Kedua rongga hidung adalah bagian teratas dari traktus respiratosrius dan
mengandung reseptor-reseptor penciuman. Rongga hidung adalah ruangan berbentuk
baji yang melebar di bagian inferior dan menyempit di bagian superior (apex)(1).
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan
pendarahannya serta persarafannya(2). Setiap rongga hidung terdiri tiga regio umum,
regio vestibulum nasal yaitu ruang kecil yang melebar pada nares anterior yang
memiliki folikel-folikel rambut yang disebut K , yang kedua adalah regio
pernafasan yang merupakan regio terbesar yang sangat kaya akan pembuluh darah
dan persarafan dan terdiri dari epitel pernafasan dan menjalankan fungsi-fungsi
tertentu berkenaan dengan proses respirasi. Regio terakhir adalah regio penciuman
yang mengandung reseptor penciuman yang terletak di atap hidung, konka superior
dan 1/3 atas septum.(1)
Hidung pada masa embriologi, selama minggu ke-6 lubang hidung semakin
bertambah dalam, sebagian karena tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di
sekitarnya dan sebagian lagi karena lubang ini menembus ke dalam mesenkim
dibawahnya. Mula-mula membran oronasalis memisahkan kedua lubang hidung tadi
dari rongga mulut primitif, melalui foramina yang baru terbentuk, yakni koana
primitif. Koana ini terletak di sisi kanan dan kiri garis tengah dan tepat dibelakang
palatum primer. Selanjutnya, dengan terbentuknya palatum sekunder dan
berkembangnya rongga-rongga hidung primitif lebih lanjut, koana tetap terletak pada
peralihan antara rongga hidung dan faring. (3)
2.1.1 Hidung Luar (2,4)
Hidung luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dengan bibir atas, yang
berbentuk piramid. struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian, bagian
paling atas, kubah tulang yang tidak dapat digerakkan, di bawahnya terdapat kubah
kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobulus hidung
yang mudah digerakkan. Di sebelah superior, struktur tulang hidung luar berupa
prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong
oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian lamina perpendikularis tulang
etmoidalis. Spina nasalis anterior merupakan bagian dari prosesusmaksilaris medial
embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap sebagai bagian dari
hidung luar. Kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dibentuk oleh kartilago
lateralis superior yang saling berfusi di garis tengah juga berfusi dengan tepi atas
kartilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawah hidung luar atau lobulus hidung,
dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior. Lobulus menutup
vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, lateral oleh alae nasi,
dan anterosuperior oleh ujung hidung.
Pada persarafan yang terlibat langsung adalah saraf kranial pertama yaitu
n.olfaktorius yang turun melalui lamina kribosa dan permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu. Divisi oftalmikus dan
maksilaris dari n.trigeminus berfungsi untuk impuls sensorik lainnya, n.fasialis untuk
gerakan otot-otot pernafasan pada hidung luar, dan sistem saraf otonom. Ganglion
sfenopalatina selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan persarafan
vasomotor untuk mukosa hidung, menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila,
serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis
dari n.petrosus profundus. Ganglion ini terletak di belakang dan sedikit di ujung
posterior konka media.
!"#$c#%
Epitel organ pernafasan yang biasanya berupa epitel torak berlapis semu, dan
berbeda-beda pada berbagai bagian hidung, tergantung pada tekanan dan kecepatan
airan udara, demikian pula suhu dan derajat kelembaban udara. Jadi, mukosa pada
ujung anterior konka dan septum sedikit melampaui os internum masih dilapisi oleh
epitel berlapis gepeng tanpa silia lanjutan dari epitel kulit vestibulum nasi. Sepanjang
jalur utama arus inspirasi epitel menjadi torak, silia pendek dan agak ireguler. Sel-sel
meatus media dan inferior yang terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia
yang panjang yang tersusun rapih.
