Anda di halaman 1dari 6

1

I. PENDAHULUAN

Daphnia sp. adalah zooplankton yang hidup di air tawar, yang di

ditemukan pada kolam - kolam atau danau-danau. Daphnia sp. dapat hidup di

daerah tropis dan subtropis. Kehidupannya dipengaruhi oleh beberapa faktor

ekologi perairan antara lain: suhu, oksigen terlarut dan pH. Kisaran suhu yang

dapat ditolerir bervariasi sesuai kemampuan adaptasinya pada lingkungan

tertentu. Daphnia sp.ada pula adaptasi hidup dalam air yang kandungan oksigen

terlarut dari hampir nol sampai lewat jenuh dan dapat beradaptasi dengan baik

pada perubahan lingkungan hidupnya dan termasuk dalam ketegori hewan

eutropik dan tahan terhadap fluktuasi suhu harian atau tahunan.

Ketahanan Daphnia sp. pada perairan yang miskin oksigen mungkin

disebabkan oleh kemampuannya dalam mensintesis haemoglobin. Dalam

kenyataannya, laju pembentukan haemoglobin berhubungan dengan kandungan

oksigen lingkungannya. Naiknya kandungan haemoglobin dalam darah Daphnia

sp. dapat juga diakibatkan oleh naiknya temperatur, atau tingginya kepadatan

populasi. Untuk dapat hidup dengan baik Daphnia sp. dapat hidup dengan baik

jika memerlukan oksigen terlarut cukup besar yaitu di atas 3,5 ppm. Daphnia sp.

hidup pada kisaran pH cukup besar, tetapi nilai pH yang optimal untuk

kehidupannya sukar ditentukan. Lingkungan perairan yang netral dan relatif basa

yaitu pada pH 7,1 – 8,0 baik untuk pertumbuhannya. Pada kandungan amoniak

antara 0,35 – 0,61 ppm, Daphnia sp. masih dapat hidup dan berkembangbiak

dengan baik. Daphnia adalah phylum Arthropoda yang umum hidup di perairan
2

tawar. Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis

hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau

luas. (Delbaere & Dhert, 1996) Daphnia sp. adalah salah satu pakan alami yang

digunakan dalam larvikultur ikan-ikan air tawar seperti gurami (Osphronemus

gouramy (Lac)), Ikan Patin (Pangasius sp.), Lele Dumbo (Clarias Gariepinus).

Karena memiliki beberapa keunggulan yaitu : kandungan nutrisinya tinggi,

berukuran kecil sesuai dengan ukuran bukaan mulut larva, pergerakannya lambat,

sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan, dan tingkat pencemaran terhadap air

kultur lebih rendah apabila dibandingkan dengan penggunaan pakan buatan

(Delbaere & Dhert, 1996).

Plankton yang dapat digunakan sebagai pakan alami menurut Erlina

(1986), adalah sebagai berikut:

(1). Mudah dicerna dan mempunyai ukuran yang sesuai dengan bukan mulut

larva ikan .

(2). Gerakannya lambat supaya mudah ditangkap oleh larva ikan.

(3). Mudah dikultur atau tidak memerlukan media kultur yang terlalu rumit

dan tidak terlalu peka terhadap perubahan lingkungan, seperti suhu.

(4). Pertumbuhannya cepat sehingga dapat cepat dipanen.

(5).Dalam daur hidupnya tidak menghasilkan racun atau gas-gas yang

membahayakan kehidupan larva.

(6). Kandungan gizinya tinggi.

Upaya yang telah dilakukan adalah optimasi pH kultur, suhu kultur,

konsentrasi dan jenis pakan (Noerdjito, 2003). Salah satu penelitian yang belum
3

banyak dilakukan di Indonesia untuk kultur Daphnia ini adalah dengan aplikasi

biostimulan untuk meningkatkan produktivitas kultur Daphnia tersebut.

Biostimulan tersebut mampu meningkatkan kualitas medium kultur dan

berasosiasi dengan saluran pencernaan Daphnia (Verschuere et.al., 2000).

