (biasanya dalam bentuk peningkatan kas atau piutang
dagang) disebabkan penjualan produk atau persediaan barang dagangan
perusahaan bagi perusahaan dagang dan penjualan jasa pada perusahaan jasa”.
Menurut Giri (1999) piutang tak tertagih adalah “sejumlah piutang yang
sudah diperkirakan atau dianalisa, tidak akan dapat diterima kembali
pembayarannya dalam jangka waktu yang ditentukan”.
METODE PENELITIAN

Dalam skripsi ini penulis menggunakan data sekunder berupa laporan


keuangan, data statistik ekspor impor Indonesia, dan arsip kurs US$ terhadap
Rupiah Indonesia untuk menghitung pengaruh beban usaha, ekspor dan impor
peralatan elektronik, selisih kurs, penjualan serta piutang tak tertagih terhadap
laba bersih pada PT Metrodata Electronics tbk selama tahun 2002 sampai dengan
tahun 2006.
Alat analisis yang digunakan dalam skripsi ini yaitu dengan menggunakan
bantuan software statistik SPSS 15 dengan menggunakan alat statistik deskriptif
dan regresi linier berganda dengan satu variabel tidak bebas (Y1) dan enam
variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6).
Rumus regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisa adalah
sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e
Dimana:
Y = laba bersih X1 = beban usaha
a = konstanta X2 = ekspor peralatan elektronik
b1-2 = koefisien regresi X3 = impor peralatan elektronik
e = kesalahan estimasi X4 = selisih kurs
X5 = penjualan
X6 = piutang tak tertagih

Sedangkan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas secara


simultan terhadap variabel tidak bebas digunakan analisa anova atau uji f dengan
menggunakan rumus :
F-hitung = (KT Regresi / KT Sisa)

PEMBAHASAN

1. Analisis Regresi Linier Berganda


Regresi linier berganda adalah alat yang digunakan untuk menentukan
persamaan regresi yang menunjukan hubungan variabel tidak bebas yang
ditentukan dengan dua atau lebih variabel bebas. Berdasarkan hasil penelitian
dengan menggunakan SPSS, dapat diketahui hal-hal yang penting dalam analisis
regresi, yaitu:
a. Koefisien Korelasi (r / R)
Adalah koefisien yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel X dan Y.
Tabel 1
Korelasi
Correlations

Ekspor Impor
Peralatan Peralatan Piutang tak
Laba Bersih Beban Usaha Elektronik Elektronik Selisih Kurs Penjualan Tertagih
Pearson Correlation Laba Bersih 1.000 -.132 .494 .599 -.050 .279 -.288
Beban Usaha -.132 1.000 -.373 -.387 .492 -.966 .151
Ekspor Peralatan
.494 -.373 1.000 .856 -.128 .555 .222
Elektronik
Impor Peralatan
.599 -.387 .856 1.000 -.137 .523 -.180
Elektronik
Selisih Kurs -.050 .492 -.128 -.137 1.000 -.525 -.025
Penjualan .279 -.966 .555 .523 -.525 1.000 -.053
Piutang tak Tertagih -.288 .151 .222 -.180 -.025 -.053 1.000
Sig. (1-tailed) Laba Bersih . .289 .013 .003 .417 .117 .109
Beban Usaha .289 . .053 .046 .014 .000 .262
Ekspor Peralatan
.013 .053 . .000 .295 .006 .173
Elektronik
Impor Peralatan
.003 .046 .000 . .283 .009 .224
Elektronik
Selisih Kurs .417 .014 .295 .283 . .009 .458
Penjualan .117 .000 .006 .009 .009 . .412
Piutang tak Tertagih .109 .262 .173 .224 .458 .412 .
N Laba Bersih 20 20 20 20 20 20 20
Beban Usaha 20 20 20 20 20 20 20
Ekspor Peralatan
20 20 20 20 20 20 20
Elektronik
Impor Peralatan
20 20 20 20 20 20 20
Elektronik
Selisih Kurs 20 20 20 20 20 20 20
Penjualan 20 20 20 20 20 20 20
Piutang tak Tertagih 20 20 20 20 20 20 20