Silia yang panjangnya sekitar 5-7 mikron terletak pada lamina akhir sel-sel
permukaan epitelium, dan jumlahnya sekitar 100 permikron persegi, atau sekitar 250
per sel pada saluran pernafasan atas. Silia bekerja hampir otomatis. Misalnya, sel
dapat terbelah menjadi pecahan-pecahan kecil tanpa menghentikan gerakan silia,
suatu silia tunggal akan terus bergerak selama bagian kecil sitoplasma yang
menyelubungi korpus basalis silia tetap melekat padanya. Masing-masing silia pada
saat melecut, bergerak secara metakronis dengan silia di sekitarnya. Bila lecutan silia
diamati, maka lajur silia akan membengkok serempak dan baris silia membengkok
berurutan. Lecutan tersebut tidak hanya terkoordinasi menurut waktu, tapi juga
menurut arahnya, yang merupakan faktor penting dalam mengangkat mukus ke
nasofaring. (2)
& %
Ostium sinus maksilaris terletak di bagian superior dari dinding medial sinus.
Intranasal biasanya terletak pada pertengahan posterior infundibulum etmoid, atau
disamping 1/3 bawah processus uncinatus. Ukuran ostium ini rata-rata 2,4 mm tapi
dapat bervariasi. 88% dari ostium sinus maksilaris bersembunyi di belakang
processus uncinatus sehingga tidak bisa dilihat secara endoskopi.
Sinus etmoid adalah struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru
dilahirkan. Selama masih janin perkembangan pertama sel anterior diikuti oleh sel
posterior. Sel tumbuh secara berangsur-angsur sampai usia 12 tahun. Sel ini tidak
dapat dilihat dengan sinar x sampai usia 1 tahun. Septa yang ada secara berangsur-
angsur menipis dan pneumatisasi berkembang sesuai usia. Sel etmoid bervariasi dan
sering ditemukan di atas orbita, sfenoid lateral, ke atap maksila dan sebelah anterior
diatas sinus frontal. Peyebaran sel etmoid ke konka disebut konka bullosa.
'$$%" %
Sinus etmoid mendapat aliran darah dari a.karotis eksterna dan interna dimana
a.sfenopalatina dan a.oftalmika mendarahi sinus dan pembuluh venanya mengikuti
arterinya. Sinus etmoid dipersarafi oleh n V.1 dan V.2, n V.1 mensarafi bagian
superior sedangkan sebelah inferior oleh n V.2. persarafan parasimpatis melalui
n.vidianus, sedangkan persarafan simpatis melalui ganglion servikal.
Volume sinus ini sekitar 6-7 ml (28 x 24 x 20 mm). anatomi sinus frontalis
sangat bervariasi tetapi secara umum ada dua sinus yang terbentuk seperti corong.
dinding posterior sinus yang memisahkan sinus frontalis dari fosa kranium anterior
lebih tipis dan dasar sinus ini juga berfungsi sebagai bagian dari atap rongga mata.
Sinus sfenoidalis sangat unik karena tidak terbentuk dari kantong rongga
hidung. Sinus ini dibentuk dalam kapsul rongga hidung dari hidung janin. Tidak
berkembang sampai usia 3 tahun. Usia 7 tahun pneumatisasi telah mencapai sela
turcica. Sinus mencapai ukuran penuh pada usia 18 tahun.
($$%)
Usia belasan tahun, sinus ini sudah mencapai ukuran penuh dengan volume
7,5 ml (23 x 20 x 17 mm). pneumatisasi sinus ini, seperti sinus frontalis, sangat
bervariasi. Secara umum merupakan struktur bilateral yang terletak posterosuperior
dari rongga hidung. Dinding sinus sphenoid bervariasi ketebalannya, dinding
anterosuperior dan dasar sinus paling tipis (1-1,5 mm). dinding yang lain lebih tebal.
Letak dari sinus oleh karena hubungan anatominya tergantung dengan tingkat
pneumatisasi. Ostium sinus sfenoidalis bermuara ke recessus sfenoetmoidalis.