Aplikasi pemakaian biostimulan dalam akuakultur sudah mulai digunakan pada

tahun 1970-an (Farzanfar, 2006). Aplikasi ini digunakan sebagai suplemen untuk

komoditas akuakultur. Efek yang diharapkan dalam aplikasi akuakultur adalah

sama halnya dengan penggunaan probiotik untuk kesehatan manusia ataupun

ternak. Menurut Yasuda dan Taga (1980), penggunaan bakteri dalam akuakultur

tidak hanya sebagai pakan, namun juga sebagai pengontrol biologis untuk

penyakit ikan dan aktivator dari regenerasi nutrien. Perkembangan belakangan ini

menunjukkan penggunaan biostimulan dalam akuakultur berkaitan untuk

meningkatkan pertumbuhan dan kesintasan larva ikan, crustacea, moluska, dan

memperkaya nutrisi pada pakan larva (Ali, 2000; Bairagi et.al., 2004).

Produktivitas kultur Daphnia hingga saat ini belum cukup optimal untuk

memenuhi kebutuhan larvikultur dan juga kondisi medium kultur kerap

terabaikan. Telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi hal di atas, salah

satunya adalah dengan aplikasi pemakaian bakteri dalam kultur Daphnia yaitu

dengan pemakaian biostimulan.

Pemakaian biostimulan sebagai media diperkaya pernah dujikan oleh

Petrus Harytjahja (2008) dalam penelitiannya mengenai evaluasi penggunaan

biostimulan pada pakan alami ikan gurami menunjukkan biostimulan dapat

mempercepat laju pertumbuhan zooplankton seperti daphnia. Biostimulan


4

merupakan pupuk dalam bentuk cair yang berguna untuk mensuplai nutrien yang

dibutuhkan oleh pakan alami ikan yaitu plankton khususnya fitoplankton, larutan

organik yang mengandung formulasi kultur mikroba dekomposer, yakni

amilolitik, lipolitik, proteolitik serta ekstrak tumbuhan, buah-buahan, hidrat arang

dan sumber nitrogen. Menurut Huet (1971), keberadaan mikroba dekomposer

secara aktif akan memecah senyawa- senyawa komplek yang ada pada medium

melalui proses fermentasi, sehingga akan didapatkan hasil samping berupa zat

hara sederhana yang penting untuk pertumbuhan fitoplankton, selain itu dengan

adanya perombakan bahan organik akan berkembang pula sejumlah bakteri yang

berfungsi sebagai makanan zooplankton.

Bakteri atau sebagian kecil fungi yang terdapat dalam Biostimulan

mempunyai kemampuan untuk melakukan degradasi terhadap senyawa organik

ataupun anorganik, sehingga menghasilkan ion-ion senyawa (NO3, SO4).

Senyawa- senyawa ini merupakan sumber nutrisi untuk kelompok

mikroorganisme khususnya plankton (mikroalgae). Plankton yang kaya akan

kandungan lemak, karbohidrat, protein serta beberapa vitamin dan asam amino

sangat bermanfaat bagi kelangsungan proses serta kehidupan ikan (Sastrawijaya,

1991). Hasil analisis komposisi Biostimulan yang dilakukan di Laboratorium Ilmu

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto adalah

sebagai berikut:

Nitrogen total : 3,91 %; P2O5 total 1,65 %; K2O total 8,06 %; C organik

80,71 %; dan bahan-bahan lainnya hingga 100%. Nilai C/N ratio yang diperoleh

adalah 20,642.
5

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah biostimulan pada media kultur dapat memberikan pengaruh pada

pertumbuhan populasi daphnia.

2. Konsentrasi biostimulan mana yang terbaik bagi pertumbuhan populasi

daphnia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1 . Pengaruh media kultur daphnia yang diperkaya biostimulan dengan dosis yang

berbeda terhadap pertumbuhan populasi daphnia.

2 . Dosis pemberian biostimulan pada media kultur daphnia yang optimal bagi

pertumbuhan populasi daphnia.

Hasil penelitian ini akan dapat memberikan informasi mengenai potensi

penggunaan biostimulan pada kultur daphnia. Sehingga dapat diperoleh cara

alternatif yang dapat diaplikasikan dalam usaha budidaya daphnia dengan biaya

yang murah efisien .

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diambil suatu hipotesis

sebagai berikut:

1. Media kultur yang diperkaya biostimulan dengan konsentrasi yang berbeda-

beda memberikan pengaruh yang sangat nyata kepada pertumbuhan populasi

daphnia

2. Pemberian konsentrasi biostimulan tertinggi yaitu 3 cc/ liter dapat memberikan

hasil terbaik untuk pertumbuhan populasi daphnia.


6

Anda mungkin juga menyukai