Berdasarkan hasil pengolahan diatas dapat diambil analisa sebagai berikut:


• Hubungan antara variabel beban usaha dengan laba bersih adalah -0,132
dengan tingkat signifikan 0,289, yang berarti hubungan antara beban
usaha dengan laba bersih sangat lemah dan bersifat tidak searah.
• Hubungan antara variabel ekspor peralatan elektronik dengan laba bersih
adalah 0,494 dengan tingkat signifikan 0,013, yang berarti hubungan
antara ekspor peralatan elektronik dengan laba bersih kuat dan bersifat
searah serta signifikan.
• Hubungan antara variabel impor peralatan elektronik dengan laba bersih
adalah 0,599 dengan tingkat signifikan 0,003, yang berarti hubungan
antara impor peralatan elektronik dengan laba bersih kuat dan bersifat
searah serta signifikan.
• Hubungan antara variabel selisih kurs dengan laba bersih adalah -0,050
dengan tingkat signifikan 0,417, yang berarti hubungan antara selisih
kurs dengan laba bersih sangat lemah dan bersifat tidak searah.
• Hubungan antara variabel penjualan dengan laba bersih adalah 0,279
dengan tingkat signifikan 0,117, yang berarti hubungan antara penjualan
dengan laba bersih cukup dan bersifat searah.
• Hubungan antara variabel piutang tak tertagih dengan laba bersih adalah
-0,288 dengan tingkat signifikan 0,109, yang berarti hubungan antara
penjualan dengan laba bersih cukup dan bersifat tidak searah.

b. Koefisien Determinasi (r2 / R2)


Digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas (X)
mempengaruhi variabel tidak bebas (Y). Dari hasil penelitian pada tabel
4.6 diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,651. Hal ini berarti
65,1% laba bersih bisa dijelaskan dengan variabel BU, EPE, IPE, SK, PJ,
PTT. Sedangkan sisanya (100% - 65,1% = 34,9%) dijelaskan oleh faktor
lain.

c. Kesalahan Standar Estimasi


Digunakan untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi. Dapat
digunakan dengan mengukur besar kecilnya kesalahan standar estimasi
(semakin kecil nilai kesalahannya, maka semakin tinggi ketepatannya).
Dari hasil pengolahan nilai standar estimasi pada tabel 4.6 sebesar Rp.
10.425.142.073,71 (satuan yang dipakai adalah variabel tidak bebas yaitu
laba bersih). Bandingkan nilai standar deviasi laba bersih pada tabel 4.5
sebesar Rp. 14.595.442.616,293 jauh lebih besar dari standard error of
estimate yang hanya Rp. 10.425.142.073,71. Dapat disimpulkan ketepatan
persamaan estimasi atau persamaan regresi tinggi.

d. Persamaan Regresi Berganda


Dalam analisis regresi, untuk mengetahui hubungan beban usaha (X1),
ekspor peralatan elektronik (X2), impor peralatan elektronik (X3), selisih
kurs (X4), penjualan (X5), piutang tak tertagih (X6), terhadap laba bersih
(Y), maka digunakan analisis linier berganda yang dapat dirumuskan,
yaitu :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e
Dimana:
Y = laba bersih X1 = beban usaha
a = konstanta X2 = ekspor peralatan elektronik
b1-2 = koefisien regresi X3 = impor peralatan elektronik
e = kesalahan estimasi X4 = selisih kurs
X5 = penjualan
X6 = piutang tak tertagih

Hasil perhitungan penulis menggunakan perhitungan komputer dengan


perangkat lunak SPSS 15.0 (Statistical Program for Social science) di
bawah operasi Windows. Berdasarkan tabel 2 diperoleh persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e
Y = 7.806.899.862 - 1,320 X1 - 0.006X2 + 0.004 X3 + 0.95 X4 + 0,121 X5 -
4,784 X6 + e ……1
Tabel 2
Hasil uji Regresi berganda
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7806899862.017 48537596971.5 .161 .875
Beban Usaha -1.320 .452 3.158 -2.921 .012
Ekspor Peralatan
-.006 .013 -.271 -.468 .648
Elektronik
Impor Peralatan
.004 .010 .182 .384 .707
Elektronik
Selisih Kurs .095 .107 .193 .889 .390
Penjualan .121 .044 3.461 2.760 .016
Piutang tak Tertagih -4.784 2.573 -.483 -2.859 .086
a. Dependent Variable: Laba Bersih