Ukurannya sangat kecil (0,5 -4 mm) dan letaknya 10 mm di atas dasar sinus.
Sel tidak bersilia ditandai oleh mikrovili yang menutupi daerah apikal sel dan
berfungsi untuk meningkatkan area permukaan. Ini penting untuk meningkatkan
konsentrasi dari ostium sinus. Fungsi sel basal belum diketahui. Beberapa teori
menjelaskan bahwa sel basal dapat bertindak sebagai suatu sel stem. Sel goblet
memproduksi glikoprotein yang berfungsi untuk viskositas dan elastisitas mukosa.
Sel goblet dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis dimana rangsangan saraf
parasimpatis menhasilkan mukus yang kental dan rangsangan saraf simpatis bekerja
sebaliknya. Lapisan epitel disokong oleh suatu dasar membran yang tipis, lamina
propia, dan periosteum.
*
Hidung berfungsi sebagai jalan nafas, alat pengatur kondisi udara (air
conditioning) , penyaring udara, indra penghidu (olfactory), untuk resonansi suara,
refleks nasal dan turut membantu proses bicara.(2)
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara
ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan
mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi, akan tetapi di bagian depan aliran
udara memecah, sebagian akan melalui nares anterior dan sebagian akan kembali ke
belakang membentuk pusaran.(2)
+ ,
Hidung dengan berbagai katup inspirasi dan ekspirasi serta kerja mirip katup
dari jaringan erektil konka dan septum, menghaluskan dan membentuk aliran udara.
Beberapa daerah hidung dimana jalan nafas menyempit dapat diibratkan sebagai
katup. Pada bagian vestibulum hidung, terdapat dua penyempitan. Penyempitan yang
lebih anterior terletak diantara aspek posterior kartilago lateralis superior dan septum
nasi. Tiap deviasi septum nasi pada daerah ini seringkali makin menyempitkan jalan
nafas. Penyempitan kedua terletak pada aperture piriformis tulang. Kedua daerah ini
dapat dianggap sangat bermakna secara klinis.(4)
Dalam waktu yang sangat singkat saat udara melintasi bagian horizontal
hidung yaitu sekitar 16-20 kali per menit, udara inspirasi dihangatkan atau
didinginkan mendekati suhu tubuh dan kelembaban relatifnya dibuat mendekati 100
persen. Suhu ekstrim dan kekeringan udara inspirasi dikompensasi dengan cara
mengubah aliran udara.(4)
Hidung berfungsi untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri
yang dilakukan oleh rambut (K ) pada vestibulum nasi, silia dan palut lender
( ) dimana bakteri dan debu akan melekat, sedangkan untuk partikel
yang lebih besar akan dikeluarkan oleh refleks bersin. Selain itu pada hidung juga
terdapat dan immunoglobulin A (IgA)yang dapat menghancurkan beberapa
jenis bakteri. (2,4)
Lapisan mukus yang sangat kental dan lengket menangkap debu, benda asing,
dan bakteri yang terhirup, dan melalui kerja silia benda-benda ini diangkut ke faring,
selanjutnya ditelan dan dihancurkan dalam lambung.
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
bernyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau atau rinolalia.(2)
! *
Oleh karena produksi mukosa sinus, mereka berperan pada pertahanan imun
atau penyaringan udara yang dilakukan oleh hidung. Hidung dan mukosa sinus terdiri
dari sel silia yang berfungsi untuk menggerakan mukosa ke koana. Penelitian yang
paling terbaru pada fungsi sinus berfokus pada molekul Nitrous Oxide (NO). studi
menunjukkan bahwa produksi NO intranasal adalah secara primer pada sinus. Telah
kita ketahui bahwa NO bersifat racun terhadap bakteri, jamur dan virus pada
tingkatan sama rendah 100 ppb. Konsentrasi ini dapat menjangkau 30.000 ppb
dimana beberapa peneliti sudah berteori tentang sterilisasi sinus. NO juga
meningkatkan pergerakan silia.(8)