Dari persamaan 1 dapat dijelaskan konstanta sebesar Rp. 7.806.899.862


menyatakan bahwa jika tidak ada BU, EPE, IPE, SK, PJ, dan PTT, maka laba
bersih adalah sebesar Rp. 7.806.899.862.
• Koefisien regresi untuk beban usaha (X1) sebesar -1,320. Berarti jika BU
(X1) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan mengalami
penurunan sebesar 1,320 satuan.
• Koefisien regresi untuk ekspor peralatan elektronik (X2) sebesar -0,006.
Berarti jika ekspor peralatan elektronik (X2) naik sebesar 1 satuan, maka
laba bersih (Y1) akan mengalami penurunan sebesar 0,006 satuan.
• Koefisien regresi untuk impor peralatan elektronik (X3) sebesar 0,004.
Berarti jika impor peralatan elektronik (X3) naik sebesar 1 satuan, maka
laba bersih (Y1) akan mengalami kenaikan sebesar 0,004 satuan.
• Koefisien regresi untuk selisih kurs (X4) sebesar 0,095. Berarti jika
selisih kurs (X4) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan
mengalami kenaikan sebesar 0,095 satuan.
• Koefisien regresi untuk penjualan (X4) sebesar 0,121. Berarti jika
penjualan (X5) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih (Y1) akan
mengalami kenaikan sebesar 0,121 satuan.
• Koefisien regresi untuk piutang tak tertagih (X6) sebesar -4,784. Berarti
jika piutang tak tertagih (X6) naik sebesar 1 satuan, maka laba bersih
(Y1) akan mengalami penurunan sebesar 4,784 satuan.

e. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)


Untuk membuktikan pengaruh dari masing-masing variabel bebas
secara parsial atau individu terhadap variabel tidak bebas digunakan
analisis uji t. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial BU (X1), EPE
(X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X4) terhadap LB (Y), langkah-
langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
• BU (X1) terhadap LB (Y)
o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh BU (X1) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh BU (X1) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar -2,92.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila -t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan:
Karena t-hitung (-2,92) > t-tabel (2,160), maka H1 diterima dan Ho
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BU (X1) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

• EPE (X2) terhadap LB (Y)


o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh EPE (X2) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh EPE (X2) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar -0,468.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t table
o Keputusan:
Karena t-hitung (-0,468) < t-tabel (2,145), maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa EPE (X2) tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB(Y).

• IPE (X3) terhadap LB (Y)


o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh IPE (X3) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh IPE (X3) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar 0,384.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan:
Karena t-hitung (0,384) < t-tabel (2,160), maka H1 ditolak dan Ho
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPE(X3) tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).
• SK(X4) terhadap LB (Y)
o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh SK (X4) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh SK (X4) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar 0,889.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan:
Karena t-hitung (0,889) < t-tabel (2,160), maka H1 ditolak dan Ho
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SK (X4) tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PJ (X5) terhadap LB (Y)


o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PJ (X5) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PJ (X5) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar 2,76.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan:
Karena t-hitung (2,76) > t-tabel (2,160), maka H0 ditolak dan H1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PJ(X5) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PTT (X6) terhadap LB (Y)


o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PTT (X6) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PTT (X6) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 13, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,160.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar -2,859.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan: Karena t-hitung (-2,859) > t-tabel (2,160), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
PTT(X6) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).
Dikarenakan terdapat 3 variabel (EPE,IPE,SK) yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel y (LB) maka dilakukan regresi ulang terhadap
3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel y, yaitu variabel
BU, PJ, dan PTT. Berikut adalah hasil regresi ulangnya:

Tabel 3
Regresi Berganda Ulang Variabel X1, X5, X6
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -13648602658.1 6027298856.0 -2.264 .038
Beban Usaha -1.209 .268 -2.893 -4.518 .000
Penjualan .106 .022 3.044 4.802 .000
Piutang tak Tertagih -5.574 1.640 -.563 -3.398 .004
a. Dependent Variable: Laba Bersih

Hasil yang didapat dari regresi ulang tersebut tidak terlihat begitu
berbeda dari regresi yang sebelumnya, berikut pengujiannya:
• BU (X1) terhadap LB (Y)
o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh BU (X1) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh BU (X1) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 16, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,120.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar -4,518.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan: Karena t-hitung (-4,518) > t-tabel (2,120), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
BU(X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PJ (X5) terhadap LB (Y)


• Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PJ (X5) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PJ (X5) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 16, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,120.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar 3,044.

o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :


Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan: Karena t-hitung (3,044) > t-tabel (2,120), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
PJ(X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap LB (Y).

• PTT (X6) terhadap LB (Y)


o Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh PTT (X6) LB (Y)
H1 : bi ≠ 0, ada pengaruh PTT (X6) terhadap LB (Y)
o Menggunakan taraf signifikasi sebesar α = 0,05 dan derajat bebas
(df) = 16, sehingga t-tabel diketahui sebesar ± 2,120.
o Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai t-
hitung sebesar -3,398.
o Kriteria penerimaan dan penolakan, yaitu :
Ho diterima bila –t < t-hitung < t-tabel
Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau –t hitung < -t tabel
o Keputusan: Karena t-hitung (-3,398) > t-tabel (2,120), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
PTT(X6) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (Y).

Dari hasil perhitungan kedua regresi di atas, yaitu tabel 2 dan 3 dapat
diambil dua analisa, yaitu:
• EPE (X2), IPE (X3), dan SK (X4) tidak memiliki pengaruh terhadap LB
(Y). Hasil ini juga tercermin di dalam data angka-angka yang terdapat di
dalam laporan keuangan dan statistik ekspor impor peralatan elektronik
Indonesia. Ekspor peralatan elektronik memperlihatkan nilai yang naik
turun dari tahun ke tahunnya, sedangkan nilai laba bersih cenderung
meningkat per tahunnya, contohnya ketika pada kuartal pertama tahun
2003 ekspor peralatan elektronik sebesar Rp 4.151.974.260.635 dan pada
akhir tahun atau kuartal keempat turun ke Rp 4.071.192.015.344,
sementara laba bersih perusahaan dari awal tahun 2003 berjumlah
Rp 1.153.383.678 naik secara signifikan pada akhir tahun 2003 ke
Rp 12.253.473.645. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya laba bersih
tidak ikut terpengaruh oleh menurunnya tingkat ekspor peralatan
elektronik. Fenomena ini mungkin disebabkan karena nilai ekspor yang
digunakan merupakan skala nasional, sehingga tidak mencerminkan
keadaan dan tingkat ekspor perusahaan yang seungguhnya. Hal yang sama
juga terjadi pada impor peralatan elektronik terhadap laba, sebagai contoh
misalnya nilai impor pada tahun 2002 meningkat dari Rp
1.064.872.396.973 pada kuartal pertama menjadi Rp 1.492.809.243.554
pada akhir tahun, sedangkan tingkat penerimaan laba bersih berbanding
terbalik secara tidak signifikan yaitu dari Rp (8.470.926.615) turun ke Rp
(37.935.371.396), sedangkan tahun-tahun selanjutnya nilai impor terus
naik dan turun akan tetapi nilai laba bersih justru tidak ikut terpengaruh
dan terus naik, sehingga semakin membuktikan bahwa impor peralatan
elektronik memang tidak mempengaruhi tingkat laba bersih. Analisa ini
bisa jadi disebabkan oleh karena unsur-unsur impor peralatan elektronik
sendiri bukanlah hanya semata peralatan komputer. Bisa saja berupa
barang-barang elektronik yang lain, seperti kulkas, tv, ac, dan sebagainya,
sehingga tidak menjamin kalau nilai impor peralatan elektronik turun
maka laba bersih perusahaan ikut turun. Sementara itu, selisih kurs juga
memperlihatkan hal yang sama dengan yang terjadi pada impor peralatan
elektronik. Penulis mengambil contoh pengamatan pada tahun 2006, nilai
selisih (rugi) kurs meningkat secara drastis menembus angka
Rp (132.738.787.837), padahal pada awal tahun hanya sekitar
Rp (239.344.553), namun rugi kurs ini tidak mempengaruhi tingkat
penerimaan laba bersih perusahaan yang meningkat dari
Rp 1.877.909.275 ke Rp 20.775.872.997. Jikalau dilihat dari sudut
teoritisnya memang selisih kurs secara tidak langsung akan memiliki
pengaruh terhadap laba bersih walaupun tidak seberapa besarnya, namun
dalam kasus ini membuktikan bahwa selisih (rugi kurs) memang tidak
berpengaruh sedikit pun terhadap laba bersih, ini bisa disebabkan karena
selisih kurs hanya akan berpengaruh terhadap laba bersih apabila nilai
ekspor dan impor juga mempengaruhi laba bersih, karena selisih kurs
timbul akibat adanya perbedaan nilai tukar mata uang yang terjadi akibat
adanya transaksi luar negeri yaitu ekspor dan impor, sehingga secara
langsung selisih kurs hanya akan berpengaruh terhadap nilai ekspor dan
impor.
• BU (X1), PJ (X5), dan PTT (X6) memiliki pengaruh terhadap LB (Y).
asumsi ini berdasarkan hasil penghitungan regresi dan hasil dari
pengamatan laporan keuangan per tahunnya. BU (X1) atau beban usaha
terlihat sangat mempengaruhi laba bersih. Jika diperhatikan dengan
seksama, semakin tinggi nilai beban usaha maka semakin rendah nilai laba
bersih, contohnya tahun 2002 beban usaha meningkat secara drastis dari
Rp (22.634.872.505) pada awal tahunnya menjadi Rp (109.001.878.426)
pada akhir tahun, sehingga tingkat laba bersih pun ikit menurun dari Rp
(8.470.926.615) pada awal tahun, menjadi turun ke Rp (37.935.371.396)
pada akhir tahun. Secara logika memang sangat masuk akal bahwa
semakin besar biaya suatu kegiatan maka semakin sedikit pula tingkat
labanya, oleh karena itulah mengapa laba bersih selalu berbanding terbalik
dan dipengaruhi oleh beban usaha. Agar meminimalisir pengaruh beban
usaha yang cukup besar, maka perusahaan harus mempertimbangkan
variabel PJ (X5) atau penjualan. Penjualan di dalam kasus ini memiliki
andil dan pengaruh yang sangat besar terhadap laba bersih. Di dalam
bentuk angkanya saja sudah terlihat jelas bahwa penjualanlah yang sangat
menentukan laba bersih, misalnya ketika pada tahun 2005, dikala tingkat
penjualan hanya mencapai Rp 304.501.593.552 pada awal tahun, laba
bersih hanya berjumlah Rp 1.856.159.996, namun ketika jumlah penjualan
meningkat drastis sebesar Rp 1.503.906.103.070 pada akhir tahun, maka
tingkat laba bersih pun ikut naik menjadi Rp 16.306.998.038. Dari hasil-
hasil ini dapat terlihat bahwa laba bersih sangat dipengaruhi oleh besarnya
tingkat penjualan, karena semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin
tinggi pula tingkat laba bersih. Akan tetapi, walaupun penjualan ikut
berpengaruh secara langsung dan positif terhadap laba bersih, belum tentu
semua penjualan dapat menghasilkan laba bersih. Salah satu penjualan
yaitu penjualan kredit dapat mengakibatkan kerugian piutang (piutang tak
tertagih). Dari hasil perhitungan regresi di atas terlihat jelas bahwa piutang
tak tertagih memiliki pengaruh negatif terhadap laba bersih. Jika diamati
secara kasat mata saja piutang tak tertagih memang sudah terlihat
mempengaruhi laba bersih. Tahun 2002 contohnya, pada kuartal pertama
piutang tak tertagih perusahaan sebesar Rp (981.178.642) dan tingkat laba
bersih sebesar Rp (8.470.926.615), namun ketika jumlah piutang tak
tertagih semakin meningkat menjadi Rp (3.879.704.355) tingkat laba
bersih pun ikut merosot tajam ke Rp (37.935.371.396), maka dapat
disimpulkan bahwa piutang tak tertagih sangat mempengaruhi laba bersih
secara negatif, karena apabila jumlah piutang tidak tertagih meningkat,
jumlah laba bersih pun akan menurun.

f. Uji Regresi secara simultan (uji F)

Tabel 4
Uji F
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 2634625323803992000000 6 439104220633998700000.0 4.040 .017a
Residual 1412886634340519000000 13 108683587256963000000.0
Total 4047511958144511000000 19
a. Predictors: (Constant), Piutang tak Tertagih, Selisih Kurs, Impor Peralatan Elektronik, Beban Usaha,
Ekspor Peralatan Elektronik, Penjualan
b. Dependent Variable: Laba Bersih

Pada tabel ANOVA di atas kita dapat mengetahui uji F untuk


mengetahui ada tidaknya pengaruh keenam variabel independent secara
simultan (bersamaan) terhadap variabel dependent.
Pengujian F test dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel.
Berikut langkah-langkah pengujiannya:
• Hipotesis :
H0 : b1= b2= 0, tidak ada pengaruh BU (X1), EPE (X2), IPE (X3),
SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X6) terhadap laba
bersih (Y).
H1 : semua atau salah satu dari bi ≠ 0, ada pengaruh BU (X1), EPE
(X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan PTT (X6)
terhadap laba bersih (Y).
• Ketentuan :
Jika F hitung > F tabel (α 0,005), maka H0 : ditolak
Jika F hitung < F tabel (α 0,005), maka H0 : diterima
• Kesimpulan :
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah
sebesar 4,040. Menggunakan tarif signifikan α = 0,05 dan derajat
kebebasan (df) = (6;13) sehingga diketahui F tabel adalah 2,92.
• Kriteria penerimaan dan penolakan yaitu:
H0 ditolak bila F hitung > F tabel
H0 diterima bila F hitung < F tabel
• Karena F hitung lebih besar daripada F tabel (4,040 > 2,92) maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
ada pengaruh BU (X1), EPE (X2), IPE (X3), SK (X4), PJ (X5), dan
PTT (X6) secara simultan terhadap laba bersih (Y).

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan bantuan software computer


SPSS 15 dapat diambil kesimpulan, yaitu :
a. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa BU (beban
usaha) memiliki pengaruh secara negatif dan signifikan terhadap LB (laba
bersih).
b. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa EPE (ekspor
peralatan elektronik) tidak memiliki pengaruh terhadap LB (laba bersih).
c. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa IPE (impor
peralatan elektronik) tidak memiliki pengaruh terhadap LB (laba bersih).
d. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa SK (selisih kurs)
tidak memiliki pengaruh terhadap LB (laba bersih).
e. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa PJ (penjualan)
memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap LB (laba bersih).
f. Pada uji regresi, dimana uji-t dilakukan, diketahui bahwa PTT (piutang tak
tertagih) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap LB (laba
bersih).
g. Sedangkan pada uji regresi secara simultan, dimana uji simultan
(serempak) atau uji F dilakukan, diketahui bahwa semua variabel bebas
berpengaruh secara simultan terhadap LB (laba bersih).

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, Syahri . 2003.Aplikasi Statistik Praktis Dengan Menggunakan SPSS


10 For Windows. Edisi kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE UGM


Giri, Efraim F. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan 2. Jakarta:


Salemba Empat.

Kustituanto, Bambang dan Rudy Badrudin. Statistika 1 (Deskriptif). Jakarta:


Penerbit Gunadarma

Machmud, Ali. Pengantar Akuntansi 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Nainggolan, Pahala. 2006. Cara Mudah Memahami Akuntansi. Edisi 3. Jakarta:


Lembaga Manajemen PPM.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan 7.


Yogyakarta: BPFE.

Santoso, Iman. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate


Accounting). Bandung: Refika Aditama.

Santoso, Tri. 1994. Pembiayaan Transaksi Luar Negeri. Yogyakarta: Andi


Offset

Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.


Yogyakarta: Andi Offset.

SR, Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi 5. Jakarta: Salemba


Empat.
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.metrodata.co.id

Anda mungkin juga menyukai